Ayana membasahi bibirnya sejenak, ia menarik dirinya untuk duduk disamping Jane. Pandangan semua orang kini tertuju padanya, menanti jawaban yang tak kunjung keluar dari mulutnya.“Aku buru-buru kesini setelah selesai shift, aku tidak sempat memikirkan untuk menghubunginya.” Ucap Ayana jujur. Ya tapi semoga semua orang yang berada didalam ruangan ini akan percaya padanya.Selama ini semua orang didalam rumahnya tahu, setiap kali Ayana kembali dari Amerika dan berada di London selama berminggu-minggu, ia dan Felix akan selalu menempel seperti perangko.“Oh, apa adik kita ini sudah dewasa?” Hana membawa tatapannya pada Henry, “Sepertinya Felix sudah bisa bernapas sedikit lega karena Ayana sudah belajar memberinya ruang.”“Hanaa…” Ayana memprotes dengan wajah memerah. “Kau membuatnya seperti aku ketergantungan pada Felix.” Ayana memprotes membuat Jane dan Henry ikut tertawa.Disana hanya wajah tampan Aaron yang tampak mengerut, wajahnya semakin terlihat dingin.“Nah, kau juga sudah kemba
Ayana menyampirkan tali tas nya saat membuang tatapannya ke arah tiga orang yang kini berada bersebrangan dengannya. Aaron nampak masih berbicara serius dengan Henry sebelum akhirnya terlihat ia menepuk pundak Henry pelan dan bergerak menjauh membiarkan Henry dan Hana masuk ke dalam mobil.Ayana tidak berniat menawarkan tumpangan pada Aaron yang tidak membawa kendaraannya. Pria itu tadi di antar oleh asistennya dan mungkin juga sekarang ia sedang menunggu dijemput. Jadi Ayana tidak akan berniat basa-basi.“Aku bisa ikut dengan mu?” Tanya Aaron sembari berjalan mendekati Ayana.“Kau pikir aku mau?” Ayana mengangkat alisnya menatap tajam pada Aaron. Oh pria itu hanya akan mengambil keuntungan darinya jika mereka berada dalam mobil yang sama.Aaron menarik sudut bibirnya lalu tanpa berkata apa-apa lagi ia sudah memutari mobil Ayana dan masuk ke dalam mobil itu.“Aaron!” Ayana nyaris berteriak jika saja ia tidak menyadari saat ini mereka tengah berada di tempat parkir restoran yang dilewa
Kemarahan tidak bisa menghentikan apapun dari pikiran Ayana sekarang. Tangan kirinya menyisir rambutnya frustasi dan sesekali ia mengusap air mata sialan yang juga tak kunjung berhenti. Didepan sana kekasihnya sedang bersama wanita lain dan apa ia harus diam saja sekarang? Tidak.Jalanan yang dilewati mereka sedikit tidak asing bagi Ayana, dan benar saja, tiba-tiba di depan sana mobil Felix bergerak masuk ke arah lingkungan apartment mewah ditengah kota London.Mobil Ayana pun ikut bergerak masuk mengikuti mobil Felix yang tidak jauh didepan sana.“Aku bisa gila dengan mu Ayana.” Aaron mendesah frustasi karena Ayana yang juga tak kunjung menjelaskan apapun padanya.“Kau bisa pulang dari sini jika tidak bisa menungguku.” Ayana memarkir mobilnya dengan sempurna dan buru-buru melepaskan seatbeltnya saat melihat sosok Felix sudah berjalan masuk menuju lobi apartment bersama wanita tadi.Aaron mengusap ujung hidungnya sebelum akhirnya menahan lengan Ayana. “Kau mau kemana? Katakan pada ku
Salju yang turun dimalam hari tanpa diduga-duga adalah salah satu hal yang paling dibenci Ayana sekarang. Jika dulu ia menyukai segala jenis cuaca asalkan bersama Felix, sekarang rasanya Ayana ingin memberikan sumpah serapah atas salju yang tiba-tiba turun malam ini ditengah patah hatinya.Setengah mati Ayana menahan tangisnya saat ia melangkah buru-buru menuju mobilnya. Oh bahkan Felix tak mengejarnya. Bagus Ayana, jadi ia jatuh cinta sendiri pada Felix Dalles selama bertahun-tahun?Regina pasti tengah menertawakannya setengah mati di atas sana. Air mata yang memenuhi retina mata Ayana membuat pandangannya berkabut dan ia nyaris jatuh saat sedikit lagi ia akan mencapai ujung mobilnya sendiri.Ayana buru-buru mengusap air mata yang berhasil meluncur keluar dari bola matanya saat tubuhnya menubruk sosok tinggi besar yang berada di depannya.“Maaf…” Ucap Ayana tanpa mendongak. Ia tidak ingin melihat siapapun saat ini. Suaranya jelas masih bergetar dan wajahnya pasti sangat berantakan se
