Share

Terjerat Hati Teman Kecil
Terjerat Hati Teman Kecil
Penulis: QM

Prolog.

Penulis: QM
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-27 14:36:35

Prakk

"Aku benci sama kamu, Tian!" pekik Cilla usai memukul pemuda itu dengan sebuah balok kayu.

Cilla sangat marah sebab pemuda itu menekan jerawatnya di dahi hingga luka. Sebelumnya, mereka berdebat seperti hari-hari biasanya. Tian, Bastian si pemuda jangkung dengan rambut lurus itu memegangi telinganya. Tak lama tangan pemuda itu basah oleh darah akibat luka yang timbul dari pukulan Cilla.

Tak hanya hari ini, semenjak mereka masuk di bangku sekolah menengah pertama. Bastian dan Cilla sering terlibat pertengkaran.

Kribo, jerawatan, dan kopi adalah sederet kalimat ejekan Cilla yang dilontarkan oleh Bastian.

"Ahhh..." rintih Bastian masih menekan telinganya yang seakan berdengung.

Sesaat Cilla berubah menjadi khawatir. Apakah dirinya keterlaluan memukul Bastian? Tangan lentik gadis itu menyentuh tangan Bastian yang berlumuran darah. Ia segera menarik pemuda itu untuk ke UKS sekolah.

***

Bastian Hananta, pemuda jangkung dengan mata hitam legam itu memandang lalu lalang motor yang lewat di jalanan dekat rumahnya. Pemuda itu melihatnya dari jendela rumah.

"Tian..." panggil seorang wanita usia lanjut di ruang tamu.

Kaki panjangnya berjalan mendekati sumber suara.

"Iya, Eyang. Ada apa?" tanya Tian.

"Kamu sudah antar kuenya ke Tante Maura?" tanya sang nenek.

"Sudah, Eyang yang nerima si Cilla," jawab Bastian.

Wanita usia lanjut itu tersenyum melihat sang cucu menyebut nama gadis itu. Gadis yang sedari kecil dikenalnya bahkan seperti cucunya sendiri sebab gadis itu dulu diasuh olehnya.

"Ambilkan Eyang obat, Bastian," pinta sang nenek pada cucunya itu.

Bastian segera ke lemari obat di dekat lemari pendingin di dapur. Pemuda itu mengambil air putih ke dalam gelas. Segera ia menghampiri sang nenek.

Wanita berambut putih itu segera minum obat yang diberikan Bastian. Usai menghabiskan satu gelas penuh air untuk mendorong butiran obat yang ia telan, wanita itu tersenyum pada sang cucu.

"Eyang sudah makan, kan?" tanya Bastian.

Sang nenek menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Bastian Hananta. Pemuda yang tidak tahu menahu di mana sang ibu dan ayahnya berasal. Pemuda yang sedari bayi diasuh oleh neneknya, Adjeng. Dia pemuda misterius dengan mata sipitnya dan bibir tipis serta kulit putih langsat yang ia miliki membuat pesonanya dipuja kaum gadis di desanya. Namun, sedari SMP ia hanya terhitung satu kali berpacaran dengan teman sekolahnya, Elka. Lantas, siapa Cilla?

***

"Cilla, ambilkan kue dari eyang ke sini!" titah sang ibu, Maura dari meja makan.

"Iya Bu," jawab Cilla sambil berjalan ke meja dapur.

Gadis itu mengambil kotak berbahan kertas berisi aneka kue basah yang dikirim oleh Nenek Adjeng, nenek dari Bastian. Cilla mengambil piring saji, memindahkan kue tersebut ke piring. Tak lama suara berat mengucap salam di ambang pintu terdengar.

"Assalamualaikum..."

WAALAIKUM SALAM

Suara serempak menjawab ucapan salam pria bernama Ali, tak lain sebagai kepala keluarga yang sangat mereka sayangi.

"Sudah pulang, Pak?" tanya sang istri, Maura sambil mencium punggung tangan pria itu.

