Beranda / Romansa / Terjerat Kontrak Cassanova / 1. (Bukan) Pertemuan Pertama

Share

Terjerat Kontrak Cassanova
Terjerat Kontrak Cassanova
Penulis: Intans Ranum

1. (Bukan) Pertemuan Pertama

Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirJavas, “Aku mau dia,” gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.

                             

Kalimat itu diucapkan dengan nada datar yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Zehra merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan  menurunkan rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman.

Dengan gugup Zehra menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata coklat pekat sehingga nyaris gelap, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.

“Cepat kesana! Dia mau kamu,” Anggito si bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Zehra tidak cepat-cepat menuruti keinginan Javas, akan berakibat fatal.

Zehra mengernyit pada Javas, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.

Zehra mengabaikan siulan dan nada-nada sumbang yang terdengar, membuat ia mencebikkan bibirnya dan mencoba  berjalan menuju pria itu dengan wajar.

“Apakah… apa..” Zehra berdehem karena suaranya begitu serak, “Apa Anda ingin dibawakan minuman?”

Javas menatap Zehra dalam seolah tak puas ia memindai penampilan Zehra dari bawah hingga atas lalu berhenti tepat pada belahan dada yang sedikit terbuka  hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.

“Bawakan satu, minumanku yang biasa!”

Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan pria itu, minuman yang biasa. Tangan Zehra gemetar ketika menerima nampan minuman itu. Pasalnya  bos menatap memperingatinya ditambah  beberapa rekan kerjanya yang melirik ingin tahu, Zehra sadar dan tak nyaman menjadi subjek perhatian, Sebentar saja Zehra….., gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sedikit lagi tugasmu selesai …… setelah itu ia akan mengerjakan yang lain yang biasa ia lakukan, sedikit lagi….

Zehra mengucapkan kata-kata itu bagaikan melafalkan doa, dengan langkah hati-hati ia mendekati Javas yang duduk di sofa berbentuk U bersama beberapa teman prianya yang memiliki vibes yang sama. 

Zehrameletakkan gelas dan sebotol bir di atas meja yang kelewat rendah mengharuskannya menunduk dalam.

Pandangan Javas tertuju pada Zehra dan memandangnya tajam.

“Duduk!” Javas menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.

Sekujur tubuh Zehra mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan penentangan, luar biasa sungguh arogan dan tak sopan!!

Ketika Zehra sibuk berdebat dalam hati, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk tepat di sampingnya, menuruti permintaan Javas. Sehingga dengan kaku Zehra menggeser sedikit memberi jarak yang pantas di sebelah Javas.

“Siapa namamu?” Javas menatap tajam ke arah Zehra, sama sekali tidak melirik gelas minuman tadi dipesan.

Zehra sudah terbiasa dengan pertanyaan ini, ia melirik Bosnya dan semakin yakin atas anggukan itu.

 “Lyra.” Jawabnya berdusta

Javas mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Zehra mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Zehra dengan cermat, yang di balas genggaman lembut untuk kemudian dilepaskan dengan hati-hati ditaruh di atas paha Javas.

Zehra tersenyum simpul dan menunduk sopan, mengabaikan tatapan dalam Javas yang mungkin tersinggung atas reaksinya.

“Aku belum pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini, dia pelayan baru atau,-” tanya Alven berpikir 

“Eh… dia… dia pegawai baru kami, tuan Alven, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarkan bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda,” si bos klub menyela dengan gugup. 

Wajahnya tampak cemas melihat Zehra melayani tamu pentingnya

dengan canggung terkesan setengah hati. Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Zehra, “Ayo cepat perkenalkan diri kamu pada tuan Regis, tuan Javas, dan yang lainnya juga kamu tahu 'kan ini salah satu kesempatan langka yang bisa kamu dapatkan. Dipanggil oleh kumpulan pria tampan, pokoknya paket lengkap seperti mereka.” jilatnya seraya tersenyum pada Javas.

 "Heh, jangan buat dia dan gue marah, cepat layani dia, pastikan mereka mengeluarkan banyak uang malam ini dan kamu akan aku akan kasih komisi, setelah ini!" bisik si bos tepat di telinga Zehra.

Perintah itu membuat Zehra menegakkan dagunya menatap dalam yang diangguki singkat oleh si bos, lalu Zehra membalas tatap Javas,

“Saya Lyra, saya baru bekerja disini hampir tiga bulan dan ada lagi yang bisa saya bantu  tuan-tuan yang terhormat,” jawab Zehra menarik kedua sudut bibirnya tanpa sampai pada matanya, 

"Masih sangat baru, pantas saja." sungut Alven acuh.

"Kalau tidak ada lagi yang bisa saya bantu, saya permisi."

Zehra sempat berbalik sebelum tertarik ke belakang, Javas meraih pinggangnya dan menariknya tegas, hingga terduduk lagi namun kali ini bokongnya mendarat tepat di pangkuan Javas, sontak saja membuat sebagian teman-temannya terkekeh dan bersiul menggoda.

“Apa… apaaan….,” Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba memegang kepalanya dan melumat bibirnya. Perlu beberapa detik bagi Zehra sadar dan memberontak

ketika menyadari bahwa Javas sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.

Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Javas tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Zehra, menghisapnya, menikmatinya, dan menggilasnya tanpa ampun.

Sekujur tubuh Zehra terasa terbakar, panas karena amarah dan panah karena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan, sehingga Zehra yang belum berpengalaman pun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kejengkelannya. 

Tetapi pikiran bahwa lelaki ini tengah melecehkan dirinya sesuai apa yang disebut si penjahat kelamin dan ia tak sudi menjadi bagian dari banyak wanita yang pasrah hingga memuaskan rasa arogan dan kekuasaan pria itu, membuat Zehra merasa muak. 

Dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong dada laki-laki itu menjauh dan menamparnya sekuat tenaga.

Plakk!!!

Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itu pun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Zehra dengan gelisah menanti reaksi Javas, tak disangka-sangka Javas membiarkan Zehra yang lekas berdiri dari pangkuan dengan terengah-engah berhadapan dengan Javas yang menatapnya dalam masih duduk di sofa VIPnya yang berbentuk huruf U.

Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkram lengan Zehra dari belakang. Begitu menyakitkan hingga membuat Zehra menjerit mengadu.

“Kurang ajar lo!! berani-beraninya lo nolak dan mempermalukan Javas yang artinya lo mempermalukan kami semua, dasar perempuan gila!” teriak sebuah suara berat dan kasar. 

Telinga Zehra berdengung akan teriakan lelaki itu, belum lagi tarikan serta jeratan yang meremas pangkal lengannya membuat ia berdiri, wajah Zehra memerah, matanya berair menahan tangis dan malu harus bertahan, tetap berdiri walau rasa takut menyergapnya. Sekali lagi Zehra meronta minta dilepaskan namun kekuatannya sebagai wanita yang jarang olahraga tak mampu mengalahkan kekuatan pria kasar itu.

“Theo, Lepaskan dia!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status