Dua hari kemudian, Sao Paolo, Brasil.Pemandangan kaki langit di Sao Paolo memang indah, iris mata Ayana mengedar menatap ke sekitar saat ia turun dari pesawat. Namun tentu saja perjalanan mereka masih panjang, Sao Paolo hanya lah tempat transit bagi rombongan itu.Setelah perjalanan panjang lalu dilanjutkan dengan pesawat lainnya menuju selatan Brasil, mereka harus menempuh perjalanan darat dari Rio Grande Do Sul menuju sebuah kota kecil yang terletak beberapa kilometer dari ibukota negara bagian tersebut.Pemandangan dengan kota yang berantakan dan berserakan menjadi sambutan paling dingin yang bisa menyambut rombongan itu.Ayana mengeluarkan ponselnya dan menatap benda pipih itu yang sudah tak memiliki sinyal. Bagus, ini seperti melarikan diri ke negeri antah berantah.Beberapa petugas medis yang sudah lebih dulu tiba disana beberapa hari sebelumnya membantu para rombongan yang datang menuju camp istirahat.“Kita punya waktu istirahat hingga jam dua siang ini lalu secara tim kita a
Didalam kamar unit Apartmentnya, Regina membuka mulutnya dan membalas ciuman Felix dengan membalas sesapan pria tampan itu. Rasa kesal masih memenuhinya namun siapa yang tidak ingin bercinta saat ini. Melihat tubuh atletis Felix yang mempesona tentu saja sangat disayangkan jika ia menolak bercinta dengan pria itu. Apalagi Regina dengan wanita yang selalu dipenuhi dengan gairah itu tidak akan menolak jika di ajak bercinta kapan pun.Ayana Giordano? Parsetan dengan nama wanita itu. Regina pun menginginkan tubuh Felix sekarang.Ciuman Felix semakin turun ke ceruk leher Regina, tangannya sudah meremas bongkahan kenyal milik Regina.“Ehm, Fel…” Desis Regina.Dan saat Felix menjulurkan lidah dan menjilati lehernya, Regina terus mendesahkan nama pria itu.“Ayana,” Felix menarik wajahnya dan kembali menatap samar-samar wajah Regina.“Fuck! Parsetan dengan wanita sialan itu. Kau sudah membuatku bergairah.” Regina melingkarkan kedua tangannya di leher Felix lantas lidahnya dengan agresif mulai
Biasanya para pria patah hati di London akan mencari minuman beralkohol lalu kehadiran teman-teman akrab pun akan sangat amat penting, tapi alih-alih seperti pria-pria London pada umumnya, Aaron justru berkutat dengan laptopnya di dalam penthouse hotelnya. Ia baru saja tiba dari Kairo dua jam tadi dan melanjutkan meeting dengan team baru Wolverine.“Shit! Apa ini?!” Aaron mengumpat kasar pada ponselnya yang juga tidak kunjung menerima pesan dari Ayana.“Apa anda tidak menyukai rencana event ini tuan Aaron?” Seorang wanita muda yang sedang melakukan presentasi mendadak gugup karena bentakan Aaron.Louis dari balik layarnya menatap penuh kecurigaan pada Aaron yang selalu bertingkah aneh sejak mereka berada di Kairo.Aaron mengusap rahang tegasnya yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus yang belum sempat di cukurnya. “Tidak, lanjutkan saja.” Tandas Aaron lalu segera menekan mute pada macbooknya.Hampir tiga puluh menit bergulat dengan meeting itu Aaron langsung beranjak keluar, tujuan perta
Perasaan tidak enak yang merayap di hati Aaron sejak meninggalkan London menuju Kairo dibeberapa pagi yang lalu telah menjadi jawaban bagi pria itu.Tidak ada nya kabar dari Ayana selama ia pergi bukanlah hanya sekedar sesuatu yang bisa di tolerir Aaron. Nyata nya, pria dengan manik mata biru pekat itu hampir kehilangan kewarasannya saat mobilnya berkendara dengan kecepatan cukup tinggi.“Louis, siapkan penerbangan untuk ku malam ini juga menuju Brasil.” Perintah Aaron begitu panggilannya di jawab Louis dari ujung sana.”“Ada apa? Kita belum berencana untuk membuka project disana.”“Lakukan saja dan jangan bertanya!” Aaron langsung memutuskan panggilan itu tanpa menunggu Louis mengiyakan nya. Kepalanya hanya dipenuhi dengan Ayana saat ini.Mobilnya baru saja berbelok masuk menuju ke Berlind hotel ketika sebuah ferari hitam melaju kencang dan menyalip jalannya.“Fuck!” Aaron memukul keras dashboard mobilnya sebelum bergerak keluar dari sana, di depannya, Felix Dalles bergerak turun dan
