“Aku pikir kita memiliki hubungan yang baik. Tapi kau memang sepupu ku yang paling brengsek!” Felix mendorong Aaron dan siap untuk memukul pria itu ketika ponselnya berbunyi. Regina.Felix baru saja ingin menjawab panggilan itu dengan penuh emosi namun sesuatu yang berdenting di belakangnya membuat pria itu berbalik dengan cepat sebelum menjawab panggilan masuk dari Regina.Tubuh Ayana bergetar hebat, ponsel yang berada di dalam genggamannya terjatuh begitu saja membuat bunyi berisik yang membuat Aaron dan Felix menoleh ke arah tiang penyangga yang berada tidak jauh dari mobil Felix.Sial! Tubuh Aaron seketika lemas tak bertenaga saat mendapati Ayana dengan linangan air mata.Jantung Ayana berdetak tak beraturan, dokter cantik itu nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya dan tersungkur ke lantai jika saja tangannya tak cepat memegangi sekat tiang dimana dia mencuri dengan semua pembicaraan Aaron dan Felix.“Jadi, apa ini alasan mu mendekati ku, Aaron? Kau mendekati ku hanya karena ingi
Dengan mata sembabnya, setelah Aaron pergi, Ayana langsung menuju ruangan kerja Mattew.Pria jangkung itu baru saja akan menyesap kopi hitam dari cangkir di tangannya ketika pintu terbuka dan wajah sembab nan berantakan Ayana muncul dari sana.“Are you okay?” Mattew meletakan cangkirnya dengan buru-buru lantas bangkit berdiri.“Aku ingin mendaftar sebagai relawan. Jika perlu besok aku sudah siap untuk berangkat.” Tandas Ayana begitu tiba-tiba membuat Mattew kehilangan nalarnya untuk sesaat. “Kau dengar aku, Matt?” Ayana mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan kepalan tangannya.Mattew mengangguk kecil lantas dengan tangan kanannya ia menggerakan tetikus di tangannya dan duduk. “Kau serius, Ayana? Ini berbahaya. Tempat ini bermil-mil jauhnya dari Sao Paolo. Henry sudah tahu ini?”“Dia akan mengerti.” Ayana menyisir rambutnya frustasi.“Ayana, pikirkan baik-baik. Kau masih baru disini, dokter-dokter muda disini sedang bersaing untuk mendapatkan jabatan sebagai kepala bedah unit, jika kau
Dua hari kemudian, Sao Paolo, Brasil.Pemandangan kaki langit di Sao Paolo memang indah, iris mata Ayana mengedar menatap ke sekitar saat ia turun dari pesawat. Namun tentu saja perjalanan mereka masih panjang, Sao Paolo hanya lah tempat transit bagi rombongan itu.Setelah perjalanan panjang lalu dilanjutkan dengan pesawat lainnya menuju selatan Brasil, mereka harus menempuh perjalanan darat dari Rio Grande Do Sul menuju sebuah kota kecil yang terletak beberapa kilometer dari ibukota negara bagian tersebut.Pemandangan dengan kota yang berantakan dan berserakan menjadi sambutan paling dingin yang bisa menyambut rombongan itu.Ayana mengeluarkan ponselnya dan menatap benda pipih itu yang sudah tak memiliki sinyal. Bagus, ini seperti melarikan diri ke negeri antah berantah.Beberapa petugas medis yang sudah lebih dulu tiba disana beberapa hari sebelumnya membantu para rombongan yang datang menuju camp istirahat.“Kita punya waktu istirahat hingga jam dua siang ini lalu secara tim kita a