"Iya, Bu. Ini kan hari Jumat, jadi Bapak tutupnya lebih awal," kata pria itu.

Cilla datang dengan piring berisi kue di tangannya. Sang ayah tersenyum menatap putrinya yang sudah gadis itu.

"Wah, Cilla belajar masak?" tanya sang ayah dengan senyum lebar.

"Tidak, Pak. Ini kue dari Eyang Adjeng," jawab gadis dengan mata bulat tersebut.

Gadis itu lekas mencium punggung tangan sang ayah, usai meletakan piring di meja.

Mereka pun duduk di meja makan bersama, menyantap kue basah yang diberikan oleh Adjeng, nenek Bastian. Wanita tua itu seringkali mengirim makanan ke rumah keluarga Cilla. Sebab dulu gadis itu sering dititipkan pada Adjeng sewaktu kecil. Selain itu, Eyang Adjeng memiliki toko kue di kecamatan. Di mana setiap hari memproduksi kue dan roti. Maura dulu bekerja di kota. Setiap pagi akan menitipkan Cilla pada Adjeng yang saat itu masih sehat menunggu toko kue miliknya. Sehingga mereka sudah seperti keluarga sendiri. Cilla Adilla, gadis ceria yang pintar dalam hal akademis. Memiliki keluarga bahagia yang selalu ia syukuri. Keluarga yang selalu mendukung dirinya dalam memilih apapun, termasuk jurusan kuliah yang ia jalani.

***

Sore itu, Cilla sedang duduk di kursi lorong kampus yang biasa digunakan mahasiswa kampus bersantai.

Cup

Suara kecupan di puncak rambut hitam legam milik gadis dengan mata bulat tersebut mendarat. Kepala Cilla mendongak terkejut.

"Aku kira siapa!" ujar gadis itu protes.

Pemuda dengan rambut ikal itu tersenyum lebar. Randi Ferdian, pemuda berwajah terkesan selalu tersenyum itu adalah kekasih Cilla Adilla.

"Serius banget baca bukunya," kata Randi pada sang kekasih, sambil menghempaskan bokongnya di samping Cilla.

"Hem, iya. Besok ada kuis jadi aku harus belajar dong," jawab Cilla.

"Dilla..." sapa seorang gadis yang baru datang.

Cilla Adilla, lebih dikenal dengan panggilan Dilla di kampusnya.

"Iya, El?" jawab Cilla pada gadis yang sudah akrab dengannya.

"Kamu dipanggil ke ruang Dekan, Dilla." kata gadis dengan mata sayu bernama Elka.

"Oh, ada apa ya?" tanya Cilla sedikit khawatir.

"Aduh, itu aku gak begitu paham, Dilla." jawab Elka.

Cilla sedikit ragu dan khawatir terlihat dari ekspresi wajahnya yang tak bisa di sembunyikan.

"Udah gak apa-apa, cepet ke sana. Jangan khawatir gitu dong." kata sang kekasih sambil mengusap rambut panjang gadis itu.

Mata Cilla menatap sang kekasih seakan meminta penguatan. Berpacaran dari SMA membuat mereka sama-sama saling memahami satu dengan yang lain.

"Gak apa-apa, mungkin ada hal penting yang akan disampaikan. Bismillah, gak akan ada apa-apa. Aku bakal nungguin kamu," kata Randi menguatkan sang gadis.

Dengan ragu dan hati yang was-was, Cilla berjalan ditemani sang kekasih. Tangan ramping gadis dengan tinggi seratus lima puluh enam sentimeter itu mengetuk pintu. Tak lama suara pria dari dalam menyuruhnya masuk. Cilla menoleh pada sang kekasih.

"Gak apa-apa, semangat!" ujar Randi memberikan afirmasi positif pada sang gadis.

Cilla lantas membuka pintu dan masuk.