Aaron mendorong tubuh Ayana pada kursi mobil Rubiconnya kembali setelah menarik wanita itu dari pria asing bernama Richard yang tak di gubrisnya tadi. Aaron benar-benar dikuasai emosi saat melihat Richard memegang tangan Ayana dan itu membuatnya bertindak lebih kasar lagi. Ia mengunci dan memenjarakan Ayana didalam ruang mobil mewah itu.“Aaron apa yang kau lakukan disini? Apa yang kau inginkan? APA?” Tentu saja Ayana terkejut, ia pikir setelahnya sebuah umpatan kasar yang akan menyambut ujung dari pertanyaannya, tapi sebuah ciuman hangat dan lembut dari bibir Aaron yang justru menyambutnya. Siapa yang tidak sinting jika diperlakukan seperti itu?! Jantung Ayana yang malang sialnya berdebar begitu gila saat ini.Ayana merindukan ciuman ini! Ia merindukan bibir Aaron dan juga wangi tubuh pria arogan ini! Tapi mengingat bagaimana kebohongan Aaron padanya membuat hati Ayana kembali terluka.“Aku sangat merindukan mu!” Ucap Aaron dengan suara serak tepat didepan wajah Ayana setelah ciuman
Aaron melipat kedua tangannya didepan dada bidangnya dengan wajah tetap datar saat menatap wajah cantik Ayana yang melihatnya dengan penuh keterkejutan.“Sudah cukup terkejutnya dokter?” Aaron mengangkat alisnya dengan angkuh.“Kau mau pamer?” Adalah kalimat yang keluar dari mulut Ayana membuat Aaron menangkup kedua pipi wanita itu dan meremasnya gemas.“Kau tidak bisa sedikit saja memuji ku hah?” Protes Aaron yang membuat Ayana menahan dirinya untuk mati-matian tidak tersenyum namun sial karena wajahnya semakin memerah akibat perlakuan Aaron padanya.Kilatan mata Ayana yang terlihat senang dan wajah wanita itu yang memerah sudah cukup membuat Aaron lega karena wanita itu terlihat lebih melembut padanya.“Berhentilah menginginkan pujian untuk dirimu sendiri, tuan Xavier.” Ayana mengangkat kedua tangannya dan memegang dua sisi lengan Aaron yang masih menangkup pipinya. “Turunkan tangan mu, orang-orang akan melihat kita.” Bisik Ayana penuh ancaman.“Tapi boleh aku mencium mu lagi?”“Kau
Hampir dua jam lebih Aaron membawa pandangannya dari kejauhan mengawasi Ayana dan Richard yang sedang mengobati warga-warga lokal yang terluka akibat dari gempa bumi dan tanah longsor yang terjadi sekitar dua minggu lalu.Angin kecil yang terus bertiup di sekitar telah berhasil membuat anak rambut Ayana bergerak menghalangi wajahnya. Melihat Ayana yang kesulitan dengan anak rambutnya lantas membuat Richard berinisiatif untuk menyelipkan anak rambut dokter cantik itu ke belakang telinga.“Aku akan membunuh pria itu jika dia menyentuh Ayana lagi!” Aaron menggeram frustasi dan ketika Richard kembali menyentuh rambut Ayana ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati kedua orang itu sebelum sempat di tahan oleh Diego maupun bodyguardnya.“Sayang, kau masih lama?” Aaron mengambil posisi disamping Ayana dan langsung merangkul pundak wanita itu, meremasnya lembut membuat Ayana nampak terkejut, begitu pula dengan Richard.Ayana menghentikan aktifitasnya sebentar lalu mendongak menat
Beberapa saat, satu-satunya gerakan ditengah keheningan yang tiba-tiba menyergap itu berasal dari angin malam yang berhembus. Ayana memasang tampang bingung dan terkejut, dengan gugup ia mencari belasan ribu kata di kepalanya yang entah berlari kemana.Dokter cantik itu kemudian memecah kesunyian itu dengan berjalan mundur membelakangi Aaron. Rasanya begitu gugup hingga ia tidak mampu menatap Aaron.“Kau marah lagi?” Aaron bergerak mendekat, tanpa ijin dari Ayana ia melingkarkan kedua tangannya di depan dada wanita itu dan memeluknya erat.“Kau selalu menuduh ku pemarah.” Ayana mendesah kesal namun tidak menolak pelukan Aaron padanya.“Lalu kenapa kau diam? Apa aku membuat mu kesal, hm?” Aaron menaruh ujung dagunya di puncak kepala Ayana.Ayana memejamkan matanya sebentar menghirup aroma tubuh Aaron yang bercampur dengan angin malam. Oh sungguh wangi ini yang paling ia rindukan.Semesta memang suka bercanda, lima tahun bersama Felix, namun alih-alih merindukan wangi tubuh pria yang ba