Suasana jalanan di taman yang sepi dengan temaran lampu taman yang menghiasi sepanjang jalan membuat keadaan di dalam mobil Aaron semakin hangat. CEO tampan itu menatap dalam retina mata hasel milik wanita cantik yang kini sudah berada di atas pangkuannya itu. Ayana Giordano menggigit pelan tepi bibirnya saat mendengar ucapan menggoda dari Aaron“Aku akan mengantar mu pulang setelah urusan kita selesai.” Bisik Aaron sesaat sebelum ia menarik leher Ayana dan menyesap bibir dokter cantik itu dengan panas.“Euhmm, Aaron. Ini nanti ada yang melihat kita.” Ayana melepas pagutan bibirnya dan menatap Aaron yang terlihat tidak khlas melepasnya.“Ini kawasan taman…” Aaron mengambil jeda sebelum mengedarkan pandangannya ke sekitar. “Sepi, hanya sebentar saja, aku ingin menghabiskan waktu sebentar dengan mu, sebelum mengantar mu pulang sayang.” Aaron memasang tampang sedihnya. “Malam ini aku tidur sendirian.” Gumamnya, sungguh beberapa malam bersama Ayana membuat Aaron mulai terbiasa dengan wani
Porche metalik milik Aaron berkendara memasuki halaman mansion keluarga Giordano sekitar pukul sembilan malam. Sesekali Ayana mengintip pada tangannya yang di genggam erat oleh Aaron, sehingga membuat pria itu hanya mengemudi dengan satu tangan.Mobil Aaron terparkir sempurna di depan air mancur, tapi pria itu masih juga tidak melepaskan tangannya.“Aaron, aku harus turun.” Ayana menggumam pelan.“Sebentar saja.” Aaron menolak, justru genggaman itu semakin kuat. Ia mendesah pelan. “Bagaimana aku akan bertemu dengan mu besok?” Tanya Aaron memelas.“Apakah besok kita harus bertemu?” Ayana menaikan alisnya.“Tentu saja, kalau pun kau menolak aku akan mencari berbagai alasan dan cara untuk bertemu dengan mu.” Aaron menatap tajam pada Ayana.Ayana mengatupkan kedua bibirnya sambil menatap Aaron lekat-lekat. “Aku besok harus kembali bekerja…”“Kau yakin? Bagaimana dengan tangan mu?” Aaron menyela.“Seharusnya kau tanyakan itu sebelum mengajak ku pergi hari ini.” Ayana memprotes ingin menari
Kamis pagi, Ayana mendengar ketukan di pintu ruangan kerjanya, ia mengangkat wajahnya dan melihat Mattew berdiri di ambang pintu, memegang sebuah majalah di tangannya.“Aku pikir kau benar-benar di culik oleh Aaron Xavier dan tidak akan kembali lagi.” Kata Mattew, melangkah masuk, memeluk Ayana sebentar sebelum duduk didepan meja kerja.“Tidak masuk akal.” Ayana menjawab sekenanya,“Siapa yang tahu?” Mattew mengangkat pundaknya ringan. “Aku pikir kau benar-benar jatuh cinta pada CEO tampan itu alih-alih hanya menjadi teman tidurnya.” Mattew tertawa.“Matt…” Ayana menajamkan matanya. “Aku sama sekali tidak ingin berbicara tentangnya.”“Tapi Aaron Xavier selalu menarik untuk menjadi topik perbincangan, Ayana.” Mattew mengangkat majalah yang tadi di bawanya. “Lihat. Ini sangat menarik.”Ayana menaikan alisnya sebelum iris matanya mengikuti kemana majalah tadi di letakan Mattew.”“Teman tidur mu masuk dalam The Journal pagi ini.” Ucap Mattew menunjuk pada Ayana wajah tampan Aaron Xavier y
“Aku pikir kita memiliki hubungan yang baik. Tapi kau memang sepupu ku yang paling brengsek!” Felix mendorong Aaron dan siap untuk memukul pria itu ketika ponselnya berbunyi. Regina.Felix baru saja ingin menjawab panggilan itu dengan penuh emosi namun sesuatu yang berdenting di belakangnya membuat pria itu berbalik dengan cepat sebelum menjawab panggilan masuk dari Regina.Tubuh Ayana bergetar hebat, ponsel yang berada di dalam genggamannya terjatuh begitu saja membuat bunyi berisik yang membuat Aaron dan Felix menoleh ke arah tiang penyangga yang berada tidak jauh dari mobil Felix.Sial! Tubuh Aaron seketika lemas tak bertenaga saat mendapati Ayana dengan linangan air mata.Jantung Ayana berdetak tak beraturan, dokter cantik itu nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya dan tersungkur ke lantai jika saja tangannya tak cepat memegangi sekat tiang dimana dia mencuri dengan semua pembicaraan Aaron dan Felix.“Jadi, apa ini alasan mu mendekati ku, Aaron? Kau mendekati ku hanya karena ingi
