“Maaf,” sembur Zehra meski tercekat. Dan kembali menatap lurus ke arah sebelumnya.
"Rambutmu wangi vanila."
Zehra terkesiap saat lengan kokoh Javas dibebankan pada bahu kirinya terlebih hembusan napas Javas yang begitu dekat tepat di atas rambutnya.
"Maaf, Tuan mau saya tuangkan minum?"
Sudut bibir Javas berkedut sedetik, ia semakin mengeratkan rangkulannya dan menahan gerakan Zehra yang tak perlu.
Mata Javas melirik lengan Zehra yang masih berusaha meraih gelas yang terletak di atas meja, menampung meraihnya meski tertahan rangkulan Javas.
"Apa kamu baru aja mengabaikan aku?" bisik Javas menggumam setelah itu dengan kasar Javas melepaskan rangkulannya meski masih tak memberi jarak.
"Buka botol yang Vodka itu dan tuangkan aku ke dalam gelasku!"
"Apa?" tangan Zehra berhenti di udara pasalnya botol yang ia raih adalah transaksi wiski yang sudah dibuka segelnya.
Javas membalas tatap Zehra ingin tahu yang memasang wajah memelas memelas, "Maaf, Tuan tapi aku ngga bisa buka botol walaupun dengan alat, aku pernah coba tapi selalu gagal"
"Oh ya? Bukannya kamu sudah biasa buka botol dan menyajikan minum ke gelas untuk lelaki?"
"Baru beberapa kali sih, itu pun dengan bantuan alat dan masih kesulitan tapi biasanya sudah dibuka lebih dulu oleh bartendernya." balas Zehra yang diam-diam bersyukur akan perbincangan receh.
"Jadi benar baru beberapa bulan ya." gumam Java.
"Apa?" tanya Zehra yang dibalas denusan oleh Javas. Lalu ia memutuskan untuk menyuruh Theo yang sedang bersulang ria dengan rekan minumnya.
"Theo, buka botol ini dan yang itu juga!" Suruh Javas yang dibalas tatap menuduh oleh wanita yang disamping Theo pada Zehra yang bernama Nina yang berpikir Zehra sengaja berlagak manja hingga menganggu kesenangannya bersama Theo terlebih Zehra memandangnya dengan senyuman meringis tampak tak paham akan kekesalan Nina.
Setelah itu kebersamaan mereka larut bersama dentuman musik dari lantai bawah dan higar bingar klub malam dengan segala intriknya termasuk orang-orang yang mulai menurun kesadarannya namun tidak pada Zehra yang menahan diri untuk menghempaskan tangan Javas yang bergelayut erat di bahunya, aroma alkohol yang menguat dari mulut dan tubuh Javas lah yang membuat Zehra ingin pergi.
Javas kembali menarik tubuh Zehra yang bergeser menjauh lalu ia meminta Zehra untuk kembali menuangkan minumannya meskipun tak masih tak melepaskan bahu Zehra untuk ia bersandar pada tangan kirinya, Javas menyukai tubuh Zehra yang terasa pas berada di dalam rengkuhannya termasuk gerakan dan hembusan napas kasar karena tak nyaman walau tak saling berbicara Javas tetap menyukainya.
Javas menatap ke dalam Zehra yang tetap melayaninya meski wajahnya tanpa senyuman apalagi basa basi menggoda seperti apa yang dilakukan pekerja lain di dekatnya.
"Menurutmu...apa aku terlihat belum siap menikah?"
Tangan Zehra melayang di udara tepat di depan dada bidang Javas dengan gelas berisi Vodka di dalamnya menatap tanya pada Javas, saat diteliti wajah Javas yang terlihat loyo karena mabuk membuat Zehra mengeluarkan napas kasar dan menaruh gelas di atas meja kemudian ia menggoyang-goyangkan lengan Javas agar terbangun .
"Tuan, apa tugasku sudah selesai?" tanya Zehra sambil berusaha menyadarkan Javas.
"Percuma, dia sudah terlalu sadar untuk menjawab pertanyaanmu," seru Elkan tenang.
"Jadi apa tugasku sudah selesai? aku boleh pamit ke bawah? karena aku masih harus membantu pekerjaan yang lain."
Elkan hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh dengan mata yang menatap ke dalam pada Zehra.
"Kamu antar aja dia ke kamar tidur biasa dia pesan!" suruh Elkan sambil mencondongkan tubuhnya menunggu reaksi Zehra sepenuhnya.
