Beranda / Romansa / Terjerat Kontrak Cassanova / 3. Mencurangi Casanova

Share

3. Mencurangi Casanova

Penulis: Intans Ranum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-18 22:32:28

“Maaf,” sembur Zehra meski tercekat. Dan kembali menatap lurus ke arah sebelumnya.

"Rambutmu wangi vanila."

Zehra terkesiap saat lengan kokoh Javas dibebankan pada bahu kirinya terlebih hembusan napas Javas yang begitu dekat tepat di atas rambutnya.

"Maaf, Tuan mau saya tuangkan minum?"

Sudut bibir Javas berkedut sedetik, ia semakin mengeratkan rangkulannya dan menahan gerakan Zehra yang tak perlu.

Mata Javas melirik lengan Zehra yang masih berusaha meraih gelas yang terletak di atas meja, menampung meraihnya meski tertahan rangkulan Javas.

"Apa kamu baru aja mengabaikan aku?" bisik Javas menggumam setelah itu dengan kasar Javas melepaskan rangkulannya meski masih tak memberi jarak.

"Buka botol yang Vodka itu dan tuangkan aku ke dalam gelasku!"

"Apa?" tangan Zehra berhenti di udara pasalnya botol yang ia raih adalah transaksi wiski yang sudah dibuka segelnya.

Javas membalas tatap Zehra ingin tahu yang memasang wajah memelas memelas, "Maaf, Tuan tapi aku ngga bisa buka botol walaupun dengan alat, aku pernah coba tapi selalu gagal"

"Oh ya? Bukannya kamu sudah biasa buka botol dan menyajikan minum ke gelas untuk lelaki?"

"Baru beberapa kali sih, itu pun dengan bantuan alat dan masih kesulitan tapi biasanya sudah dibuka lebih dulu oleh bartendernya." balas Zehra yang diam-diam bersyukur akan perbincangan receh.

"Jadi benar baru beberapa bulan ya." gumam Java.

"Apa?" tanya Zehra yang dibalas denusan oleh Javas. Lalu ia memutuskan untuk menyuruh Theo yang sedang bersulang ria dengan rekan minumnya.

"Theo, buka botol ini dan yang itu juga!" Suruh Javas yang dibalas tatap menuduh oleh wanita yang disamping Theo pada Zehra yang bernama Nina yang berpikir Zehra sengaja berlagak manja hingga menganggu kesenangannya bersama Theo terlebih Zehra memandangnya dengan senyuman meringis tampak tak paham akan kekesalan Nina.

Setelah itu kebersamaan mereka larut bersama dentuman musik dari lantai bawah dan higar bingar klub malam dengan segala intriknya termasuk orang-orang yang mulai menurun kesadarannya namun tidak pada Zehra yang menahan diri untuk menghempaskan tangan Javas yang bergelayut erat di bahunya, aroma alkohol yang menguat dari mulut dan tubuh Javas lah yang membuat Zehra ingin pergi.

Javas kembali menarik tubuh Zehra yang bergeser menjauh lalu ia meminta Zehra untuk kembali menuangkan minumannya meskipun tak masih tak melepaskan bahu Zehra untuk ia bersandar pada tangan kirinya, Javas menyukai tubuh Zehra yang terasa pas berada di dalam rengkuhannya termasuk gerakan dan hembusan napas kasar karena tak nyaman walau tak saling berbicara Javas tetap menyukainya.

Javas menatap ke dalam Zehra yang tetap melayaninya meski wajahnya tanpa senyuman apalagi basa basi menggoda seperti apa yang dilakukan pekerja lain di dekatnya.

"Menurutmu...apa aku terlihat belum siap menikah?"

Tangan Zehra melayang di udara tepat di depan dada bidang Javas dengan gelas berisi Vodka di dalamnya menatap tanya pada Javas, saat diteliti wajah Javas yang terlihat loyo karena mabuk membuat Zehra mengeluarkan napas kasar dan menaruh gelas di atas meja kemudian ia menggoyang-goyangkan lengan Javas agar terbangun .

"Tuan, apa tugasku sudah selesai?" tanya Zehra sambil berusaha menyadarkan Javas.

"Percuma, dia sudah terlalu sadar untuk menjawab pertanyaanmu," seru Elkan tenang.

"Jadi apa tugasku sudah selesai? aku boleh pamit ke bawah? karena aku masih harus membantu pekerjaan yang lain."