Di sana sudah ada seseorang yang duduk di hadapan Dekan. Cilla mengernyitkan dahinya dengan ragu kakinya melangkah masuk. Sesaat sampai di kursi hadap, sang Dekan mempersilakan gadis itu untuk duduk. Ia melihat pemuda berwajah kaku si biang kerok yang ia benci ada di sana. Siapa lagi? Ya, Bastian. Pemuda itu seakan enggan melihat Cilla di sebelahnya. Cilla selalu bersinggungan dengan Bastian. Sedari mereka duduk di bangku sekolah, keduanya dipertemukan bahkan kini mereka satu jurusan arsitektur fakultas teknik di kampus yang sama pula.

"Kalian akan saya tugaskan membuat desain di proyek saya. Saya harap kalian bisa bekerjasama," kata Dekan saat Cilla sudah duduk di samping Bastian.

Meskipun sering bersinggungan mereka masih saja tak sepaham, berakhir bertengkar. Cilla melebarkan matanya, ini bukanlah tugas pertama dirinya bersama Bastian. Bukan tanpa alasan, mereka dipasangkan. Hal itu dikarenakan hasil dari proyek yang mereka kerjakan selalu maksimal. Sehingga mereka sudah dipercaya untuk memegang segala proyek untuk menambah nilai tentunya dari dosen.

Sedang di luar Randi sedang memainkan game di ponselnya. Hal itu ia lakukan untuk membunuh rasa bosan menunggu sang kekasih yang masih berada di ruangan Dekan.

Aku mencintai dalam diam, bukan karena aku pecundang. Aku ingin dia memandangku sebagai perempuan memandang pria. Dia yang terlampau mengabaikan keberadaan diriku yang memiliki perasaan tertarik bahkan sejak kami kecil. Cilla, si gadis ceria. Rambutnya yang ikal terkesan seperti tidak disisir. Wajahnya berjerawat saat masuk SMP. Sebenarnya aku ingin lebih baik padanya, tetapi setiap berhadapan bukannya aku mendapat kesempatan membuatnya nyaman justru bibirku selalu berucap hal yang menyakitinya. Cilla, gadis tomboi yang unik. Dia milikku, sejak kami tumbuh bersama di masa itu. Aku, Bastian pemuda sederhana yang tidak memiliki ayah dan ibu sejak kecil. Hanya eyang, yang menyayangi aku hingga aku dewasa kini.

Bastian Hananta

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Apa ntar Bastian dan Cilla comeback yah .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Bastian Hananta

    Mata bulan sabit itu tengah fokus pada layar ponsel yang ia genggam. Alisnya terangkat satu saat melihat sebuah foto yang baru saja muncul di media sosialnya. Tangan kokohnya meletakkan ponsel itu dan nampak menghembuskan nafasnya panjang. Ia beralih berdiri di jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Matanya memandang jauh ke seberang jalan. Di mana rumah bercat hijau tosca itu berada. Tak lama penghuni rumah itu keluar. Dengan kaos putih tulang dan celana pendek, gadis itu sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Seperti sebuah kebetulan, gadis yang ia lihat di ponselnya membagikan fotonya dengan sang kekasih. Kini ada di depan sana.Bastian beralih turun ke lantai satu ia menuju jendela yang ada di dekat pintu.Sang nenek melihat cucunya itu menatap keluar jendela sudah paham. Siapa yang dilihat cucunya itu? Bastian melihat gadis itu yang tengah menyiram tanaman di halaman rumahnya. Bibirnya terangkat membentuk kurva. Binar matanya seolah mengatakan bahwa ia sangat menyukai