Dengan mata sembabnya, setelah Aaron pergi, Ayana langsung menuju ruangan kerja Mattew.Pria jangkung itu baru saja akan menyesap kopi hitam dari cangkir di tangannya ketika pintu terbuka dan wajah sembab nan berantakan Ayana muncul dari sana.“Are you okay?” Mattew meletakan cangkirnya dengan buru-buru lantas bangkit berdiri.“Aku ingin mendaftar sebagai relawan. Jika perlu besok aku sudah siap untuk berangkat.” Tandas Ayana begitu tiba-tiba membuat Mattew kehilangan nalarnya untuk sesaat. “Kau dengar aku, Matt?” Ayana mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan kepalan tangannya.Mattew mengangguk kecil lantas dengan tangan kanannya ia menggerakan tetikus di tangannya dan duduk. “Kau serius, Ayana? Ini berbahaya. Tempat ini bermil-mil jauhnya dari Sao Paolo. Henry sudah tahu ini?”“Dia akan mengerti.” Ayana menyisir rambutnya frustasi.“Ayana, pikirkan baik-baik. Kau masih baru disini, dokter-dokter muda disini sedang bersaing untuk mendapatkan jabatan sebagai kepala bedah unit, jika kau
Dua hari kemudian, Sao Paolo, Brasil.Pemandangan kaki langit di Sao Paolo memang indah, iris mata Ayana mengedar menatap ke sekitar saat ia turun dari pesawat. Namun tentu saja perjalanan mereka masih panjang, Sao Paolo hanya lah tempat transit bagi rombongan itu.Setelah perjalanan panjang lalu dilanjutkan dengan pesawat lainnya menuju selatan Brasil, mereka harus menempuh perjalanan darat dari Rio Grande Do Sul menuju sebuah kota kecil yang terletak beberapa kilometer dari ibukota negara bagian tersebut.Pemandangan dengan kota yang berantakan dan berserakan menjadi sambutan paling dingin yang bisa menyambut rombongan itu.Ayana mengeluarkan ponselnya dan menatap benda pipih itu yang sudah tak memiliki sinyal. Bagus, ini seperti melarikan diri ke negeri antah berantah.Beberapa petugas medis yang sudah lebih dulu tiba disana beberapa hari sebelumnya membantu para rombongan yang datang menuju camp istirahat.“Kita punya waktu istirahat hingga jam dua siang ini lalu secara tim kita a
Didalam kamar unit Apartmentnya, Regina membuka mulutnya dan membalas ciuman Felix dengan membalas sesapan pria tampan itu. Rasa kesal masih memenuhinya namun siapa yang tidak ingin bercinta saat ini. Melihat tubuh atletis Felix yang mempesona tentu saja sangat disayangkan jika ia menolak bercinta dengan pria itu. Apalagi Regina dengan wanita yang selalu dipenuhi dengan gairah itu tidak akan menolak jika di ajak bercinta kapan pun.Ayana Giordano? Parsetan dengan nama wanita itu. Regina pun menginginkan tubuh Felix sekarang.Ciuman Felix semakin turun ke ceruk leher Regina, tangannya sudah meremas bongkahan kenyal milik Regina.“Ehm, Fel…” Desis Regina.Dan saat Felix menjulurkan lidah dan menjilati lehernya, Regina terus mendesahkan nama pria itu.“Ayana,” Felix menarik wajahnya dan kembali menatap samar-samar wajah Regina.“Fuck! Parsetan dengan wanita sialan itu. Kau sudah membuatku bergairah.” Regina melingkarkan kedua tangannya di leher Felix lantas lidahnya dengan agresif mulai
Biasanya para pria patah hati di London akan mencari minuman beralkohol lalu kehadiran teman-teman akrab pun akan sangat amat penting, tapi alih-alih seperti pria-pria London pada umumnya, Aaron justru berkutat dengan laptopnya di dalam penthouse hotelnya. Ia baru saja tiba dari Kairo dua jam tadi dan melanjutkan meeting dengan team baru Wolverine.“Shit! Apa ini?!” Aaron mengumpat kasar pada ponselnya yang juga tidak kunjung menerima pesan dari Ayana.“Apa anda tidak menyukai rencana event ini tuan Aaron?” Seorang wanita muda yang sedang melakukan presentasi mendadak gugup karena bentakan Aaron.Louis dari balik layarnya menatap penuh kecurigaan pada Aaron yang selalu bertingkah aneh sejak mereka berada di Kairo.Aaron mengusap rahang tegasnya yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus yang belum sempat di cukurnya. “Tidak, lanjutkan saja.” Tandas Aaron lalu segera menekan mute pada macbooknya.Hampir tiga puluh menit bergulat dengan meeting itu Aaron langsung beranjak keluar, tujuan perta