Elkan hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh dengan mata yang menatap ke dalam pada Zehra. 

"Kamu antar aja dia ke kamar tidur biasa dia pesan!" suruh Elkan sambil mencondongkan tubuhnya menunggu reaksi Zehra sepenuhnya.

Zehra mengerjapkan mata untuk mencerna dan sedetik kemudian ia menunjukkan persetujuan ia bergantian Javas dan Elkan, "Maksudnya aku yang antar tuan Javas ke kamar hotel dan memesan kamar VVIP?"

"Theo yang akan mengurus semuanya, kamu hanya perlu mengikuti petunjuknya, kamar mana yang harus kamu tuju dan temani Javas, layani dia sampai puas!" Jelas Elkan tersenyum tipis dengan mata memicing tajam.

Wajah Zehra berubah dingin dengan dagu yang diangkat Zehra menjawab, "Tapi aku bukan wanita pekerja seks!"

"Oh ya? tapi kamu tahu 'kan, bayaran yang akan kamu terima tidak sedikit dan Javas sudah menerima tawaran Javas, jadi selesaikan pekerjaan lo sampai akhir!" seru Theo ditransmisikan pada Zehra yang membatu ditempat.

"Gue cabut!" ucap Regis bangkit dari sofa melenggang pergi ke arah pintu luar tanpa menghiraukan panggilan riuh yang ditahan.

"Baiklah, gue juga cabut dan lo, Theo pastikan Javas beristirahat dengan senang, dia pasti ngga persetujuan bangun pagi ditemani Zehra."

"Lo, yakin ngga mau booking kamar juga El?" tanya Alven menahan Elkan yang sudah berdiri dan membalas dengan anggukan kecil.

"Ngga asik lo! sesekali lo harus coba melampiaskan dahaga lo, jangan munafik El, gue tahu lo butuh rilis!" Raung Alven yang sudah jelas mabuk.

“Miran akan senang mendengarnya, ya?” balas Elkan menertawakan dan dia terkekeh saat ketenangan Alven berubah menjadi risau.

"Sial, lo! Gue ngga perduli sama Miran sama kayak dia yang udah ngga peduli sama gue! Miran! Sialan!" umpat Alven ruuh yang langsung di tenangkan oleh wanita di sampingnya. Seketika itu juga ditepis oleh Alven yang langsung meracau tak jelas.

Sedangkan Elkan tentu tidak peduli di detik ia membalas di detik itu juga ia pergi meninggalkan ruangan itu. Zehra memandang nanar ke sekitarnya.

"Heh, lo yang disana!"

Zehra menoleh ke Theo dengan wajah datarnya, menunggu ucapan selanjutnya

"Gue udah booking kamar VVIP di lantai dua puluh tujuh buat Javas, lo temani Javas ke kamarnya, lo cukup ikuti mereka!" suruh Theo yang menunjukkan dua orang berpakaian serba hitam yang baru saja memasuki ruangan dengan dagunya.

Dan dua lelaki tadi langsung memapah tubuh besar Javas bangkit dari sofa dan diantaranya memberi isyarat tubuh untuk Zehra ikut bangkit dan pergi bersama.

"Kalian sudah bisa pergi!" usir Theo pada wanita ketiga yang tadi menemani Regis dan Elkan minum setelah memberi beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu.

"Mari Nona!" pinta salah satu lelaki berpakaian hitam itu. Zehra mengangguk dan mengikuti mereka ke pintu luar dengan langkah yang diseret-seret.

Zehra mendengus pada Javas yang bergumam menolak di papah oleh dua lelaki tadi, berlagak sadar meski ia berjalan sempoyongan dan sesekali menoleh kebelakang menekankan Zehra mengikutinya, padahal lorong sempit yang mereka lewati sulit bagi Zehra untuk kabur terutama ada dua lelaki bertubuh tambun yang ikut mengawasinya.

Sekali lagi Zehra memelankan lajunya sambil berpikir cara agar lolos, "Pak,  aku udah nggak kuat,  aku harus ke toilet sekarang!" sergah Zehra menghempaskan tubuh besar Javas ke dinding dan berlari cepat ke arah toilet di depannya. 

"Jangan coba-coba kabur! Di kamar Tuan juga ada toiletnya." cekal salah satu anak buah Javas. 

Zehra mengeratkan genggamannya pada ujung roknya. "Nggak, aku nggak akan berani! Lagipula aku bekerja disini. Katakan saja nomor berapa kamarnya? Dan aku akan langsung menyusul."

