"Halo, apa benar ini dengan Pak Javas?" Butuh beberapa detik untuk Javas menjawab, "Iya betul, saya sendiri. Anda siapa?" "Maaf, Pak mengganggu waktunya, saya Lyra dari klab Euforia saya dapat nomor Bapak dari bos Topo. ah... Begini Pak, saya ingin meminta waktu sebentar aja, Pak. Apa bisa-" "Kamu dimana?" sambar Javas dingin. "Apa? Ah... Saya di halte di dekat gedung balai kota, ada yang perlu saya bicarakan-" "Apa kamu sendirian di halte bus?" Zehra mengerutkan dahi dan meneliti sekitarnya, "Iya, Pak saya sendiri di sini," "Tunggu disana!" pungkas Javas menutup sambungan telepon. "Halo, Pak Javas?" panggil Zehra yang menjadi geram karena sikap arogan Javas yang selalu memotong bahkan memutuskan pembicaraan sepihak menambah daftar panjang kisah pilunya hari ini. *** Sepuluh menit kemudian mobil Toyota Camry warna hitam menepi tepat di depan halte tempat Zehra berteduh sendirian. Seorang supir membawa payung hitam besar dan memayunginya ketika Javas turun dari mobil dan mela
Zehra tersentak kaget yang melayangkan pukulan pada sisi pintu mobilnya dengan kepalan tangan yang masih terkepal."Katakan sekali lagi?!"Zehra mendongak, membalas tatap Javas yang menghunusnya, namun tak ada jalan keluar baginya. Zehra menaikkan dagunya, menguatkan hati."Teman-temanmu yang datang bersama mu malam itu di klab, aku nggak tahu nama-nama mereka yang jelas beri aku nomor telepon ketiga temanmu, aku benar-benar kehabisan cara kalau kamu nggak mau membantuku mungkin mereka bisa menerima dan menolongku, aku tahu mereka juga sama mesum dan kayanya dengan anda." cicit Zehra yang langsung menyesal karena kalimat terakhirnya.Ditariknya lengan Javas, dan seketika lelaki itu menoleh dengan marah, "Gimana?Tolong bantu saya kali ini, saya mohon Pak Javas."Dengan kasar ditarik pinggang Zehra, menabrak bagian depan tubuh Javas, bahkan Zehra sempat mengadu. Javas menahan kepala Zehra lalumenciumnya dengan membabi-buta, merasakan tubuh Zehra yang terkesiap kaget hingga akhirnya men
Tindakan SenonohJavas menoleh sejenak, dengan acuh ia menyingkirkan tangan wanita itu dari atas dengkulnya. Javas memang tak beranjak namun ia masih memperhatikan Zehra dari tempatnya.Zehra yang sedang membungkuk untuk menaruh gelas terakhir tampak tiba-tiba menarik tangannya dan berdiri dengan tegak. Ketiga pria itu tergelak dengan reaksi Zehra yang tampak lucu di mata mereka. Berbanding terbalik dengan wajah pucat Zehra. "Mau gabung sama kita, ayo duduk sini!" ajak salah satu lelaki itu yang sudah memberi tempat di antara mereka. Spontan Zehra tersenyum ala joker dan langsung mengambil nampan hingga kembali dikejutkan oleh tepukan di bokong, yang membuat wanita itu bangkit meluruskan tubuhnya Dengan kesal yang tertahan, Zehra menatap tajam ke arah ketiga pria itu yang tawanya semakin lebar. Kemudian Zehra membatu dengan kedua manik yang berkaca-kaca dan berlalu pergi.Javas yang tak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi, berusaha menekan emosinya yang hendak menghambur ke tempa
“Sa..saya nggak tau cara-” “Stop menggunakan kata saya apalagi bapak, jangan buat aku kehilangan seleraku, sayang.” Zehra malah semakin ingin menangis, ia bahkan tak berani mendongak apalagi berkutik karena himpitan pria ini. Javas tau ia tak mau menunggu, ia berusaha mencium bibir Zehra tapi gagal karena Zehra menggerakkan kepalanya ke kanan hingga Javas hanya mengenai pipinya. "Kenapa kamu nggak mau sama aku? Dan malah membiarkan para lelaki hidung belang itu menyentuhmu, bahkan kamu membiarkan mereka mencoba milikku!" Bisik Javas ditelinga Zehra lalu tangan kanannya meremas kasar bagian sensitif Zehra. "Ahhh...," jerit Zehra yang menahan rasa sakit di pangkal pahanya, saat itu juga Javas mengunci rahang Zehra ke atas menciumnya lalu memasukkan lidahnya ke mulut Zehra Zehra mencoba melawan. Tidak! Dia tidak terima diperlakukan seburuk ini! dengan sisa tenaga Zehra mendorong dada Javas. Javas tetap memaksa Zehra dalam permainan lidahnya dan menggiring Zehra masuk ke dalam ruang
