Share

Bastian Hananta

Author: QM
last update Huling Na-update: 2023-07-27 14:42:29

Mata bulan sabit itu tengah fokus pada layar ponsel yang ia genggam. Alisnya terangkat satu saat melihat sebuah foto yang baru saja muncul di media sosialnya. Tangan kokohnya meletakkan ponsel itu dan nampak menghembuskan nafasnya panjang. Ia beralih berdiri di jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Matanya memandang jauh ke seberang jalan. Di mana rumah bercat hijau tosca itu berada.

Tak lama penghuni rumah itu keluar. Dengan kaos putih tulang dan celana pendek, gadis itu sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Seperti sebuah kebetulan, gadis yang ia lihat di ponselnya membagikan fotonya dengan sang kekasih. Kini ada di depan sana.

Bastian beralih turun ke lantai satu ia menuju jendela yang ada di dekat pintu.

Sang nenek melihat cucunya itu menatap keluar jendela sudah paham. Siapa yang dilihat cucunya itu? Bastian melihat gadis itu yang tengah menyiram tanaman di halaman rumahnya. Bibirnya terangkat membentuk kurva. Binar matanya seolah mengatakan bahwa ia sangat menyukai pemandangan yang ia lihat.

"Katanya Tante Maura, Cilla akan tunangan sama Randi," kata sang nenek membuat Bastian membalikan badannya.

"Kapan Eyang?" tanya Bastian.

"Gak tau, mungkin setelah  Randi dapat sertifikat profesi. Atau bahkan secepatnya. Eyang mana tau," jawab wanita dengan rambut putih yang disanggul itu.

Ada gurat kekecewaan di wajah pemuda itu. Ia lantas keluar dari rumah. Di depan pintu ia bertemu dengan Bude Arum.

"Mau kemana, Bas?" tanya Arum dengan membawa piring berisi makanan di tangannya.

Tak menjawab, Bastian menyeberangi jalan aspal yang persis di depan rumahnya.  Pemuda itu menghampiri gadis yang menyiram tanaman itu.

"Eh, Kopi!" ujar Bastian sembari naik di pagar rumah bercat hijau tosca itu.

Karena terkejut gadis yang disapa itu justru mengarahkan selang air tepat ke wajah Bastin.

"Ah sial, eh Kopi sialan. Kamu gak liat- aku bwuah-  Kopi BERHENTI!" ujar Bastian mendapatkan semprotan air dari selang yang dipegang gadis itu.

"Eh, maaf. Habisnya kamu ngagetin!" katanya sambil dengan segera mematikan air.

"Kamu sengaja, kan? Lihat basah semua, anjir!"

"Dih, kamu juga sih ngagetin! Orang dimana-mana ke rumah tetangganya minimal salam! Ini, teriak kopi, kopi! Mau kopi bikin sendiri!" ketus gadis dengan mata bulat itu.

Bastian menatap tajam gadis dengan rambut diikat satu tersebut. Kaos hitam yang ia kenakan basah kuyup. Wajahnya pun juga basah oleh air.

"Kopi kan kamu! Item! Jelek! Meskipun udah gak kribo lagi karena rajin menyisir rambut. Tapi tetap aja jelek!" ejek Bastian.

Gadis itu sudah terlampau hafal ejekan Bastian padanya sehingga, ia hanya memutar bola matanya malas.

"Biarin, jelek gini juga banyak yang naksir kok. Buktinya juga aku punya pacar, kan?" kata gadis itu bangga.

"Pacar kribo juga bangga!"

"Mana ada! Randi gak kribo! Dia tampan calon dokter!"  balas gadis itu, ya gadis itu adalah Cilla.

"Masih calon, belum tentu jadi juga sih!"

"Resek banget sih! Kenapa, kamu itu iri, kan? Ngaku aja!"

"Iri? Gak level!"

"Dih, kamu sebenarnya ngapain sih ke sini?"