Zehra mengangguk, setelah diberitahu nomor kamar yang dimaksud dan beringsut berbelok memasuki toilet wanita. Zehra menyempatkan untuk menoleh, menghempaskan napas lega dan meneruskan langkah memasuki pintu toilet dengan harapan ketiga orang itu terlambat menyadari kecurangannya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Kontrak Cassanova   4. Masalah Pribadi

    ***Setelah berhasil mengelabui kedua bodyguard tadi, Zehra melewati lorong yang akan membawanya kembali pada area club, bekerja kembali. Di tengah lorong Zehra mendapatkan panggilan telpon dari papahnya. "Hallo""...""Aku ngga bisa, Aku lagi kerja! Jelas ngga bisa ditinggal,""...""Apa lagi sekarang! Aku udah muak dan aku capek, mau papah apa, sih?""..."Zehra mengeratkan genggaman ponselnya, mendengar tiap suara berat diujung telepon, Zehra menekan keningnya frustasi berharap bisa menghalau segala resah dan khawatir yang membelenggunya."Yaudah, aku usahakan kesana, sekarang, Papah tunggu aku dan pastikan ponsel Papah aktif." tutup Zehra gusar dengan langkah berat ia menghadap ke bosnya yang tengah mengawasi."Bos, aku minta maaf sebelumnya tapi aku harus minta izin,""Izin apa, Zehra?"***Zehra berdiri saat menyadari bus tengah memelankan laju pertanda jika tujuannya sudah sampai dan betapa terkejutnya Zehra memandang ayahnya yang tampak loyo tengah duduk membatu dengan bahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Terjerat Kontrak Cassanova   5. "Aku Bukan Pelacur!"

    "Dia libur hari ini.""Gue pilih level satu inisial A1 paket lengkap." Alven mengambil alih percakapan dengan menunjukkan sebuah foto pada Javas, "Sexy, kan?!" Kedua matanya berkedip dua kali mengerling.Dengan wajah yang ditekuk Javas mengabaikan Alven yang terus menggodanya. Dia mengambil tablet di tangan Alven lalu mencari pilihan level 2."Nggak ada fotonya." protes Javas saat hanya melihat daftar inisial B1 sampai B9.""Maaf, pekerjaan ini bagi level dua semacam part time job, mereka hanya bekerja jika ada waktu luang atau keadaan mendesak butuh uang, dan, identitas mereka kami rahasiakan dan untuk B6 sampai B9 mereka cuma menemani minum nggak lebih" jelas pria berjas dan berdasi kupu-kupu yang sedari tadi berdiri di samping Alven memberikan penjelasan."Level satu paket lengkap, lo pilih siapa ceweknya!" intrupsi Alven menggeser page pada iPad yang masih dipegang Javas."B9.""What? Seriously?!""Menemani minum bukan berarti ngga bisa bersenang-senang, lo tahu itu 'kan? Lagian b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Terjerat Kontrak Cassanova   6. Akal Bulus Javas

    "Masuk!""Tuan Javas, saya minta maaf atas kericuhan yang baru saja terjadi, anda tenang saja, Saya sudah menyuruh asisten Saya untuk membuat Lyra kembali meminta maaf dan menemani anda di sisa jam malam, saya mohon pengertiannya Lyra itu memang pertama kali menemani tamu eksklusif seperti anda karena biasanya di bertugas sebagai pelayan paruh waktu jadi sekali lagi saya minta maaf.""Jadi benar, dia baru pertama kali melakukannya?" tanya Javas setengah memastikan."Benar Tuan, mungkin sebentar lagi Lyra akan segera kembali,-""Nggak perlu, saya memutuskan memakluminya tapi sebagai gantinya saya punya permintaan.""Saya usahakan bisa membantu anda, Tuan "Seringai di sudut bibir Javas semakin tinggi. Jika ciuman wanita itu tidak semanis melebihi yang ia pikirkan, bagaimana mungkin seorang Javas membiarkan pipinya tertampar begitu saja. Tetapi, ia tetap tak bisa membiarkan tamparan itu berlalu begitu saja. Wanita itu harus membayarnya.***Akhirnya pagi kembali menyinari langit tempatn

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Terjerat Kontrak Cassanova   7. Tawaran Sensual