“Kau yakin tidak ingin sekamar dengan ku? Aku bisa menghiburmu.” Aaron tertawa kecil saat berjalan disamping Ayana.Tanpa menoleh pada Aaron, Ayana hanya mendesah pelan, sepertinya ia mulai terbiasa dengan keberadaan Aaron dan gangguan kecil dari pria itu. Tidak, bukan gangguan kecil, bagi Ayana selalu sangat besar, merepotkan dan menjengkelkan. Tapi sial karena ia tidak bisa mengusir pria itu dari sana.“Selamat malam, tolong satu kamar untuk malam ini.” Ayana menghentikan langkahnya didepan meja resepsionis hotel dan langsung menyodorkan tanda pengenalnya kepada dua orang gadis muda yang berdiri dibalik meja itu.“Aku sendiri, dia tidak bersama ku.” Tambah Ayana menegaskan kepada gadis pirang di depannya yang menatapnya lalu menoleh sebentar pada Aaron. Gadis itu pasti mengira mereka suami istri atau pasangan kekasih yang ingin menghabiskan malam panas bersama.Demi Tuhan rasanya Ayana ingin mengusir keberadaan Aaron yang terlihat jelas tidak ingin meninggalkannya sekarang.“Ehm, mo
Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan didalam perut Ayana saat ini. Perasaannya berdebar, tidak karuan, namun perasaan ini begitu menantang, membuat seluruh tubuhnya ingin lebih. Lebih dari ini.Perlahan Ayana mengangkat kedua tangannya memegang lengan berotot Aaron. Ciuman Aaron pada bibirnya membuat tubuh Ayana merasa rileks, kepalanya yang tadi riuh dengan sejuta frustasi mendadak kosong.“Bernapas, Ayana.” Aaron menarik bibirnya lalu menatap Ayana intens.Ayana mengangguk pelan menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa, iris matanya bergerak teratur menatap Aaron yang tak sedikit pun berkedip menatapnya.“Kau tidak keberatan aku menciummu?” Tanya Aaron dengan suara serak. Detak jantungnya bergerak tidak normal.Ayana menundukkan kepalanya karena merasa malu, sial karena tangannya bahkan tidak bisa bergerak memukul atau bahkan menampar Aaron saat pria itu menyentuhnya, kali ini tidak bisa ia sangkal, ia menginginkan sentuhan Aaron. Terkesan jahat karena ia menginginkan Aaron
Ditengah dingin yang melanda London malam ini, tubuh Ayana sudah dipenuhi keringat halus pada seluruh tubuh mulusnya. Meningkatkan pesona tubuhnya menjadi berkali-kali lipat, membuat Aaron Xavier semakin agresif menyentuhnya.Rasanya tak ada satu inci pun dari tubuh Ayana yang tidak ingin dilewati Aaron. Kulit mulus Ayana yang sehalus kulit bayi membuat bibir dan lidah Aaron begitu intens menyentuhnya.“Lalu bagaimana dengan...” Aaron bergerak di atas tubuh Ayana, dan kini ia sudah berada tepat di atas tubuh langsing wanita cantik itu, kepalanya menunduk menatap pada k*jantanan nya yang sudah tegang sebelum kembali menaruh iris mata tampannya pada wajah cantik Ayana.“Sial, jangan bertanya lagi Aaron! Kau yang pertama memasukiku saat kau membawa ku kesini malam itu!” Sentak Ayana dengan wajah memerah.Aaron terdiam sejenak menatap wajah Ayana yang merona. Mata gadis itu bergerak gugup.“Ralat, kau yang datang padaku malam itu, Ayana.” Bisik Aaron lalu menunduk mengecup kening Ayana la
Aaron terdiam sejenak mendengar pertanyaan Ayana, ia menatap bergantian pada bercak merah yang ia tinggalkan di dada Ayana, lalu kembali menatap wajah gadis cantik itu.“Karena ini pertama kalinya kita melakukannya.” Jawab Aaron tenang berhasil membuat Ayana terpaku. “Kita tidak melakukan apapun malam itu.” Aaron menambahkanAyana menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Aaron, ia bergerak menjauh dari tubuh Aaron. Rasanya tidak mungkin. Demi Tuhan ia berharap ia sedang bermimpi sekarang. Malam sial apa ini? Ia seperti kebanjiran Fakta menyakitkan.“Ayana...”“Kenapa? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?” Ayana frustasi. “Lalu kenapa di tubuhku pagi itu penuh dengan cumbuan mu?”Aaron ikut bangkit duduk didepan Ayana yang memegang erat bad cover untuk menutup hingga ke bagian dadanya.“Bukankah kau bilang alergi pada alkohol? Malam itu kau minum sedikit wine lalu saat aku mulai menyentuh mu, setelah itu kau jatuh pingsan dan...” Aaron menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku menu