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Khitbah

    Mata bulat itu menyorot jauh ke langit yang mendung. Sore yang indah dengan hamparan hijau sawah yang tumbuh di sepanjang mata memandang. Cilla duduk di tembok jembatan kecil dengan pintu air di bawahnya. Tempat favorit gadis itu sejak kecil. Pintu air itu menghubungkan sebuah waduk buatan kecil untuk pengairan sawah di desa ini. Entah berapa lama gadis itu duduk berdiam diri di sini. Jika sudah menyendiri seperti ini, Cilla tak peduli seberapa lama ia duduk termenung di tempat ini. Sesaat sinar matahari yang terbebas dari bayang-bayang mendung memberikan bias indah. Semburat jingga dengan pemandangan sekitar begitu membaur seolah memberikan buaian mata yang menentramkan jiwa."Ngapain pose kayak kucing kejepit?" kata seseorang yang datang.Cilla sangat hafal, suara berat itu. Suara yang seakan merusak sebuah rasa indah yang tercipta. Suara yang seakan sebuah terompet perang yang menghancurkan kedamaian."Heh, kopi!" ujar pemuda itu lagi sebab tak mendapatkan respon."Ya Allah, kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Menikahlah dengan Cilla

    "Tian, pulanglah dulu sama Pakde Ali. Kamu belum mandi dari semalam," kata Arum menyarankan sang keponakan agar pulang.Pasalnya, Bastian sejak kemarin sore belum ganti baju maupun mandi. Dia sangat khawatir dengan keadaan sang nenek sehingga tak peduli dirinya sendiri."Assalamualaikum," ucap gadis bermata bulat dengan baju kaos dipadu jaket berwarna merah muda itu.WAALAIKUM SALAMJawab serempak semua orang yang berada di kamar rawat ini. Cilla datang membawa rantang bersama Maura sang ibu. Mereka membawakan makanan untuk semua orang yang ada di sini. Mengingat Eyang Adjeng belum sadar sedari kemarin sore.Mereka akhirnya dengan terpaksa makan meskipun tak berselera. Bagaimanapun semua orang haruslah menjaga kesehatan salah satunya makan dengan benar, untuk menjaga wanita tua itu. Kini mereka berada di cafetaria rumah sakit. Akan tetapi Bastian tak mau ikut, sehingga Cilla menemani pemuda itu di kamar. "Makan dulu, Tian." kata Cilla seraya memberikan piring berisi makanan pada Basti

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Tersangkut di Semak Belukar

    "Apa Cilla mau, Pak? Apa dia bisa menerimanya?" tanya Maura usai kembali dari rumah Eyang Adjeng.Maura begitu bingung saat diskusi dengan keluarga Bastian mengenai pernikahan. Bagaimana tidak bingung? Permintaan wanita tua itu sangat mendadak. Ya, Eyang Adjeng sudah pulang dari rumah sakit pagi tadi setelah bersikeras meminta pulang. Kondisinya belum sepenuhnya baik. Akan tetapi, wanita itu ingin pulang. Sehingga rumah sakit terpaksa mengijinkan dengan catatan, apapun yang akan terjadi dengan Adjeng, bukan tanggung jawab dari pihak rumah sakit."Eyang banyak sekali membantu kita, Maura. Bastian juga tidak buruk. Sepertinya dia sangat menyayangi Cilla. Seperti eyang katakan, kalau dia selama ini menyukai Cilla," kata Ali.Maura berpikir sejenak. Perasaannya kini sedikit membaik setelah sebelumnya kacau. Ia sangat khawatir bila permintaan ini membuat putrinya menolak. Tak lama suara pintu terbuka. Cilla dengan berjalan terseok-seok datang."Astaghfirullahaladziim, Cilla. Kamu kenapa, N

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Berhentilah Menjadi Orang Baik!