Zehra mengerjapkan mata untuk mencerna dan sedetik kemudian ia menunjukkan persetujuan ia bergantian Javas dan Elkan, "Maksudnya aku yang antar tuan Javas ke kamar hotel dan memesan kamar VVIP?"
"Theo yang akan mengurus semuanya, kamu hanya perlu mengikuti petunjuknya, kamar mana yang harus kamu tuju dan temani Javas, layani dia sampai puas!" Jelas Elkan tersenyum tipis dengan mata memicing tajam.
Wajah Zehra berubah dingin dengan dagu yang diangkat Zehra menjawab, "Tapi aku bukan wanita pekerja seks!"
"Oh ya? tapi kamu tahu 'kan, bayaran yang akan kamu terima tidak sedikit dan Javas sudah menerima tawaran Javas, jadi selesaikan pekerjaan lo sampai akhir!" seru Theo ditransmisikan pada Zehra yang membatu ditempat.
"Gue cabut!" ucap Regis bangkit dari sofa melenggang pergi ke arah pintu luar tanpa menghiraukan panggilan riuh yang ditahan.
"Baiklah, gue juga cabut dan lo, Theo pastikan Javas beristirahat dengan senang, dia pasti ngga persetujuan bangun pagi ditemani Zehra."
"Lo, yakin ngga mau booking kamar juga El?" tanya Alven menahan Elkan yang sudah berdiri dan membalas dengan anggukan kecil.
"Ngga asik lo! sesekali lo harus coba melampiaskan dahaga lo, jangan munafik El, gue tahu lo butuh rilis!" Raung Alven yang sudah jelas mabuk.
“Miran akan senang mendengarnya, ya?” balas Elkan menertawakan dan dia terkekeh saat ketenangan Alven berubah menjadi risau.
"Sial, lo! Gue ngga perduli sama Miran sama kayak dia yang udah ngga peduli sama gue! Miran! Sialan!" umpat Alven ruuh yang langsung di tenangkan oleh wanita di sampingnya. Seketika itu juga ditepis oleh Alven yang langsung meracau tak jelas.
Sedangkan Elkan tentu tidak peduli di detik ia membalas di detik itu juga ia pergi meninggalkan ruangan itu. Zehra memandang nanar ke sekitarnya.
"Heh, lo yang disana!"
Zehra menoleh ke Theo dengan wajah datarnya, menunggu ucapan selanjutnya
"Gue udah booking kamar VVIP di lantai dua puluh tujuh buat Javas, lo temani Javas ke kamarnya, lo cukup ikuti mereka!" suruh Theo yang menunjukkan dua orang berpakaian serba hitam yang baru saja memasuki ruangan dengan dagunya.
Dan dua lelaki tadi langsung memapah tubuh besar Javas bangkit dari sofa dan diantaranya memberi isyarat tubuh untuk Zehra ikut bangkit dan pergi bersama.
"Kalian sudah bisa pergi!" usir Theo pada wanita ketiga yang tadi menemani Regis dan Elkan minum setelah memberi beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu.
"Mari Nona!" pinta salah satu lelaki berpakaian hitam itu. Zehra mengangguk dan mengikuti mereka ke pintu luar dengan langkah yang diseret-seret.
Zehra mendengus pada Javas yang bergumam menolak di papah oleh dua lelaki tadi, berlagak sadar meski ia berjalan sempoyongan dan sesekali menoleh kebelakang menekankan Zehra mengikutinya, padahal lorong sempit yang mereka lewati sulit bagi Zehra untuk kabur terutama ada dua lelaki bertubuh tambun yang ikut mengawasinya.
Sekali lagi Zehra memelankan lajunya sambil berpikir cara agar lolos, "Pak, aku udah nggak kuat, aku harus ke toilet sekarang!" sergah Zehra menghempaskan tubuh besar Javas ke dinding dan berlari cepat ke arah toilet di depannya.
"Jangan coba-coba kabur! Di kamar Tuan juga ada toiletnya." cekal salah satu anak buah Javas.
Zehra mengeratkan genggamannya pada ujung roknya. "Nggak, aku nggak akan berani! Lagipula aku bekerja disini. Katakan saja nomor berapa kamarnya? Dan aku akan langsung menyusul."
Zehra mengangguk, setelah diberitahu nomor kamar yang dimaksud dan beringsut berbelok memasuki toilet wanita. Zehra menyempatkan untuk menoleh, menghempaskan napas lega dan meneruskan langkah memasuki pintu toilet dengan harapan ketiga orang itu terlambat menyadari kecurangannya.