Didalam kamar unit Apartmentnya, Regina membuka mulutnya dan membalas ciuman Felix dengan membalas sesapan pria tampan itu. Rasa kesal masih memenuhinya namun siapa yang tidak ingin bercinta saat ini. Melihat tubuh atletis Felix yang mempesona tentu saja sangat disayangkan jika ia menolak bercinta dengan pria itu. Apalagi Regina dengan wanita yang selalu dipenuhi dengan gairah itu tidak akan menolak jika di ajak bercinta kapan pun.Ayana Giordano? Parsetan dengan nama wanita itu. Regina pun menginginkan tubuh Felix sekarang.Ciuman Felix semakin turun ke ceruk leher Regina, tangannya sudah meremas bongkahan kenyal milik Regina.“Ehm, Fel…” Desis Regina.Dan saat Felix menjulurkan lidah dan menjilati lehernya, Regina terus mendesahkan nama pria itu.“Ayana,” Felix menarik wajahnya dan kembali menatap samar-samar wajah Regina.“Fuck! Parsetan dengan wanita sialan itu. Kau sudah membuatku bergairah.” Regina melingkarkan kedua tangannya di leher Felix lantas lidahnya dengan agresif mulai
Biasanya para pria patah hati di London akan mencari minuman beralkohol lalu kehadiran teman-teman akrab pun akan sangat amat penting, tapi alih-alih seperti pria-pria London pada umumnya, Aaron justru berkutat dengan laptopnya di dalam penthouse hotelnya. Ia baru saja tiba dari Kairo dua jam tadi dan melanjutkan meeting dengan team baru Wolverine.“Shit! Apa ini?!” Aaron mengumpat kasar pada ponselnya yang juga tidak kunjung menerima pesan dari Ayana.“Apa anda tidak menyukai rencana event ini tuan Aaron?” Seorang wanita muda yang sedang melakukan presentasi mendadak gugup karena bentakan Aaron.Louis dari balik layarnya menatap penuh kecurigaan pada Aaron yang selalu bertingkah aneh sejak mereka berada di Kairo.Aaron mengusap rahang tegasnya yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus yang belum sempat di cukurnya. “Tidak, lanjutkan saja.” Tandas Aaron lalu segera menekan mute pada macbooknya.Hampir tiga puluh menit bergulat dengan meeting itu Aaron langsung beranjak keluar, tujuan perta
Perasaan tidak enak yang merayap di hati Aaron sejak meninggalkan London menuju Kairo dibeberapa pagi yang lalu telah menjadi jawaban bagi pria itu.Tidak ada nya kabar dari Ayana selama ia pergi bukanlah hanya sekedar sesuatu yang bisa di tolerir Aaron. Nyata nya, pria dengan manik mata biru pekat itu hampir kehilangan kewarasannya saat mobilnya berkendara dengan kecepatan cukup tinggi.“Louis, siapkan penerbangan untuk ku malam ini juga menuju Brasil.” Perintah Aaron begitu panggilannya di jawab Louis dari ujung sana.”“Ada apa? Kita belum berencana untuk membuka project disana.”“Lakukan saja dan jangan bertanya!” Aaron langsung memutuskan panggilan itu tanpa menunggu Louis mengiyakan nya. Kepalanya hanya dipenuhi dengan Ayana saat ini.Mobilnya baru saja berbelok masuk menuju ke Berlind hotel ketika sebuah ferari hitam melaju kencang dan menyalip jalannya.“Fuck!” Aaron memukul keras dashboard mobilnya sebelum bergerak keluar dari sana, di depannya, Felix Dalles bergerak turun dan
Aaron mendorong tubuh Ayana pada kursi mobil Rubiconnya kembali setelah menarik wanita itu dari pria asing bernama Richard yang tak di gubrisnya tadi. Aaron benar-benar dikuasai emosi saat melihat Richard memegang tangan Ayana dan itu membuatnya bertindak lebih kasar lagi. Ia mengunci dan memenjarakan Ayana didalam ruang mobil mewah itu.“Aaron apa yang kau lakukan disini? Apa yang kau inginkan? APA?” Tentu saja Ayana terkejut, ia pikir setelahnya sebuah umpatan kasar yang akan menyambut ujung dari pertanyaannya, tapi sebuah ciuman hangat dan lembut dari bibir Aaron yang justru menyambutnya. Siapa yang tidak sinting jika diperlakukan seperti itu?! Jantung Ayana yang malang sialnya berdebar begitu gila saat ini.Ayana merindukan ciuman ini! Ia merindukan bibir Aaron dan juga wangi tubuh pria arogan ini! Tapi mengingat bagaimana kebohongan Aaron padanya membuat hati Ayana kembali terluka.“Aku sangat merindukan mu!” Ucap Aaron dengan suara serak tepat didepan wajah Ayana setelah ciuman