“Javas, kalau gitu aku-” suara Zehra tercekat saking gugupnya. “Aku akan ke kamar mandi, membersihkan tubuh ku, dulu. Permisi.”Zehra meletakkan tas yang dibawanya di atas nakas panjang hitam bergaya minimalis, Zehra setengah berlari menuju kamar mandi.Di dalam kamar mandi Zehra merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas lalu hembuskan perlahan dan ia mengulang hingga empat kali, sejujurnya begitu banyak kekhawatiran akan penyesalan nanti dan rasa terlampau canggung pada Javas, lelaki itu layaknya pria yang berasal dari dunia lain begitu tinggi tuk disentuh. Javas bak pemeran utama yang memerankan peran eksekutif muda ataupun keturunan para sultan hingga ia selalu merasa sedang diperhatikan, diremehkan serta diacuhkan olehnya dan Zehra jelas jengah akan hal itu.Sembari melucuti pakaiannya Zehra terus menimbang dan meyakinkan dirinya jika inilah jalan terakhir yang ia miliki mungkin benar selalu ada jalan keluar namun hanya jalan ini yang i
Zehra tersentak, berpikir keras apakah ini sudah saatnya ia beraksi?Padahal ia berniat akan menuntaskan teh hangatnya dengan fokus untuk mengulur waktu serta menenangkan dirinya.Di saat yang bersamaan, Javas pun sudah menandaskan kopinya. Membiarkan keheningan berlalu dan menikmati ketegangan yang menyergap Zehra."Mau sampai kapan, kamu minum sambil menunduk? Gimana kalau ada rambut yang masuk ke dalam tehmu, hmm?" suara serta sentuhan Javas memecah keheningan dengan mengambil sejumput anak rambut Zehra dan diselipkannya ke belakang telinga dengan lembut. Sesungguhnya Javas gemas dan ingin segera menyentuh dan merasakan semua godaan dari tubuh Zehra. Rasanya sudah lama ia se-penasaran ini akan seorang wanita. Pandangan Zehra turun ke arah tangan Tuan Javas yang memegang paha dan sesekali merangkum pahanya."Aku nggak suka bertele-tele dan kali ini aku nggak mau di tolak, paham?"Zehra belum sempat mencerna maksudnya, dan ia bahkan belum sempat mengangguk. Wajahnya sudah ditarik
Dan Javas menyadari, ini pengalaman pertama bagi Zehra, dia harus membuatnya seindah mungkin, dia tidak boleh menyakiti Zehra. Karena itu sambil menggertakkan diri menahan gairahnya, Javas mencoba bergerak selembut mungkin, menarik tubuhnya pelan dari balutan sutra basah dan panas itu, untuk kemudian menghujamkannya lembut. Lagi dan lagi.Zehra tersentak, merintih dan mulai menggeleng panik menahan sakit. Dia ingin Javas berhenti atau melepasnya, tapi pria itu justru makin mendorong miliknya masuk, membentur beberapa kali sebelum akhirnya bisa menembus dinding yang menghalangi dari sumber kenikmatan hingga dia bisa menghujam makin jauh. Zehra mengejang, menjerit kesakitan dan tak sanggup bernapas, serasa mau pingsan. Kemudian Zehra merasakan kejantanan Javas, yang perlahan bergerak, tapi tetap membuatnya terkesiap. Zehra membuka matanya yang terpejam, menatap Javas di atasnya. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, matanya berkabut, napasnya terengah, dan sejumput rambut tampak jat
Wajah Zehra merah padam, otaknya mendadak kosong ia fokus menetralkan detak jantungnya sembari berdoa semoga saja Javas tak mendengar degup jantungnya dari jarak sedekat ini.Javas mendengus tak mendapatkan balasan lalu melepaskan Zehra dan melangkah ke kamar mandi."Ganti semuanya, salin dengan pakaian baru yang ada di dalam goodie bag itu, Aku akan mandi duluan. Setelah itu kita sarapan, lalu kita akan melihat draf kontrak perjanjian kita, setelah itu kamu akan mendapatkan uangmu, oh ya hubungi orang yang jadi pengacara, oh bukan saksi hidup sesuai yang kamu minta." serunya dengan wajah kelewat datar. Membuat Zehra meringis dan mengangguk kecil walau ia tahu Javas tak lagi melihatnya, lalu ia mengambil goodie bag warna hitam metalik berlambang brand pakaian ternama, masih baru, dan lengkap dengan pakaian dalamnya...jadi ini untuknya? Serius?Dengan hati-hati Zehra membuka goodie bag itu, sebuah long dress santai berwarna merah muda dari bahan yang sangat halus, apakah ini sutra? Da