***
***Setelah berhasil mengelabui kedua bodyguard tadi, Zehra melewati lorong yang akan membawanya kembali pada area club, bekerja kembali. Di tengah lorong Zehra mendapatkan panggilan telpon dari papahnya. "Hallo""...""Aku ngga bisa, Aku lagi kerja! Jelas ngga bisa ditinggal,""...""Apa lagi sekarang! Aku udah muak dan aku capek, mau papah apa, sih?""..."Zehra mengeratkan genggaman ponselnya, mendengar tiap suara berat diujung telepon, Zehra menekan keningnya frustasi berharap bisa menghalau segala resah dan khawatir yang membelenggunya."Yaudah, aku usahakan kesana, sekarang, Papah tunggu aku dan pastikan ponsel Papah aktif." tutup Zehra gusar dengan langkah berat ia menghadap ke bosnya yang tengah mengawasi."Bos, aku minta maaf sebelumnya tapi aku harus minta izin,""Izin apa, Zehra?"***Zehra berdiri saat menyadari bus tengah memelankan laju pertanda jika tujuannya sudah sampai dan betapa terkejutnya Zehra memandang ayahnya yang tampak loyo tengah duduk membatu dengan bahu
"Dia libur hari ini.""Gue pilih level satu inisial A1 paket lengkap." Alven mengambil alih percakapan dengan menunjukkan sebuah foto pada Javas, "Sexy, kan?!" Kedua matanya berkedip dua kali mengerling.Dengan wajah yang ditekuk Javas mengabaikan Alven yang terus menggodanya. Dia mengambil tablet di tangan Alven lalu mencari pilihan level 2."Nggak ada fotonya." protes Javas saat hanya melihat daftar inisial B1 sampai B9.""Maaf, pekerjaan ini bagi level dua semacam part time job, mereka hanya bekerja jika ada waktu luang atau keadaan mendesak butuh uang, dan, identitas mereka kami rahasiakan dan untuk B6 sampai B9 mereka cuma menemani minum nggak lebih" jelas pria berjas dan berdasi kupu-kupu yang sedari tadi berdiri di samping Alven memberikan penjelasan."Level satu paket lengkap, lo pilih siapa ceweknya!" intrupsi Alven menggeser page pada iPad yang masih dipegang Javas."B9.""What? Seriously?!""Menemani minum bukan berarti ngga bisa bersenang-senang, lo tahu itu 'kan? Lagian b
"Masuk!""Tuan Javas, saya minta maaf atas kericuhan yang baru saja terjadi, anda tenang saja, Saya sudah menyuruh asisten Saya untuk membuat Lyra kembali meminta maaf dan menemani anda di sisa jam malam, saya mohon pengertiannya Lyra itu memang pertama kali menemani tamu eksklusif seperti anda karena biasanya di bertugas sebagai pelayan paruh waktu jadi sekali lagi saya minta maaf.""Jadi benar, dia baru pertama kali melakukannya?" tanya Javas setengah memastikan."Benar Tuan, mungkin sebentar lagi Lyra akan segera kembali,-""Nggak perlu, saya memutuskan memakluminya tapi sebagai gantinya saya punya permintaan.""Saya usahakan bisa membantu anda, Tuan "Seringai di sudut bibir Javas semakin tinggi. Jika ciuman wanita itu tidak semanis melebihi yang ia pikirkan, bagaimana mungkin seorang Javas membiarkan pipinya tertampar begitu saja. Tetapi, ia tetap tak bisa membiarkan tamparan itu berlalu begitu saja. Wanita itu harus membayarnya.***Akhirnya pagi kembali menyinari langit tempatn
"Dan apa motivasi kamu itu?""Ada urusan keluarga yang mendesak, dan bos Topo memberi saya solusi seperti itu, jadi saya coba.""Menurut kalian itu solusinya? Dan apa kamu bilang, kamu mencobanya? Apa kamu sadar apa akibatnya kalau kamu bertemu dengan pelanggan yang salah dan semakin terjerumus pekerjaan itu, Lyra!" sentak Javas.Zehra tersentak, ia yang tadinya menatap penuh pada Javas langsung menunduk, aura dominasi begitu terasa dari diri Javas bahkan ketika ia tak melakukan apapun dan disaat Javas menyentaknya jelas Zehra terkesiap ditambah ia mengkhawatirkan nasibnya.Javas menghela napas kasar, "Apa ini berhubungan dengan kebutuhan kamu mendapatkan uang yang banyak dalam waktu singkat?"Zehra mengangguk kecil, membalas Javas dengan meringis dan rasa rendah diri menyergapnya.Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan duduk di sofa yang sama, cukup dekat dengan Zehra,"Dengar! sebenarnya selama ini aku memperhatikanmu entah kenapa, kamu membuatku sangat b