Ditanya demikian Bastian jadi bingung sendiri. Awalnya ia ingin menemukan jawaban perihal tunangan yang disinggung sang nenek tadi. Namun, mendapat guyuran air yang justru membuatnya kesal. Sehingga ia mengurungkan niatnya. Selalu seperti ini! Bastian kesal dengan situasi yang selalu tercipta tidak mendukung apa yang ingin ia tanyakan pada Cilla. Tak hari ini saja, setiap tujuannya pasti tidak akan sesuai. Selalu saja bertengkar sebagai akhir dari interaksi mereka.

"Gak jadi!" ujar Bastian ketus.

Pemuda itu lekas pergi dari sana. Kaki panjangnya segera membawanya pulang ke rumah. Sedang Cilla, memandang punggung pemuda itu menjauh sambil bertanya-tanya.

"Biang kerok! Selalu aneh," gerutu Cilla sambil melanjutkan pekerjaannya menyiram tanaman.

Bastian masuk rumah dengan kesal. Bajunya yang basah, rambut yang meneteskan air ke lantai membuat Arum dan Adjeng tersenyum melihat keponakan dan cucu mereka itu. Bastian tak peduli, pemuda dengan tubuh tinggi seratus tujuh puluh enam sentimeter itu menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sedang Adjeng, sang nenek melanjutkan mengobrol dengan Arum putrinya di ruang tamu.

"Tian selalu saja apes, Bu," kata Arum sambil membuka kue dengan bungkus daun itu.

"Hahaha, iya benar, Rum. Tian memang bodoh untuk mendekati Cilla. Harusnya tumbuh bersama dari mereka anak-anak membuat Tian lebih memahami gadis itu. Akan tetapi, Tian selalu berbuat di luar tujuannya."

"Memang tadi dia mau apa, Bu ke rumah Cilla?"

"Tadi, Ibu bilang kalau Cilla mau tunangan sama pacarnya. Dia mungkin mau menanyakan hal itu. Justru kena guyuran air. Hehehe," cerita Adjeng.

Arum tersenyum lebar mendengarkan penuturan sang ibu. Sehari-hari mereka selalu menantikan cerita apa yang terjadi antara Tian dan Cilla. Mereka berdua semacam kucing dan tikus bila bertemu, sehingga cerita yang tercipta menjadi topik pembahasan yang menggelikan. Sehingga baik Arum maupun ibunya ini begitu terhibur.

"Bu, apakah mereka akan bersatu?" tanya Arum pada sang ibu.

Mata Adjeng menyorot jauh ke depan. Wanita berambut putih itu terdiam sesaat.

"Ibu akan mempersatukan mereka, Rum. Bagaimanapun, Bastian berhak bahagia. Dan Cilla adalah sumber bahagia buat Tian," kata Adjeng yakin.

"Apa Cilla mau, Bu? Dia punya pacar, kan?" tanya Arum ragu.

Adjeng memandang Arum dengan sorot mata yang sulit untuk didefinisikan. Wanita itu selalu memiliki  pemikiran yang tak bisa diartikan bila sudah terdiam seperti ini.

Sedang di kamar, Tian menggerutu kesal dengan keadaannya yang memilukan. Tak hanya hari ini ia mengalami nasib kurang baik saat berusaha mendekati Cilla. Tian menarik handuk bersih di lemari lantas mengusap rambutnya yang basah. Ia melepas bajunya satu persatu dan segera mengganti dengan baju kering. Pemuda dengan mata bulan sabit itu menggerutu.

"Dasar kopi, kamu selalu saja membuatku sial! Entah bagaimana aku bisa mendapat kutukan menyukai gadis bar-bar seperti kamu!"

Ya, Bastian seperti dikutuk tak bisa melupakan perasaannya sejak kecil. Ia sangat menyukai Cilla, gadis kecil yang sampai kini tinggi badannya masih juga kecil baginya. Bagaimana dengan Cilla? Apakah dia mengetahui perasaan Tian?

***

"Ibu, Randi minta waktu untuk tunangan. Dia ingin setelah koas dan mendapat pekerjaan setelahnya dia ingin langsung menikah saja dengan Cilla," kata Cilla.

Gadis itu duduk di ruang makan bersama kedua orangtuanya. Mereka sedang membahas perihal hubungan Cilla dan kekasihnya.