    "Dilla..." panggil pemuda itu.Cilla memandang pemuda itu dengan sendu. Pemuda yang selama enam tahun lamanya bersamanya. Pemuda yang selalu mengisi hatinya. "Kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya pemuda yang kini mendekat pada Cilla.Mata indah itu. Bola mata jernih dengan bibir kemerahan. Bulu mata lentik dengan jambang yang sedikit menghiasi wajah putih bersihnya. Cilla, memandang pemuda itu nanar. Randi, kekasihnya. Ralat, Randi mantannya."Kenapa bisa begini? Aku sudah bilang tunggu di klinik, kita pulang bareng. Kenapa kamu pulang sendiri?" tanya Randi sambil melihat keadaan kaki Cilla dengan teliti."Randi, mulai sekarang. Jangan panggil aku, Sayang. Karena hubungan kita putus sampai di sini." kata Cilla dengan bergetar.Air mata gadis itu tumpah lagi. Pemuda itu membeku tak percaya. Dia ingat terakhir menelepon kekasihnya ini hubungan mereka baik-baik saja."Kamu sedang bergurau, Sayang. Maaf tadi aku sedikit terlambat. Tapi aku sudah mengirim pesan kan tadi? Jangan marah ya, ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Oh, My First Kiss

    "Mama, dengar pertanyaan Randi kan?" tanya Randi tak menurunkan nada bicaranya. Randi terlihat begitu bersedih terbukti matanya yang tak hentinya mengeluarkan air mata. "Aduh-aduh, Randi! Ya tentu! Mama sudah katakan dari awal ke kamu, kan. Mama gak mau kamu punya istri gadis desa," jawab Irina tanpa dosa. "Mama, padahal selama ini aku selalu berusaha hilangkan pandangan Mama tentang itu. Bahkan Randi mendekatkan Dilla sama Mama. Kenapa Mama masih saja tidak melihat keseriusan aku, Ma?" bantah Randi dengan mengeluarkan segala perasaan kecewanya pada sang ibu. "Randi! Keluarga kita adalah keluarga wealthy. Apa kata keluarga besar kita kalau punya menantu orang desa, mana bapaknya montir. Astaga!" ujar Irina dengan jujur. Wanita dengan kulit seputih porselen itu berbicara dengan melipat kedua tangannya di dada. "Astaghfirullahaladziim, Ma. Randi gak nyangka, Mama seperti ini! Bapaknya Dilla pengusaha bengkel, Ma. Bukan montir, dan lagi, dari manapun asal seseorang, yang penting d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Menikah sama aku, Cilla.

    Cilla memejamkan matanya sesaat. Entahlah, perasaan aneh ia rasakan detik ini. Gugup, malu dan perasaan yang tak mampu dikatakan itu terus menenggelamkan dirinya pada sebuah pikiran itu. Bayangan pagi tadi yang nampak horor ini terus berlanjut berputar seperti kaset rusak di kepalanya. "Kenapa sih, biang kerok ke sini? Apa dia sengaja bikin aku sebal?" tanya Cilla di dalam hati. "Tante, iya baru pulang dari kerja," kata Bastian merespon sapaan Maura. Suara berat Bastian terdengar di ruangan. Pemuda itu menaruh tas ranselnya di kursi ruang tamu. Rambutnya yang sedikit tak rapi justru membuat pemuda itu terlihat tampan. Siapa yang tidak mau dekat dengan Bastian? Bahkan gadis satu desa sudah banyak yang berusaha mencari perhatian dari pemuda itu. Akan tetapi Bastian seolah tidak memberikan sedikitpun kesempatan seseorang hadir di hatinya. Hal itu membuat gadis yang menaruh hati padanya mundur secara teratur. "Bapak bisa barengan sama Bastian?" tanya Maura pada sang suami. Ali datang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Gadis Bar-bar

    Mata indah itu seakan bersinar dalam cahaya redup. Senyumannya terbingkai menjadi keteduhan saat dipandang. Randi tersenyum lantas segera berlari menghampiri gadis itu. Namun, belum sampai seorang pemuda menarik tangan gadis itu dan membawanya. "Tidak, Dilla tunggu!" teriak Randi lantas membuka matanya. Dia bermimpi bertemu Cilla Adilla kekasihnya yang memutuskan dirinya secara sepihak. Pemuda itu mengusap keningnya yang berpeluh. Nafasnya masih terengah-engah seakan usai berlari maraton. Tangannya gemetar mengambil air putih yang ada di samping ranjangnya. Kakinya turun dari ranjang. Randi duduk lantas meneguk satu gelas penuh air putih. Mimpi. * "Pagi Eyang," sapa sahabat Bastian, Elka. Gadis itu memang kerap ke rumah Bastian. Selain mendatangi sahabatnya itu, Elka juga bekerja di toko kue Eyang Adjeng sebagai staf administrasi di sana. Gadis dengan tinggi seratus lima puluh sentimeter itu kerap memberikan laporan mengenai keuangan juga semua hal bersangkutan dengan masalah mana

