Hari berganti hari, dan tak terasa sudah hampir satu minggu Felix tak juga kunjung bertemu dengan Ayana. Setiap hari pria itu pergi ke Saint Peter dan rekan-rekan Ayana yang di temuinya disana mengatakan hal yang sama. Mantan kekasihnya itu sedang mengambil cuti sakit untuk beberapa hari.Pria patah hati itu menatap pilu foto cantik Ayana yang sedang memeluknya saat mereka bersama di Los Angeles. Kehilangan wanita yang di cintainya itu sama saja seperti kehilangan dirinya sendiri! Sial, Felix baru menyadari bahwa ia benar-benar sangat mencintai Ayana!Hampir lima tahun lebih mereka menjalin kasih, Felix tidak pernah melanggar janji untuk tidak menyentuh Ayana atas permintaan wanita itu sendiri. Dan saat ini, sungguh Felix sangat menyesali kebodohannya itu.“Aku menghabiskan malam ku dengan menyentuh wanita lain setiap kali mengeras karena mu, Ayana. Dimana kau? Aku tidak akan memafkan diriku sendiri karena telah menyakitimu!”Felix menekan kuat ponselnya hingga layar benda pipih itu m
Pukul setengah delapan malam, Henry Giordano memasuki country & club terbaik di London, Vaugn Olhemer club milik hotel Olhemer yang luar biasa megah.Suasana club sedikit hiruk pikuk dengan alunan musik musik dan beberapa orang yang terlihat mengobrol. Hanya sederetan orang-orang kaya yang menghabiskan uangnya disana.Mata Henry berkeliling mencari rekan bisnis yang akan di temuinya disana ketika tanpa sengaja iris matanya menangkap sosok Aaron Xavier dan oh ya Tuhan Henry hampir kehilangan pijakan kakinya ketika adik perempuannya Ayana Giordano tengah duduk di samping Aaron, mereka terlihat sedang mengobrol dan sial, mereka tertawa. Bersama?Sejenak Henry lupa untuk apa ia kesini, langkah kaki nya yang buru-buru tadi dari bandara ke tempat ini langsung sirna begitu saja karena melihat keberadaan Aaron dan Ayana.Demi Tuhan Aaron bisa menggaet wanita manapun di dunia ini tapi tidak dengan Ayana. Seluruh hati Henry menolak dengan keras.“Ayana? Aaron?” Henry menarik kursi di depannya t
“Menurut Henry pun Felix pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari ku.” Ujar Ayana tiba-tiba memecah keheningan yang sejak tadi tercipta dalam perjalanan pulang mereka. Sorot mata wanita itu masih berada pada pemandangan diluar kaca jendela mobil.Tidak ada jawaban, di sampingnya Aaron menoleh padanya sejenak lalu kembali membuang pandangannya pada jalanan di depannya. Rasa geram memenuhinya melihat Ayana terlihat menyedihkan menyalahkan dirinya sendiri yang kurang sempurna untuk Felix. Sial, Felix sangat brengsek! Sepupu kurang ajarnya itu pasti merasa paling dicintai.“Kau juga setuju dengannya?” Ayana berbalik menatap Aaron dengan serius.Masih tidak ada jawaban, di persimpangan depan, Aaron mengambil jalur kiri memasuki kawasan taman kota yang tidak begitu ramai karena cuaca dingin. Semua orang sepertinya lebih memilih untuk bersembunyi didalam rumah.Aaron menghentikan mobilnya pada area timur yang terlihat kosong, tidak ada satu pun manusia yang berlalu lalang disana.CEO t
Suasana jalanan di taman yang sepi dengan temaran lampu taman yang menghiasi sepanjang jalan membuat keadaan di dalam mobil Aaron semakin hangat. CEO tampan itu menatap dalam retina mata hasel milik wanita cantik yang kini sudah berada di atas pangkuannya itu. Ayana Giordano menggigit pelan tepi bibirnya saat mendengar ucapan menggoda dari Aaron“Aku akan mengantar mu pulang setelah urusan kita selesai.” Bisik Aaron sesaat sebelum ia menarik leher Ayana dan menyesap bibir dokter cantik itu dengan panas.“Euhmm, Aaron. Ini nanti ada yang melihat kita.” Ayana melepas pagutan bibirnya dan menatap Aaron yang terlihat tidak khlas melepasnya.“Ini kawasan taman…” Aaron mengambil jeda sebelum mengedarkan pandangannya ke sekitar. “Sepi, hanya sebentar saja, aku ingin menghabiskan waktu sebentar dengan mu, sebelum mengantar mu pulang sayang.” Aaron memasang tampang sedihnya. “Malam ini aku tidur sendirian.” Gumamnya, sungguh beberapa malam bersama Ayana membuat Aaron mulai terbiasa dengan wani