Braakk!!Javas mengumpat geram menyadari Zehra telah kabur dengan pintu yang dibanting kasar, "Halo""...""Ok, i'll handle it" tutupnya.Javas mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa menyebarkan gosip terlebih dentuman suara pintu yang dibanting, sudah jelas mengundang tanya sekretaris dan staff yang bekerja di lantai yang sama dengannya.Javas menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Javas tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sumsum.Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Javas mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia selalu mampu mengendalikan gairah hingga bisa mendominasi dan menyetir pasangannya dan belum pernah sebodoh ini bahkan pada Leticia mantan terindahnya.Dan sekarang, ada ketertarikan yang membuatnya hampir lepas kendali, semudah itu. Masih
"Halo, apa benar ini dengan Pak Javas?" Butuh beberapa detik untuk Javas menjawab, "Iya betul, saya sendiri. Anda siapa?" "Maaf, Pak mengganggu waktunya, saya Lyra dari klab Euforia saya dapat nomor Bapak dari bos Topo. ah... Begini Pak, saya ingin meminta waktu sebentar aja, Pak. Apa bisa-" "Kamu dimana?" sambar Javas dingin. "Apa? Ah... Saya di halte di dekat gedung balai kota, ada yang perlu saya bicarakan-" "Apa kamu sendirian di halte bus?" Zehra mengerutkan dahi dan meneliti sekitarnya, "Iya, Pak saya sendiri di sini," "Tunggu disana!" pungkas Javas menutup sambungan telepon. "Halo, Pak Javas?" panggil Zehra yang menjadi geram karena sikap arogan Javas yang selalu memotong bahkan memutuskan pembicaraan sepihak menambah daftar panjang kisah pilunya hari ini. *** Sepuluh menit kemudian mobil Toyota Camry warna hitam menepi tepat di depan halte tempat Zehra berteduh sendirian. Seorang supir membawa payung hitam besar dan memayunginya ketika Javas turun dari mobil dan mela
Zehra tersentak kaget yang melayangkan pukulan pada sisi pintu mobilnya dengan kepalan tangan yang masih terkepal."Katakan sekali lagi?!"Zehra mendongak, membalas tatap Javas yang menghunusnya, namun tak ada jalan keluar baginya. Zehra menaikkan dagunya, menguatkan hati."Teman-temanmu yang datang bersama mu malam itu di klab, aku nggak tahu nama-nama mereka yang jelas beri aku nomor telepon ketiga temanmu, aku benar-benar kehabisan cara kalau kamu nggak mau membantuku mungkin mereka bisa menerima dan menolongku, aku tahu mereka juga sama mesum dan kayanya dengan anda." cicit Zehra yang langsung menyesal karena kalimat terakhirnya.Ditariknya lengan Javas, dan seketika lelaki itu menoleh dengan marah, "Gimana?Tolong bantu saya kali ini, saya mohon Pak Javas."Dengan kasar ditarik pinggang Zehra, menabrak bagian depan tubuh Javas, bahkan Zehra sempat mengadu. Javas menahan kepala Zehra lalumenciumnya dengan membabi-buta, merasakan tubuh Zehra yang terkesiap kaget hingga akhirnya men
Tindakan SenonohJavas menoleh sejenak, dengan acuh ia menyingkirkan tangan wanita itu dari atas dengkulnya. Javas memang tak beranjak namun ia masih memperhatikan Zehra dari tempatnya.Zehra yang sedang membungkuk untuk menaruh gelas terakhir tampak tiba-tiba menarik tangannya dan berdiri dengan tegak. Ketiga pria itu tergelak dengan reaksi Zehra yang tampak lucu di mata mereka. Berbanding terbalik dengan wajah pucat Zehra. "Mau gabung sama kita, ayo duduk sini!" ajak salah satu lelaki itu yang sudah memberi tempat di antara mereka. Spontan Zehra tersenyum ala joker dan langsung mengambil nampan hingga kembali dikejutkan oleh tepukan di bokong, yang membuat wanita itu bangkit meluruskan tubuhnya Dengan kesal yang tertahan, Zehra menatap tajam ke arah ketiga pria itu yang tawanya semakin lebar. Kemudian Zehra membatu dengan kedua manik yang berkaca-kaca dan berlalu pergi.Javas yang tak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi, berusaha menekan emosinya yang hendak menghambur ke tempa