Protes Ayana akhirnya tidak mampu membuat Aaron berubah pikiran dan meninggalkannya. Pria itu tetap enggan meninggalkan Ayana sendiri. Dan mati-matian menolak upaya Ayana yang meminta dirinya diturunkan ditengah jalan.Sesekali Aaron menoleh memandang Ayana yang sudah duduk tenang di tempatnya. Kelelahan dan rasa kantuk sudah menguasai Ayana, terlihat mata indahnya mulai sayu dan beberapa menit kemudian ia jatuh tertidur.Perlahan Aaron menepikan mobilnya dan mengatur posisi kursi Ayana agar gadis itu bisa tidur dengan nyaman.Senandung lagu anything for you yang di bawakan Paul Klein membuat tidur Ayana terasa nyaman, gadis itu bahkan tidak bergerak ketika Aaron menyelipkan anak rambut yang mengganggu wajah cantiknya.“Halo Louis, kirimkan lokasi meeting dengan D’grana jam dua nanti, aku akan langsung ke sana. Kau bawakan dokumen yang ku perlukan, kita bertemu disana.” Perintah Aaron lalu memutuskan panggilan tersebut.Begitu melihat lokasi meetingnya yang lumayan jauh dari Craven, s
Setelah mendapatkan jawaban dari Aaron, Ayana tidak berniat untuk berlama-lama sekamar dengan pria itu. Entah apa yang akan dipikirkan orang-orang di hotel ini ketika melihatnya masuk bersama Aaron.“Ah, kau punya masker?” Tanya Ayana berbalik kembali menatap Aaron sebelum langkahnya benar-benar menjauh dari pria itu.“Masker? Kau sakit?” Aaron meletakan kembali gelas wine dari tangannya kemudian melangkah mendekati Ayana. Tanpa meminta ijin dari gadis itu, Aaron sudah meletakan tangannya dikening Ayana.“Aku tidak sakit, turunkan tangan mu.” Tepis Ayana kesal. Ia tidak ingat kapan terakhir kalinya ia begitu dekat dengan Aaron hingga pria itu selalu sesuka hati menyentuhnya.“Tapi badan mu panas, wajah mu memerah.” Ucap Aaron cepat, kekhawatiran terpampang jelas di wajahnya.“Aku tidak sakit Aaron, aku hanya butuh masker untuk menutupi wajah ku. Aku tidak mau orang-orang hotel ini mengira aku wanita bayaran mu.”Aaron nyaris meledakan tawanya mendengar keluhan Ayana. Pikiran Ayana pas
Sudah berhari-hari sejak kejadian dengan Aaron, fokus Ayana terkadang masih terganggu dengan pria itu. Karena itu setengah mati Ayana berusaha memadatkan jadwalnya, ia tidak ingin sedetik pun tanpa kesibukan. Sesekali setiap makan malam, ingin rasanya Ayana mengatakan tentang sisi lain Aaron yang begitu menjijikan pada Henry dan Hana, namun setiap kali mendengar Hana menyebut nama Aaron dengan wajah cerianya, Ayana tidak tega untuk menyakiti hati kakak angkatnya itu.Jadi yang bisa dilakukan Ayana adalah menghindari Henry dan Hana yang selalu menyebut nama Aaron dalam setiap obrolan mereka.Diruangan kerjanya yang serba putih, iris mata Ayana bergerak-gerak mengikuti kursor di layar komputernya, hasil rontgen salah satu pasiennya yang baru saja keluar membuat Ayana sudah menghabiskan waktu selama beberapa menit menatapnya.Sesekali tangan kanannya bergerak mencatat simpton-simpton khusus yang di temukannya dengan keterangan dari pasien kemarin.Suara dering ponsel membuat fokus Ayana
Ayana harus menunggu beberapa menit demi memastikan Henry, Hana dan Aaron beranjak masuk ke dalam rumah sakit. Untungnya tidak ada yang melihat mobilnya yang sudah terparkir lebih dulu disana.Sepertinya ia harus mengunjungi ibu mereka setelah ketiga orang itu kembali. Sebenarnya Ayana sangat ingin berkumpul lengkap didalam bersama ibu mereka, namun entah angin apa yang membawa Aaron bersama Henry dan Hana kemari sore ini.Setelah memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Henry bahwa dirinya punya beberapa pasien lagi, Ayana kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan memejamkan matanya, sepertinya ada baiknya juga seperti ini. Ia jadi punya sedikit waktu untuk beristirahat. Beberapa hari terakhir ini Ayana tidak punya kualitas tidur yang baik.“Ayana?” Panggil seseorang dari luar mobil, terdengar ketukan kecil di ikuti panggilan lagi untuknya.Ayana menyipitkan matanya demi melihat siapa yang mengganggu waktu istirahatnya. Ia menghela napas berat saat matanya terbuka sempurna