    "Dan apa motivasi kamu itu?""Ada urusan keluarga yang mendesak, dan bos Topo memberi saya solusi seperti itu, jadi saya coba.""Menurut kalian itu solusinya? Dan apa kamu bilang, kamu mencobanya? Apa kamu sadar apa akibatnya kalau kamu bertemu dengan pelanggan yang salah dan semakin terjerumus pekerjaan itu, Lyra!" sentak Javas.Zehra tersentak, ia yang tadinya menatap penuh pada Javas langsung menunduk, aura dominasi begitu terasa dari diri Javas bahkan ketika ia tak melakukan apapun dan disaat Javas menyentaknya jelas Zehra terkesiap ditambah ia mengkhawatirkan nasibnya.Javas menghela napas kasar, "Apa ini berhubungan dengan kebutuhan kamu mendapatkan uang yang banyak dalam waktu singkat?"Zehra mengangguk kecil, membalas Javas dengan meringis dan rasa rendah diri menyergapnya.Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan duduk di sofa yang sama, cukup dekat dengan Zehra,"Dengar! sebenarnya selama ini aku memperhatikanmu entah kenapa, kamu membuatku sangat b

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Terjerat Kontrak Cassanova   8. Sebuah Pemicu

    Braakk!!Javas mengumpat geram menyadari Zehra telah kabur dengan pintu yang dibanting kasar, "Halo""...""Ok, i'll handle it" tutupnya.Javas mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa menyebarkan gosip terlebih dentuman suara pintu yang dibanting, sudah jelas mengundang tanya sekretaris dan staff yang bekerja di lantai yang sama dengannya.Javas menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Javas tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sumsum.Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Javas mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia selalu mampu mengendalikan gairah hingga bisa mendominasi dan menyetir pasangannya dan belum pernah sebodoh ini bahkan pada Leticia mantan terindahnya.Dan sekarang, ada ketertarikan yang membuatnya hampir lepas kendali, semudah itu. Masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Terjerat Kontrak Cassanova   9. Tekad Atau Nekat

    "Halo, apa benar ini dengan Pak Javas?" Butuh beberapa detik untuk Javas menjawab, "Iya betul, saya sendiri. Anda siapa?" "Maaf, Pak mengganggu waktunya, saya Lyra dari klab Euforia saya dapat nomor Bapak dari bos Topo. ah... Begini Pak, saya ingin meminta waktu sebentar aja, Pak. Apa bisa-" "Kamu dimana?" sambar Javas dingin. "Apa? Ah... Saya di halte di dekat gedung balai kota, ada yang perlu saya bicarakan-" "Apa kamu sendirian di halte bus?" Zehra mengerutkan dahi dan meneliti sekitarnya, "Iya, Pak saya sendiri di sini," "Tunggu disana!" pungkas Javas menutup sambungan telepon. "Halo, Pak Javas?" panggil Zehra yang menjadi geram karena sikap arogan Javas yang selalu memotong bahkan memutuskan pembicaraan sepihak menambah daftar panjang kisah pilunya hari ini. *** Sepuluh menit kemudian mobil Toyota Camry warna hitam menepi tepat di depan halte tempat Zehra berteduh sendirian. Seorang supir membawa payung hitam besar dan memayunginya ketika Javas turun dari mobil dan mela

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Terjerat Kontrak Cassanova   10. Test Drive (Uji Coba)

    Zehra tersentak kaget yang melayangkan pukulan pada sisi pintu mobilnya dengan kepalan tangan yang masih terkepal."Katakan sekali lagi?!"Zehra mendongak, membalas tatap Javas yang menghunusnya, namun tak ada jalan keluar baginya. Zehra menaikkan dagunya, menguatkan hati."Teman-temanmu yang datang bersama mu malam itu di klab, aku nggak tahu nama-nama mereka yang jelas beri aku nomor telepon ketiga temanmu, aku benar-benar kehabisan cara kalau kamu nggak mau membantuku mungkin mereka bisa menerima dan menolongku, aku tahu mereka juga sama mesum dan kayanya dengan anda." cicit Zehra yang langsung menyesal karena kalimat terakhirnya.Ditariknya lengan Javas, dan seketika lelaki itu menoleh dengan marah, "Gimana?Tolong bantu saya kali ini, saya mohon Pak Javas."Dengan kasar ditarik pinggang Zehra, menabrak bagian depan tubuh Javas, bahkan Zehra sempat mengadu. Javas menahan kepala Zehra lalumenciumnya dengan membabi-buta, merasakan tubuh Zehra yang terkesiap kaget hingga akhirnya men