Aaron melipat kedua tangannya didepan dada bidangnya dengan wajah tetap datar saat menatap wajah cantik Ayana yang melihatnya dengan penuh keterkejutan.“Sudah cukup terkejutnya dokter?” Aaron mengangkat alisnya dengan angkuh.“Kau mau pamer?” Adalah kalimat yang keluar dari mulut Ayana membuat Aaron menangkup kedua pipi wanita itu dan meremasnya gemas.“Kau tidak bisa sedikit saja memuji ku hah?” Protes Aaron yang membuat Ayana menahan dirinya untuk mati-matian tidak tersenyum namun sial karena wajahnya semakin memerah akibat perlakuan Aaron padanya.Kilatan mata Ayana yang terlihat senang dan wajah wanita itu yang memerah sudah cukup membuat Aaron lega karena wanita itu terlihat lebih melembut padanya.“Berhentilah menginginkan pujian untuk dirimu sendiri, tuan Xavier.” Ayana mengangkat kedua tangannya dan memegang dua sisi lengan Aaron yang masih menangkup pipinya. “Turunkan tangan mu, orang-orang akan melihat kita.” Bisik Ayana penuh ancaman.“Tapi boleh aku mencium mu lagi?”“Kau
Dari balik pintu kamarnya Hana bersandar tegang dengan urat tangan yang membiru, terkepal kuat menahan kemarahan yang siap meledak. Pendengarannya tentu saja tidak bermasalah untuk mendengar dengan begitu jelas bagaimana Aaron dan Ayana mengaku saling mencintai tanpa pemaksaan.Oh Apa ini? Dia sungguh melewatkan banyak hal! Ia sungguh bodoh karena percaya bahwa Ayana memiliki hati paling tulus di antara semua wanita yang tidak akan menyakitinya. Nyata nya, adik angkatnya itu telah menusuknya begitu dalam hingga rasanya ia nyaris mati dengan rasa sakit saat ini.Lalu Aaron? Selama bertahun-tahun Aaron hanya menganggapnya sebagai teman karena ia menghargai Henry? Cih, Aaron pasti bercanda!Pria itu selalu menatapnya dengan penuh nafsu setiap kali mereka bertemu dan ia tentu saja bukan wanita bodoh dan polos yang tidak bisa mengartikan arti tatapan Aaron. Tubuhnya jelas sangat menarik, kecantikannya? Tentu saja jangan di tanya, hampir seluruh London selalu memuji kecantikannya.Tapi sial
“Apa kau suka?” Tanya Ayana dengan senyum kecilnya setelah kenikmatan besar yang ia berikan pada senjata milik kekasihnya itu.Aaron menarik sudut bibirnya setelah merasa khawatir pada Ayana tadi. Ia mengangguk pelan dan mengecup bibir Ayana lembut.“Sangat luar biasa, aku sangat menyukainya.” Bisik Aaron lalu segera mengangkat tubuh langsing Ayana ke atas wastafel, ia kembali menarik turun lengan dress Ayana dan menghisap puting payudara wanitanya itu dengan rakus.“Ah… lagi sayang.” Desah Ayana menekan kepala Aaron yang menjilat dan mengulum ujung payudaranya.“Hmm,” Aaron membuka mulutnya dan menghisap dengan kuat, matanya terpejam menikmati dua bola kembar favoritnya itu secara bergantian.Lidah dan mulutnya sibuk menjilat, menghisap dan mengulum puncak kembar nan sempurna itu, sedang tangan kirinya terus meremas dan memberi pijatan-pijatan sensual pada payudara yang lainnya.“Slurpp, enak sayang?” Tanya Aaron dengan napas memburu.“Shhh, eat me!” Desah Ayana.“Hm…” Aaron memindah