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25

Bab terbaru

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Petang akan Datang Kembali (Ending)

    Di bahu jalan, mobil Bastian yang kosong menjadi tempat Danilo dan Vika berbicara. Mereka datang bersamaan. Vika mencari bapaknya untuk melakukan upaya penyelamatan. Sang ibu, Arum sudah lebih dulu pergi. Namun, Vika justru datang sendiri sebab Ali dari kota segera ke Polsek untuk melapor dan akan membawa polisi datang.“Jadi ibu udah ke dalam Dek?” tanya Danilo.“Iya, Mas. Tadi aku coba telpon mas Bastian. Tapi gak diangkat. Gak taunya udah ke sini.” kata Vika dengan tangan terus bergerak gelisah.Tentu Vika merasakan kekhawatiran yang begitu hebat. Sang ibu sedang menolong Cilla dan ibunya di sana. Sedang dirinya hanya bisa menunggu atas perintah ibunya. “Kamu gak usah khawatir, bentar lagi bapak datang.”Tak lama berselang, mobil polisi beserta Ali datang. Mereka segera menghampiri Vika. Kemudian bersama-sama menuju tempat yang sudah diinformasikan Arum sebelumnya.Sebelumnya, Arum sampai di lokasi Cilla disekap. Dia menghubungi Elka sebelumnya. Mengapa Arum bisa mendapatkan titik

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Murka

    Pov Bastian“Aku menyukaimu saat pertama kali kita berciuman gak sengaja. Itu first kiss yang sangat membekas, Tian. Sampai membuatku ragu untuk melanjutkan hubunganku saat itu. Dari situlah, pada akhirnya aku bisa menerima lamaran kamu.”“Jadi, kalau tidak ada acara ciuman waktu itu. Kamu gak akan terima lamaranku?”Wanita yang sejak kecil menempati ruang di hatiku itu menggelengkan kepala. Wanita itu merubah posisinya untuk menatap diriku yang tak lepas memperhatikan ekspresinya. Kami sedang berbicara sebelum tidur. Biasanya orang menyebutnya pillow talk.“Bisa iya, bisa tidak.” jawabnya sambil tersenyum.“Terus, misal eyang saat itu gak dateng di warung bakso, jawaban kamu menolak aku gitu?” balasku bertanya lagi.“Hemm, tidak juga. Sebenarnya aku mengajak kamu untuk berpacaran terlebih dahulu. Tapi….” Jawaban menggantung wanita bermata bulat itu membuatku penasaran.“Justru, Eyang menyuruh kita menikah.” sambungnya.“Terus nyesel yah?” sahutku.“Justru bikin aku seneng karena kit

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Siapa yang Bermain?

    “Apa yang Mbak bilang tadi?”Wanita cantik dengan wajah yang tampak muram terlonjak saat mendengar pengakuan sang kakak. Hasti, adik Elka datang setelah acara tiga hari sang ibu, Ratri. Wanita itu menatap sang kakak dengan tatapan tajam.“Iya, ibu marah karena aku masih memiliki perasaan sama Bastian.” kata Elka mengaku pada sang adik. Wanita itu duduk menatap ke arah jendela. “Astaga, Mbak. Kamu itu udah punya suami yang tampan, punya segalanya. Pikiranmu kemana Mbak, ha?” “Semuanya karena Cilla,” imbuh Elka.Tanpa mereka sadari, pertengkaran ini didengarkan dengan seksama oleh seseorang. “Jadi ibumu meninggal karena bertengkar sama kamu, Elka?” tanya seorang pria yang tiba-tiba datang dari pintu utama. Suami Elka dengan wajah muram berjalan mendekat pada posisi mereka. Aura kesedihan yang sudah ada sedari tadi kini seakan bertambah tebal. “Selesaikan masalah kalian, aku tunggu di luar.” kata Hasti hendak melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Namun, kakinya berhenti mendenga