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Terjerat Kontrak Cassanova   11. Tindakan Senonoh

    Tindakan SenonohJavas menoleh sejenak, dengan acuh ia menyingkirkan tangan wanita itu dari atas dengkulnya. Javas memang tak beranjak namun ia masih memperhatikan Zehra dari tempatnya.Zehra yang sedang membungkuk untuk menaruh gelas terakhir tampak tiba-tiba menarik tangannya dan berdiri dengan tegak. Ketiga pria itu tergelak dengan reaksi Zehra yang tampak lucu di mata mereka. Berbanding terbalik dengan wajah pucat Zehra. "Mau gabung sama kita, ayo duduk sini!" ajak salah satu lelaki itu yang sudah memberi tempat di antara mereka. Spontan Zehra tersenyum ala joker dan langsung mengambil nampan hingga kembali dikejutkan oleh tepukan di bokong, yang membuat wanita itu bangkit meluruskan tubuhnya Dengan kesal yang tertahan, Zehra menatap tajam ke arah ketiga pria itu yang tawanya semakin lebar. Kemudian Zehra membatu dengan kedua manik yang berkaca-kaca dan berlalu pergi.Javas yang tak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi, berusaha menekan emosinya yang hendak menghambur ke tempa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13

Bab terbaru

  • Terjerat Kontrak Cassanova   68. Ikut Permainan

    “Halo,”“Ra, akhirnya kamu angkat telpon aku juga! Ra, tolong bantu aku bicarakan pada pria itu untuk berhenti mengacaukan pekerjaanku! Aku sudah merelakanmu ‘kan? Jadi seharusnya dia menghentikan semuanya ‘kan?”Zehra menghela napas gusar dan menatap balik Javas yang menyeringai ringan kemudian mengangguk kecil. “Ya, aku akan menolongmu untuk bicara sama dia, ada lagi?”“Apa?... Ah, kamu mengerti ‘kan? Posisi aku? Kamu nggak marah sama aku ‘kan?”Zehra menahan nafasnya saat Javas menyambar ponsel dan mematikannya. ***Javas membuka kancing kemeja nya, melonggarkan ikat pinggangnya. "Apalagi yang bisa kulakukan selain ngobrol dengannya di tempat kerjamu. Kamu melarangku bicara dengan orang lain," balas Zehra berbaring di sofa panjang depan tv. "Entah kenapa aku nggak suka melihatmu bersamanya." Javas tiba-tiba menindih Zehra. Remote tv yang dipegangnya terjatuh karena kaget. Serangan Javas membungkam mulutnya sebelum protes. Awalnya Zehra meronta memukul dada Javas tapi lama-lama

  • Terjerat Kontrak Cassanova   67. Ketahuan

    “Mau kemana?”refleks “Kenapa kamu harus menyamar jadi orang lain, hah? Apa tujuan kamu sebenarnya?”“Tujuan? Ckk… itu cuma sekedar nama panggung Jav! Lagian kamu tahu dari mana nama asli aku?”Javas memandang Zehra lamat lalu menjawab, “Aku jelas mendengar mantan pacarmu itu yang memanggil kamu Zehra.” “Oh, ya…. Kami saling mengenal sebelum aku bekerja di club malam,”“Lalu?”“Lalu, bukan cuma kamu orang yang memanggil aku dengan panggilan Lyra. Semua orang yang memakai jasaku, jga memanggil nama itu. Jadi apa kamu udah paham? Apa pembahasan kita udah selesai?”“Pergilah, setelah kamu, aku juga harus mandi atau kita bisa mandi berdu-”“Aku duluan!” potong Zehra segera berlalu.***"Iya Mah, aku paham. Tapi untuk kali ini aku lagi fokus membiayai urusan rumah sakit papah yang ternyata cukup banyak dan masih panjang. Tapi aku yakin aku bisa mengatasinya satu persatu." ucap Zehra sebelum ia memutuskan panggilan. Zehra menarik napas lega. Karena masalahnya sudah teratasi satu persatu d