Tidak ada yang lebih menenangkan bagi Ayana saat Aaron memegang wajahnya dengan tangan kanan pria itu sedangkan tangan kirinya terus mengusap lembut punggung rampingnya saat ciuman itu terus berlanjut.Jika Ayana boleh jujur, Aaron mengalami kemajuan dalam hal ini, tidak… bukan pada teknik berciumannya, tentu saja pria itu sudah sangat hebat soal yang satu ini, namun pada bagaimana ciuman yang diberikan Aaron padanya bukan hanya sekedar tentang nafsu pria itu, tetapi juga soal pria itu bisa menenangkannya dengan cara tersebut.Dulu Ayana selalu merasa Aaron selalu menyentuhnya dengan penuh nafsu dan hanya ingin memenuhi ego nya, tetapi setiap harinya, sentuhan Aaron semakin lembut dan membuatnya tenang meskipun terkadang Aaron cukup agresif. Namun tentu saja Ayana menyukainya. Ia menyukai bagaimana cara Aaron menyentuhnya begitu sesuai dengan setiap suasananya.Ayana melepas bibirnya dari bibir Aaron saat tangan kanan Aaron mulai bergerak masuk dari belahan rok nya. Tangannya buru-bur
Di ujung ranjang di dalam kamar Hana, Ayana berdiri mematung menerima semua bentakan dan umpatan kebencian Hana pada nya saat ini. Air matanya membendung saat Hana berteriak dengan suara bergetar.“Aku minta maaf…”“Apa kau akan berhenti berhubungan dengan Aaron jika aku memaafkan mu hah?” Tanya Hana dengan tatapan tajam menusuk pada Ayana yang mendadak membeku.“Hana…”“Shiittt!” Hana mendorong keras tubuh Ayana hingga kepala adiknya itu membentuk ke ujung meja rias. “Kau jelas sangat ingin pamer karena berhasil merebut Aaron dari ku bukan? Oh Ayana apa kau begitu murahan hingga berganti pria dengan begitu mudahnya hah?”Ayana meringis memegang keningnya menahan rasa sakit dan pusing yang mendera, matanya berkunang namun Ayana berusaha bangkit berdiri meski sulit.Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk bicara dengan Hana. Ucapan Henry benar, ia harus memberi mereka waktu.“Dengar Hana, aku tidak akan memikirkan apa yang kau katakan pada ku barusan, kita bicara setelah kau tenang.
Ayana menyelipkan sebagian rambut tebalnya ke belakang telinga seraya melepaskan tatapannya dari punggung Gisel Xavier yang sudah menghilang di balik pintu.“Sepertinya dia tidak menyukai ku.” Ucap Ayana pelan, sedang Jane terus menatap serius padanya. Menunggu hingga bunyi tertutup dengan sempurna.“Ayana?” Panggil Jane pelan. “Sekarang katakan kenapa kau berada di mansion Aaron? Alasannya pasti bukan karena kakak mu tentu saja. Mom mengenal kalian bertiga dengan baik.” Tanya Jane tiba-tiba dengan raut wajah serius membuat debar jantung Ayana tiba-tiba berpacu kencang.Tidak ada darah Jane yang mengalir dalam tubuhnya, namun Ayana selalu yakin koneksi antar mereka begitu kuat sejak ia dibawa ke rumah keluarga Giordano.Ayana tidak pandai berbohong, jadi setiap kali ia mencoba untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya seluruh anggota keluarga itu pasti tahu jika ia berbohong. Saat ia merasakan patah hati, sedih dan sakit semua orang ikut merasakan sakit yang sama dengannya. Saat ia b
Ayana meletakan potongan terakhir buah pear ke dalam piring berisi banyak potongan buah lantas membawanya mendekat pada Jane.“Mom, biar aku membantu mu makan.” Ayana memasukan sepotong buah pada Jane tanpa menatap Gisel yang masih melihatnya dengan penuh permusuhan.“Terima kasih, sayang.” Ucap Jane dengan penuh senyuman.“Sangat bagus memiliki anak perempuan, kau sangat beruntung memiliki dua anak perempuan, Jane.” Jeda. “Tapi bagaimana pun anak yang memiliki hubungan darah dengan kita akan lebih menyayangi mu.” Ucap Gisel membuat Jane tiba-tiba berhenti mengunyah.Sedang garpu yang di pegang Ayana menggantung di udara kosong.“Gisel, kau tahu Ayana…”“Oh ya, maaf aku nyaris lupa karena tidak pernah bertemu dengannya selama ini. Dia sudah benar-benar mirip seperti putri kandung mu.” Ucap Gisel di ikuti dengan tawa renyahnya.Ayana memejamkan matanya mencoba menahan rasa kesal yang mungkin sebentar lagi akan siap untuk meledak. Sekarang ia tahu mulut tajam Aaron berasal dari mana. Sa