Porche metalik milik Aaron berkendara memasuki halaman mansion keluarga Giordano sekitar pukul sembilan malam. Sesekali Ayana mengintip pada tangannya yang di genggam erat oleh Aaron, sehingga membuat pria itu hanya mengemudi dengan satu tangan.Mobil Aaron terparkir sempurna di depan air mancur, tapi pria itu masih juga tidak melepaskan tangannya.“Aaron, aku harus turun.” Ayana menggumam pelan.“Sebentar saja.” Aaron menolak, justru genggaman itu semakin kuat. Ia mendesah pelan. “Bagaimana aku akan bertemu dengan mu besok?” Tanya Aaron memelas.“Apakah besok kita harus bertemu?” Ayana menaikan alisnya.“Tentu saja, kalau pun kau menolak aku akan mencari berbagai alasan dan cara untuk bertemu dengan mu.” Aaron menatap tajam pada Ayana.Ayana mengatupkan kedua bibirnya sambil menatap Aaron lekat-lekat. “Aku besok harus kembali bekerja…”“Kau yakin? Bagaimana dengan tangan mu?” Aaron menyela.“Seharusnya kau tanyakan itu sebelum mengajak ku pergi hari ini.” Ayana memprotes ingin menari
Kamis pagi, Ayana mendengar ketukan di pintu ruangan kerjanya, ia mengangkat wajahnya dan melihat Mattew berdiri di ambang pintu, memegang sebuah majalah di tangannya.“Aku pikir kau benar-benar di culik oleh Aaron Xavier dan tidak akan kembali lagi.” Kata Mattew, melangkah masuk, memeluk Ayana sebentar sebelum duduk didepan meja kerja.“Tidak masuk akal.” Ayana menjawab sekenanya,“Siapa yang tahu?” Mattew mengangkat pundaknya ringan. “Aku pikir kau benar-benar jatuh cinta pada CEO tampan itu alih-alih hanya menjadi teman tidurnya.” Mattew tertawa.“Matt…” Ayana menajamkan matanya. “Aku sama sekali tidak ingin berbicara tentangnya.”“Tapi Aaron Xavier selalu menarik untuk menjadi topik perbincangan, Ayana.” Mattew mengangkat majalah yang tadi di bawanya. “Lihat. Ini sangat menarik.”Ayana menaikan alisnya sebelum iris matanya mengikuti kemana majalah tadi di letakan Mattew.”“Teman tidur mu masuk dalam The Journal pagi ini.” Ucap Mattew menunjuk pada Ayana wajah tampan Aaron Xavier y
“Aku pikir kita memiliki hubungan yang baik. Tapi kau memang sepupu ku yang paling brengsek!” Felix mendorong Aaron dan siap untuk memukul pria itu ketika ponselnya berbunyi. Regina.Felix baru saja ingin menjawab panggilan itu dengan penuh emosi namun sesuatu yang berdenting di belakangnya membuat pria itu berbalik dengan cepat sebelum menjawab panggilan masuk dari Regina.Tubuh Ayana bergetar hebat, ponsel yang berada di dalam genggamannya terjatuh begitu saja membuat bunyi berisik yang membuat Aaron dan Felix menoleh ke arah tiang penyangga yang berada tidak jauh dari mobil Felix.Sial! Tubuh Aaron seketika lemas tak bertenaga saat mendapati Ayana dengan linangan air mata.Jantung Ayana berdetak tak beraturan, dokter cantik itu nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya dan tersungkur ke lantai jika saja tangannya tak cepat memegangi sekat tiang dimana dia mencuri dengan semua pembicaraan Aaron dan Felix.“Jadi, apa ini alasan mu mendekati ku, Aaron? Kau mendekati ku hanya karena ingi
Dengan mata sembabnya, setelah Aaron pergi, Ayana langsung menuju ruangan kerja Mattew.Pria jangkung itu baru saja akan menyesap kopi hitam dari cangkir di tangannya ketika pintu terbuka dan wajah sembab nan berantakan Ayana muncul dari sana.“Are you okay?” Mattew meletakan cangkirnya dengan buru-buru lantas bangkit berdiri.“Aku ingin mendaftar sebagai relawan. Jika perlu besok aku sudah siap untuk berangkat.” Tandas Ayana begitu tiba-tiba membuat Mattew kehilangan nalarnya untuk sesaat. “Kau dengar aku, Matt?” Ayana mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan kepalan tangannya.Mattew mengangguk kecil lantas dengan tangan kanannya ia menggerakan tetikus di tangannya dan duduk. “Kau serius, Ayana? Ini berbahaya. Tempat ini bermil-mil jauhnya dari Sao Paolo. Henry sudah tahu ini?”“Dia akan mengerti.” Ayana menyisir rambutnya frustasi.“Ayana, pikirkan baik-baik. Kau masih baru disini, dokter-dokter muda disini sedang bersaing untuk mendapatkan jabatan sebagai kepala bedah unit, jika kau