  • Terjerat Kontrak Cassanova   66. Penemuan Yang mengejutkan

    Mataku mengerjap menyaksikan benda mencuat dengan begitu gagahnya. “Jadi?” Alis Javas terangkat menggoda.“Udah bereaksi ternyata,” refleks jawaban itu meluncur dari bibirku.“Yeah, I know" Javas mengangguk membuat bola mataku berputar. Dia terkekeh melihat wajah sebalku, sementara aku hanya bisa terpaku saat menyaksikan telapak tangannya perlahan melingkari miliknya lalu dengan santai mulai bergerak.Ya ampun, aku terpesona, seperti terhipnotis melihat pemandangan di hadapanku. Ada sesuatu yang sangat seksi melihat seorang laki-laki memuaskan dirinya sendiri, apalagi laki-laki setampan Javas, dengan tubuh tegap, rambut berantakan, dan cambang tipis yang membuatnya semakin maskulin, dengan celana yang ditarik ke bawah dan sepasang mata berkabut oleh gairah, dengan kepercayaan dirinya yang terpancar jelas.Tanpa ragu apalagi malu-malu, tangannya bergerak mantap mengurut miliknya yang semakin “Jadi mau mulai kapan? Karena milikku udah siap,” Suara serak Javas membuyarkan lamunanku. K

  • Terjerat Kontrak Cassanova   65. Rujuk?

    “dan mulai sekarang kamu hanya akan jadi milikku!”Zehra menjauhkan tubuhnya, menatap Javas dengan ekspresi kecewa. Dia berniat protes tapi ditarik kembali masuk dalam dekapan pria itu. "Aku akan meminta Theo menarik proposal kerjasama itu. Jadi nggak ada alasan dia buat nyalahin kamu kalau dia nggak kepilih jadi penanggung jawab di kantornya." "Jav, walau gimanapun kamu nggak boleh mencari masalah sama pekerjaan orang lain yang udah diperjuangin oleh siapapun itu, bahkan kamu sadar nggak sih? Kalau kamu udah ngerepotin teman kamu hanya untuk menyingkirkan Ricky dari tender itu. Maksud aku siapapun orangny, tolong jangan usik pekerjaan mereka demi Maslah pribadi. Karena kalau ada orang yang melakukan hal yang sama, aku yakin nggak ada orang yang terima dengan hal itu." bisik Zehra membujuk. Javas menarik napas berat menyadari betapa gigihnya perempuan ini mempermainkan logika dan simpatinya. Dia membaringkan tubuh Zehra di sampingnya lalu tangannya berusaha mengambil ponsel di atas

  • Terjerat Kontrak Cassanova   64. Datang Kembali

    Zehra berguling-guling di tempat tidur, menutup tubuhnya dengan selimut berusaha menghilangkan pikiran aneh di kepalanya. Dia bingung apa yang harus dilakukan. Semuanya jadi rumit saat dia berencana menata masa depannya dan malah bertemu dengan Javas. Jam di dinding berdetak cukup nyaring dalam kekalutan Zehra, jam 22:15. Dia memperhatikan jarum jam itu terus berputar, sementara pikirannya bermain tarik-menarik antara akan kembali atau tidak ke apartemen Javas. Jika Zehra kembali, dia bisa membujuk Javas agar tak bermain-main dengan rekaman CCTV mereka yang sedang bercinta di berbagai sudut apartemen Javas, terlebih jika Zehra bisa kembali memanfaatkan Javas, dengan begitu masa depannya tak akan terancam, bukan? Zehra mengacak rambutnya frustasi, kembali berguling-guling di tempat tidur sambil menutup mata. Apa dia harus bertahan dengan keputusannya, tapi apakah dengan begitu Javas akan melupakan ancamannya? Dia yang pertama menawarkan diri. Karena panik setelah mendengar keadaan

  • Terjerat Kontrak Cassanova   63. Kabar Buruk

    "Sayang, aku punya berita bahagia buat kamu, sesuatu yang selalu kamu tunggu-tunggu.”Perlahan Gista mendongak, ia menunggu tanpa antusias dan benar saja.“Minggu depan aku ambil cuti, udah disetujui" bisik Eno mengecup kepala Gista. "Akhirnya kita bisa liburan berdua."“Minggu depan? Mas, baru kemarin aku ambil cuti. Aku udah pernah bilang ‘kan sebelumnya kalau aku nggak diizinkan ambil cuti dua kali di bulan yang sama.”“Dan aku udah mengupayakan untuk dapat cuti itu, biar kita bisa berlibur bersama, supaya kamu nggak merasa kesepian seperti kemarin.”“Tapi, Mas. Tetap aja aku nggak enak sama teman kerjaku-”"Udahlah kamu nurut aja apa kata aku, kalau gaji kamu dipotong, biar aku yang ganti, ok!” potong Eno mulai tak sabar.Perasaan Gista kembali terasa diremas-remas. Pria ini, selalu saja mengatur hubungan mereka sendiri. Tak banyak pendapat Gista yang didengar olehnya. Jika dulu ia menikmatinya namun semakin lama Gista semakin merasa tak dihargai pendapatnya. “Aku lapar, hari ini