Gisel Xavier melepaskan kaca mata hitamnya saat menerima sebuah dokumen yang baru saja di serahkan seorang pria niga kepadanya.“The Merryn Hardwool adalah panti asuhan dari mana asalnya wanita itu.” Pria dengan kulit gelap dan pakaian serba hitam itu membuka suaranya ketika Gisel mulai mengeluarkan satu per satu dokumen tersebut dari dalam amplop coklat yang di pegangnya.“Hm, lanjutkan.” Ucap Gisel tanpa melepaskan pandangannya dari setumpuk dokumen itu.“Itu foto-fotonya saat ia masih kecil, sejauh ini informasi yang kami dapat, ia di bawa ke tempat itu sejak beberapa bulan ia di lahirkan.”“Ada informasi tentang siapa yang membawanya ke sana?” Gisel mendongak menatap sekilas lalu kembali menatap sebuah kalung kecil yang dengan liontin kecil bertuliskan huruf JX. Gisel mengedikkan pundaknya ringan. “Apa namanya dulu bukan Ayana?”“Seorang wanita yang membawanya kesana, namun terakhir yang mereka ketahui wanita itu mengalami kecelakaan bersama kekasihnya dan meninggal dunia.“Kekasi
Tatapan Henry penuh dengan sorot kemarahan dan juga kekecewaan saat mendengar umpatan Hana pada Ayana. Seumur hidup mereka, sejak mereka kecil Hana tidak pernah marah pada Ayana meskipun usia mereka hanya berbeda beberapa bulan. Mulanya Hana kecil menatap cemburu pada gadis kecil yang dibawa pulang ayah mereka ke rumah, tapi setelah beberapa waktu Hana mulai menyukai teman barunya itu. Ia bisa membagi semua mainannya pada Ayana, menghibur Ayana yang masih suka menyendiri dan menangis.“Hana, jaga ucapan mu tentang Ayana! Dia adik kita!” Henry berteriak kencang didepan wajah Hana.“Adik kita?” Hana tertawa mengejek, “Sejak dia mengambil Aaron dari ku, dia hanya adik mu, Hen!” Hana mengusap air matanya yang jatuh dengan kasar, sudah tidak peduli pada maskara nya yang ikut luntur karena air matanya yang terus mengalir.Henry menggeleng pelan lantas mendekati Hana, “Kau boleh marah, tapi jangan pernah mengatakan hal buruk tersebut pada Ayana!” Henry menekan kata-katanya.“Lalu apa yang ak
Ayana menyantap makan malamnya dengan sangat lahap. Tenaganya benar-benar habis setelah perjalanan panjang tadi, apalagi dengan aktivitas panas yang di lakukannya bersama Aaron di atas pesawat. Sekarang otaknya bahkan lebih sibuk memikirkan Aaron yang belum kembali. Pria itu meninggalkannya sejak mereka tiba disini karena ia sendiri jatuh tertidur.For the God’s sake, Ayana benar-benar telah jatuh hati pada Aaron, karena semua isi kepalanya hanya terisi oleh pria itu“Dia tidak buruk.” Ayana tersenyum sembari berkomentar mengingat Aaron yang selalu galak dulu. Oh ia bahkan berpikir pria itu benar-benar kejam seperti iblis.Senyum di bibir Debora dan Jhon tiba-tiba mengembang sempurna begitu mendengar ucapan Ayana yang pelan. Wanita itu nyaris seperti berbisik.“Tuan muda memang tidak buruk nona, anda melakukan pilihan yang tepat.” Tandas Debora membuat Ayana mendongak menatapnya dengan pipi merona.“Ehm, aku pikir aku sedang berbisik tadi.” Ayana tersenyum kecil. “Omong-omong, bagaima