"Ibu sih gak masalah, Cilla. Cuman kalian ini pacarannya sudah lama sekali. Dari SMA kan? Bahkan orangtuanya Randi sudah sering sekali bertemu dengan kamu. Ibu sama bapak khawatir sama hubungan kalian," ungkap sang ibu.

Orangtua mana yang tidak khawatir melihat sang putri memiliki hubungan yang begitu lama. Namun, belum ada kepastian yang bisa menjamin mereka tidak putus di tengah jalan. Belum lagi omongan tetangga. Hidup di desa selalu saja menjadi sorotan bila tidak sesuai dengan adat budaya yang seirama dengan kebiasaan mereka.

"Cilla, bapak percaya sama Cilla. Bapak yakin Cilla paham maksud yang tersirat dari kalimat ibu barusan, kan Nduk?" tanya sang ayah.

Gadis itu menunduk sedikit. Ia paham kalimat sang ibu yang mengkhawatirkan dirinya.

"Iya, Pak. Cilla tau maksudnya ibu. Insyaallah, Cilla akan menjaga diri. Dan jika perlu Cilla akan memutuskan hubungan Cilla dengan Randi terlebih dulu sampai dia mendapat apa yang dia ingin, sehingga  Randi melamar Cilla," kata Cilla menenangkan kedua orangtuanya.

"Lebih baik seperti itu, Cilla," tukas sang ibu.

Mereka melanjutkan makan bersama. Apakah benar, Cilla akan memutuskan hubungannya dengan Randi?

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Cilla sama Tian aja cokcik hihi
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Khitbah

    Mata bulat itu menyorot jauh ke langit yang mendung. Sore yang indah dengan hamparan hijau sawah yang tumbuh di sepanjang mata memandang. Cilla duduk di tembok jembatan kecil dengan pintu air di bawahnya. Tempat favorit gadis itu sejak kecil. Pintu air itu menghubungkan sebuah waduk buatan kecil untuk pengairan sawah di desa ini. Entah berapa lama gadis itu duduk berdiam diri di sini. Jika sudah menyendiri seperti ini, Cilla tak peduli seberapa lama ia duduk termenung di tempat ini. Sesaat sinar matahari yang terbebas dari bayang-bayang mendung memberikan bias indah. Semburat jingga dengan pemandangan sekitar begitu membaur seolah memberikan buaian mata yang menentramkan jiwa."Ngapain pose kayak kucing kejepit?" kata seseorang yang datang.Cilla sangat hafal, suara berat itu. Suara yang seakan merusak sebuah rasa indah yang tercipta. Suara yang seakan sebuah terompet perang yang menghancurkan kedamaian."Heh, kopi!" ujar pemuda itu lagi sebab tak mendapatkan respon."Ya Allah, kenapa

    Huling Na-update : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Menikahlah dengan Cilla

    "Tian, pulanglah dulu sama Pakde Ali. Kamu belum mandi dari semalam," kata Arum menyarankan sang keponakan agar pulang.Pasalnya, Bastian sejak kemarin sore belum ganti baju maupun mandi. Dia sangat khawatir dengan keadaan sang nenek sehingga tak peduli dirinya sendiri."Assalamualaikum," ucap gadis bermata bulat dengan baju kaos dipadu jaket berwarna merah muda itu.WAALAIKUM SALAMJawab serempak semua orang yang berada di kamar rawat ini. Cilla datang membawa rantang bersama Maura sang ibu. Mereka membawakan makanan untuk semua orang yang ada di sini. Mengingat Eyang Adjeng belum sadar sedari kemarin sore.Mereka akhirnya dengan terpaksa makan meskipun tak berselera. Bagaimanapun semua orang haruslah menjaga kesehatan salah satunya makan dengan benar, untuk menjaga wanita tua itu. Kini mereka berada di cafetaria rumah sakit. Akan tetapi Bastian tak mau ikut, sehingga Cilla menemani pemuda itu di kamar. "Makan dulu, Tian." kata Cilla seraya memberikan piring berisi makanan pada Basti

    Huling Na-update : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Tersangkut di Semak Belukar