  • Terjerat Kontrak Cassanova   62. Diantara 2 Pria

    "Siapa pun pria itu yang menghabiskan malamnya di sini." Alven berdesis. Gista tersentak, memandang Alven dalam.Alven mengerti tatapan Gista yang terkejut dan kecewa padanya. Tetapi hal itu mengganggunya. Dia akan menarik rambut wanita ini dan bercinta habis-habisan di sofa itu jika saja keesokan harinya nama wanita ini akan menghilang dari ingatannya. Namun, saat ini berbeda, yang di hadapannya adalah Gista, wanita yang bisa-bisanya demikian cepat membuat hatinya berdenyut, rasa itu, rasa ingin memiliki seutuhnya menggedor-gedor dinding pertahanannya. Dan keinginan itu demikian besarnya, berbanding lurus dengan gairahnya yang belum tersalurkan. Alven menggeram, mengusap wajahnya kasar, lalu mengedarkan matanya ke sekeliling ruangan. "Hanya ini yang diberikannya untukmu?" Kepala Gista belum bisa mencerna apa maksud perkataan Alven. "Berapa dia membiayaimu per bulan? Aku bisa memberikanmu uang bulanan dua kali lipat dari dia, dan tempat tinggal yang lebih layak. Jadi berapa dia ka

  • Terjerat Kontrak Cassanova   61. Tamu Malam

    Gista tersenyum terlalu lebar saat mendapat pesan bahwa Alven sedang menuju ke tempat ia berada, tak selang berapa lama mereka berbalas pesan suara bel berbunyi, detak jantung Gista berdetak lebih cepat, bergegas membuka pintu."Lebih awal dari perkiraan, kan?" Kata Eno saat mendekat. "Kaget?" ucapnya seraya mengecup pelipis Gista. Menarik pinggang Gista merapat ke tubuhnya. "Mas memang pengin kasih kamu kejutan dengan pulang lebih awal dan lebih lama, tapi sayangnya ini nggak sepenuhnya kejutan. Atasan Mas, mendadak telepon, ada rencana bisnis yang mau dibahas, meeting mendadak." Gista masih akan melanjutkan keluh kesahnya jika saja matanya tak menangkap Gista yang masih bergeming. Senyum timbul di bibirnya. "Beneran bikin kaget, ya?" Bola mata Gista akhirnya bergerak penuh kesadaran. Senyum tipis Gista mengulum sebelum mengangguk kaku. "Jadi... nanti malam, Mas mau pulang ke sini lagi?" tanya Gista penuh antisipasi. "Hmm... itu dia, Anne langsung pesan tiket begitu tahu aku bali

  • Terjerat Kontrak Cassanova   60. (Bukan) Munafik

    Kemudian Zehra merasakan dorongan keras seolah memaksa untuk masuk. Jantung Zehra berdetak bersama seperti orkestra dalam aliran penuh. Ia menangis, tidak berpikir Javas akan menidurinya dalam situasi ini. Tak ayal Zehra bereaksi panik ketika Javas menggagahinya dengan kejam di tengah pikiran yang melayang. Javas bernapas keras di lehernya, di cela rambut ikal yang menempel di sana karena keringat. Dia bercinta seperti binatang, ia lah yang memegang kendali sampai Zehra tidak tahu bagaimana memohon padanya untuk berhenti.Hentakan Javas berirama konsisten dan kuat, mengeluarkan sebagian besar sebelum menabrakkannya kembali ke tubuh Zehra, menghantam G-spot nya. Jika Zehra tak membekap mulut Linang ia pasti sudah berteriak. Wanita itu terjepit di dinding, lututnya seperti jeli saat orgasmenya mengejang dan melonjak, hentakan Javas liar, hampir tidak terkendali saat dia terengah-engah dan mendengus, menggenggam dan menariknya untuk lebih dalam. Dengan setiap dorongan bertenaga, tu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status