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Lunglai

    “Bude, gimana kabarnya?” tanya Vika sesaat datang. Gadis itu segera datang sesaat mendapatkan kabar. Maura mempersilahkan anak kandung mantan suaminya itu untuk duduk.“Alhamdulillah, sehat Vika. Kamu gimana, Nak?” Maura memang sudah terbiasa dengan Vika. Sejak permasalahan yang datang terus membuka tabir keburukan sang mantan suami, wanita itu tidak sekalipun marah pada Vika. Mereka mengobrol alakadarnya sambil menunggu Danilo mengeluarkan mobil dari garasi. Setelahnya mereka bersama menuju rumah Elka untuk melayat.*Cilla menumpu motor dengan posisi berdiri. Dia melempar helmnya secara reflek. Teriakan dan bunyi helm yang jatuh membuat Bastian segera berbalik badan dan membantu sang istri.“Maaf, Sayang.” ucap Bastian sambil menarik standar motor menggunakan kakinya.“Iya aku gak apa-apa kok, motor kamu gak apa-apa juga. Gak jatuh!” ujar Cilla kesal dengan memungut helmnya di bawah .Bastian lupa menarik standar motor. Sehingga, motor nyaris jatuh. Pria itu tampak diam dengan waj

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Oleng

    Pagi itu, Bastian baru pulang dari sawah. Pria itu menggunakan kaos rumahan dipadu bawahan celana selutut berbahan kaos. Cilla melihat sang suaminya menaruh kunci motor di meja makan.“Masak apa Bunda?” tanya Bastian.Cilla mengangkat sebelah alisnya, sedang Bastian tersenyum tipis berakhir bibirnya tersenyum lebar gagal menahannya.“Bunda apa sih? Aneh banget!” ketus Cilla.Wanita itu sudah cantik dengan baju dress selutut khas dirinya. Corak warna kecoklatan dengan bahu telanjang. Dia akan menggunakan kardigan saat keluar rumah.“Katanya gak mau dipanggil…”“Oh jadi ganti panggilan gitu?”Cilla memasukkan masakannya di piring setelahnya menatap malas sang suami yang berdiri di dekat meja dapur.“Yah, kan nanti anak kita lahir panggil kamu Bunda gitu kan?” kata pria itu menarik tisu dan membersihkan tangannya yang basah.“Dih!” dengus Cilla, wanita itu menatap tajam saat Bastian mencomot tempe tepung yang ada di piring. “Kenapa? Gak mau? Makanya, sih gak usah protes. Panggilan Kopi

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Sadar Diri

    “Mas, es penangkal badai kemarahan istri ada ya?” tanya Bastian menyindir Cilla yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaan darinya.Wanita itu selalu berkata terserah saat ditanya hendak pesan apa. Di sebuah kafe yang terletak di jantung kota, Bastian membawa sang istri.“Hehehe, untuk minuman best seller di tempat kami ini Pak, blue ocean karnival. Ada selasih dan rasanya segar asam manis, apakah mau mencobanya?” saran sang pelayan berwajah Jawa khas itu.Bastian tampak memperhatikan gambar menu yang ditunjuk oleh pelayan. Dari ekor matanya melirik sang istri yang mengambil ponsel di tasnya.“Boleh, sama ramen level dua saja ya. Kalau panas gini biar sekalian terbakar,” ucap Bastian.Sang pelayan menulis pesanannya dengan tersenyum. “Ohya masing-masing dua ya, sama tambah ini coba wafel coklat. Biar manis sedikit gak pahit seperti suasana saat ini,” lanjut Bastian.“Baik, Pak. Apakah ada pesanan yang lain?” kata sang pelayan.“Sudah cukup, terimakasih.” tukas pria itu. Mata sipit Ba