    "Apa Cilla mau, Pak? Apa dia bisa menerimanya?" tanya Maura usai kembali dari rumah Eyang Adjeng.Maura begitu bingung saat diskusi dengan keluarga Bastian mengenai pernikahan. Bagaimana tidak bingung? Permintaan wanita tua itu sangat mendadak. Ya, Eyang Adjeng sudah pulang dari rumah sakit pagi tadi setelah bersikeras meminta pulang. Kondisinya belum sepenuhnya baik. Akan tetapi, wanita itu ingin pulang. Sehingga rumah sakit terpaksa mengijinkan dengan catatan, apapun yang akan terjadi dengan Adjeng, bukan tanggung jawab dari pihak rumah sakit."Eyang banyak sekali membantu kita, Maura. Bastian juga tidak buruk. Sepertinya dia sangat menyayangi Cilla. Seperti eyang katakan, kalau dia selama ini menyukai Cilla," kata Ali.Maura berpikir sejenak. Perasaannya kini sedikit membaik setelah sebelumnya kacau. Ia sangat khawatir bila permintaan ini membuat putrinya menolak. Tak lama suara pintu terbuka. Cilla dengan berjalan terseok-seok datang."Astaghfirullahaladziim, Cilla. Kamu kenapa, N

    Huling Na-update : 2023-07-27
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Berhentilah Menjadi Orang Baik!

    "Dilla..." panggil pemuda itu.Cilla memandang pemuda itu dengan sendu. Pemuda yang selama enam tahun lamanya bersamanya. Pemuda yang selalu mengisi hatinya. "Kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya pemuda yang kini mendekat pada Cilla.Mata indah itu. Bola mata jernih dengan bibir kemerahan. Bulu mata lentik dengan jambang yang sedikit menghiasi wajah putih bersihnya. Cilla, memandang pemuda itu nanar. Randi, kekasihnya. Ralat, Randi mantannya."Kenapa bisa begini? Aku sudah bilang tunggu di klinik, kita pulang bareng. Kenapa kamu pulang sendiri?" tanya Randi sambil melihat keadaan kaki Cilla dengan teliti."Randi, mulai sekarang. Jangan panggil aku, Sayang. Karena hubungan kita putus sampai di sini." kata Cilla dengan bergetar.Air mata gadis itu tumpah lagi. Pemuda itu membeku tak percaya. Dia ingat terakhir menelepon kekasihnya ini hubungan mereka baik-baik saja."Kamu sedang bergurau, Sayang. Maaf tadi aku sedikit terlambat. Tapi aku sudah mengirim pesan kan tadi? Jangan marah ya, ma

    Huling Na-update : 2023-08-21
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Oh, My First Kiss

    "Mama, dengar pertanyaan Randi kan?" tanya Randi tak menurunkan nada bicaranya. Randi terlihat begitu bersedih terbukti matanya yang tak hentinya mengeluarkan air mata. "Aduh-aduh, Randi! Ya tentu! Mama sudah katakan dari awal ke kamu, kan. Mama gak mau kamu punya istri gadis desa," jawab Irina tanpa dosa. "Mama, padahal selama ini aku selalu berusaha hilangkan pandangan Mama tentang itu. Bahkan Randi mendekatkan Dilla sama Mama. Kenapa Mama masih saja tidak melihat keseriusan aku, Ma?" bantah Randi dengan mengeluarkan segala perasaan kecewanya pada sang ibu. "Randi! Keluarga kita adalah keluarga wealthy. Apa kata keluarga besar kita kalau punya menantu orang desa, mana bapaknya montir. Astaga!" ujar Irina dengan jujur. Wanita dengan kulit seputih porselen itu berbicara dengan melipat kedua tangannya di dada. "Astaghfirullahaladziim, Ma. Randi gak nyangka, Mama seperti ini! Bapaknya Dilla pengusaha bengkel, Ma. Bukan montir, dan lagi, dari manapun asal seseorang, yang penting d

    Huling Na-update : 2023-08-22
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Menikah sama aku, Cilla.