Ayana membasahi bibirnya sejenak, ia menarik dirinya untuk duduk disamping Jane. Pandangan semua orang kini tertuju padanya, menanti jawaban yang tak kunjung keluar dari mulutnya.“Aku buru-buru kesini setelah selesai shift, aku tidak sempat memikirkan untuk menghubunginya.” Ucap Ayana jujur. Ya tapi semoga semua orang yang berada didalam ruangan ini akan percaya padanya.Selama ini semua orang didalam rumahnya tahu, setiap kali Ayana kembali dari Amerika dan berada di London selama berminggu-minggu, ia dan Felix akan selalu menempel seperti perangko.“Oh, apa adik kita ini sudah dewasa?” Hana membawa tatapannya pada Henry, “Sepertinya Felix sudah bisa bernapas sedikit lega karena Ayana sudah belajar memberinya ruang.”“Hanaa…” Ayana memprotes dengan wajah memerah. “Kau membuatnya seperti aku ketergantungan pada Felix.” Ayana memprotes membuat Jane dan Henry ikut tertawa.Disana hanya wajah tampan Aaron yang tampak mengerut, wajahnya semakin terlihat dingin.“Nah, kau juga sudah kemba
Ayana menyampirkan tali tas nya saat membuang tatapannya ke arah tiga orang yang kini berada bersebrangan dengannya. Aaron nampak masih berbicara serius dengan Henry sebelum akhirnya terlihat ia menepuk pundak Henry pelan dan bergerak menjauh membiarkan Henry dan Hana masuk ke dalam mobil.Ayana tidak berniat menawarkan tumpangan pada Aaron yang tidak membawa kendaraannya. Pria itu tadi di antar oleh asistennya dan mungkin juga sekarang ia sedang menunggu dijemput. Jadi Ayana tidak akan berniat basa-basi.“Aku bisa ikut dengan mu?” Tanya Aaron sembari berjalan mendekati Ayana.“Kau pikir aku mau?” Ayana mengangkat alisnya menatap tajam pada Aaron. Oh pria itu hanya akan mengambil keuntungan darinya jika mereka berada dalam mobil yang sama.Aaron menarik sudut bibirnya lalu tanpa berkata apa-apa lagi ia sudah memutari mobil Ayana dan masuk ke dalam mobil itu.“Aaron!” Ayana nyaris berteriak jika saja ia tidak menyadari saat ini mereka tengah berada di tempat parkir restoran yang dilewa
Kemarahan tidak bisa menghentikan apapun dari pikiran Ayana sekarang. Tangan kirinya menyisir rambutnya frustasi dan sesekali ia mengusap air mata sialan yang juga tak kunjung berhenti. Didepan sana kekasihnya sedang bersama wanita lain dan apa ia harus diam saja sekarang? Tidak.Jalanan yang dilewati mereka sedikit tidak asing bagi Ayana, dan benar saja, tiba-tiba di depan sana mobil Felix bergerak masuk ke arah lingkungan apartment mewah ditengah kota London.Mobil Ayana pun ikut bergerak masuk mengikuti mobil Felix yang tidak jauh didepan sana.“Aku bisa gila dengan mu Ayana.” Aaron mendesah frustasi karena Ayana yang juga tak kunjung menjelaskan apapun padanya.“Kau bisa pulang dari sini jika tidak bisa menungguku.” Ayana memarkir mobilnya dengan sempurna dan buru-buru melepaskan seatbeltnya saat melihat sosok Felix sudah berjalan masuk menuju lobi apartment bersama wanita tadi.Aaron mengusap ujung hidungnya sebelum akhirnya menahan lengan Ayana. “Kau mau kemana? Katakan pada ku
Salju yang turun dimalam hari tanpa diduga-duga adalah salah satu hal yang paling dibenci Ayana sekarang. Jika dulu ia menyukai segala jenis cuaca asalkan bersama Felix, sekarang rasanya Ayana ingin memberikan sumpah serapah atas salju yang tiba-tiba turun malam ini ditengah patah hatinya.Setengah mati Ayana menahan tangisnya saat ia melangkah buru-buru menuju mobilnya. Oh bahkan Felix tak mengejarnya. Bagus Ayana, jadi ia jatuh cinta sendiri pada Felix Dalles selama bertahun-tahun?Regina pasti tengah menertawakannya setengah mati di atas sana. Air mata yang memenuhi retina mata Ayana membuat pandangannya berkabut dan ia nyaris jatuh saat sedikit lagi ia akan mencapai ujung mobilnya sendiri.Ayana buru-buru mengusap air mata yang berhasil meluncur keluar dari bola matanya saat tubuhnya menubruk sosok tinggi besar yang berada di depannya.“Maaf…” Ucap Ayana tanpa mendongak. Ia tidak ingin melihat siapapun saat ini. Suaranya jelas masih bergetar dan wajahnya pasti sangat berantakan se