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Alasan

    Pagi itu Cilla menyiapkan makanan di meja. Tidak ada pembicaraan yang berarti setelah mereka duduk menyantap sarapan masing-masing. Cilla melihat Bastian tampak gelisah. Beberapa kali pria itu berdecak sebal usai melihat ponsel. “Nanti sore pulang sendiri bisa ya, Kop?” tanya Bastian memecah keheningan. Cilla mengangguk masih dengan kegiatannya mengunyah nasi goreng. Sampai usai sarapan dan mereka berangkat bekerja. Sesekali Cilla menatap sorot mata Bastian yang sedang sibuk fokus menyetir. Pria itu terlihat tidak seperti biasanya. Setidaknya, itulah hal yang ditafsirkan oleh wanita itu.“Aku turun dulu,” pamit Cilla setelah mobil berhenti di halaman toko. Tidak ada jawaban dari Bastian, setidaknya itu yang Cilla tau. Pria itu justru menelepon seseorang. Cilla menoleh menatap lewat kaca mobil depan Bastian. Terlihat pria itu serius menghubungi seseorang.“Mungkin menghubungi Elka.” katanya di dalam hati.Sungguh, hari ini terasa amat berat. Bayangan semalam berputar di kepalanya ter

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Menyebut namanya

    “Singkirkan tanganmu itu!” sergah Bastian setelah datang pada sang istri. Pria itu berdiri di samping sang istri. Sorot matanya tajam mengintimidasi pria di depannya.“Ma, maaf.” ucap pria di hadapannya dengan wajah kaku. Sedangkan Cilla tiba-tiba membuka suara. “Kenapa harus marah, Sayang?”Kedua pria itu menatap pada direksi yang sama. Bastian mengernyitkan alisnya. Sang istri bukanlah orang yang mudah berkata manis, apalagi panggilan sayang itu jarang sekali ia ucapkan.“Ayo kita pulang!” ajak Bastian.“Kok pulang sih, Sayang. Bukannya kamu mau nemenin sahabat kamu di pernikahannya?”Bastian tampak terkejut dengan sikap dan perkataan sang istri. Tangannya menggenggam tangan sang istri erat. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Termasuk sang pasangan pengantin.“Kamu mabuk, ya? Minum apa kamu sampai kayak gini.” Bastian mengomel seraya terus menarik sang istri. Cilla dengan mata sayu mengikuti suaminya. Wanita itu beberapa kali tertawa dan meracau tidak jelas. Bastian dan Cilla

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Pembuktian

    Cilla menata buku yang tergeletak di meja. Wanita itu meniup debu yang melapisi permukaan sampul buku berwarna merah hati itu.“Kasihan yah, Mbak. Padahal dia orang baik, Kopi.” ucap Bastian seraya meletakkan cangkir kopi yang ia buat barusan. Bastian berjalan membuka jendela. Semalam, ia dan Cilla pulang ke rumah kampung. Mereka datang sebab mendapatkan kabar penjaga rumah sekaligus asisten rumah tangga telah berduka. Suami dan anaknya meninggal secara bersamaan akibat kecelakaan. “Aku masih ingat rasanya kehilangan seperti itu, Tian.” imbuh Cilla sesaat menepuk telapak tangannya yang terasa berdebu.“Ya, aku juga.” balas Bastian dengan menatap ke arah jalan raya lewat jendela kamarnya.“Tapi, mungkin lebih berat Mbak. Dia secara bersamaan kehilangan suami dan anak.” ungkap Cilla dengan suara lirih. Bastian menarik tangan sang istri dan mencium punggung tangan lentik itu.“Iya, karena gak ada satupun orang di dunia ini yang mau merasakan kehilangan.” kata pria bermata sipit itu.C

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status