    Cilla memejamkan matanya sesaat. Entahlah, perasaan aneh ia rasakan detik ini. Gugup, malu dan perasaan yang tak mampu dikatakan itu terus menenggelamkan dirinya pada sebuah pikiran itu. Bayangan pagi tadi yang nampak horor ini terus berlanjut berputar seperti kaset rusak di kepalanya. "Kenapa sih, biang kerok ke sini? Apa dia sengaja bikin aku sebal?" tanya Cilla di dalam hati. "Tante, iya baru pulang dari kerja," kata Bastian merespon sapaan Maura. Suara berat Bastian terdengar di ruangan. Pemuda itu menaruh tas ranselnya di kursi ruang tamu. Rambutnya yang sedikit tak rapi justru membuat pemuda itu terlihat tampan. Siapa yang tidak mau dekat dengan Bastian? Bahkan gadis satu desa sudah banyak yang berusaha mencari perhatian dari pemuda itu. Akan tetapi Bastian seolah tidak memberikan sedikitpun kesempatan seseorang hadir di hatinya. Hal itu membuat gadis yang menaruh hati padanya mundur secara teratur. "Bapak bisa barengan sama Bastian?" tanya Maura pada sang suami. Ali datang

    Huling Na-update : 2023-08-23
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Gadis Bar-bar

    Mata indah itu seakan bersinar dalam cahaya redup. Senyumannya terbingkai menjadi keteduhan saat dipandang. Randi tersenyum lantas segera berlari menghampiri gadis itu. Namun, belum sampai seorang pemuda menarik tangan gadis itu dan membawanya. "Tidak, Dilla tunggu!" teriak Randi lantas membuka matanya. Dia bermimpi bertemu Cilla Adilla kekasihnya yang memutuskan dirinya secara sepihak. Pemuda itu mengusap keningnya yang berpeluh. Nafasnya masih terengah-engah seakan usai berlari maraton. Tangannya gemetar mengambil air putih yang ada di samping ranjangnya. Kakinya turun dari ranjang. Randi duduk lantas meneguk satu gelas penuh air putih. Mimpi. * "Pagi Eyang," sapa sahabat Bastian, Elka. Gadis itu memang kerap ke rumah Bastian. Selain mendatangi sahabatnya itu, Elka juga bekerja di toko kue Eyang Adjeng sebagai staf administrasi di sana. Gadis dengan tinggi seratus lima puluh sentimeter itu kerap memberikan laporan mengenai keuangan juga semua hal bersangkutan dengan masalah mana

    Huling Na-update : 2023-08-25
  • Terjerat Hati Teman Kecil   Terpaksa

    Randi memutuskan untuk mengambil libur secara bersamaan sebelum itu dia juga meminta temannya menggantikan jadwalnya beberapa hari. Dia benar-benar tak mampu berkonsentrasi jika terus menerus memikirkan permasalahannya dengan Cilla. Berhari-hari pemuda dengan bulu mata lentik ini memimpikan mantan kekasihnya. "Sayang, kamu pulang?" sambut sang ibu, Irina melihat Randi datang membawa tas besar. Randi hanya melewati sang ibu menghindar dari pelukan ibunya. Dia masih marah pada ibunya sebab membuat hubungannya dan Cilla berakhir. Irina menghembuskan nafasnya kasar lantas berkata dalam hati. "Kebetulan kamu pulang, mama akan mendekatkan kamu pada Claire, Randi. Hem, gadis secantik itu apa mampu kamu tolak anak mama yang keras kepala?" Siapakah Claire yang dimaksudkan oleh Irina? * Lima menit perjalanan menggunakan mobil terasa berjam-jam. Cilla dan Bastian saling bungkam. Hanya deru suara mesin mobil menemani mereka. Cilla masih merasa kesal dengan gaya usahanya untuk bercanda tetap

    Huling Na-update : 2023-08-27

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Petang akan Datang Kembali (Ending)

    Di bahu jalan, mobil Bastian yang kosong menjadi tempat Danilo dan Vika berbicara. Mereka datang bersamaan. Vika mencari bapaknya untuk melakukan upaya penyelamatan. Sang ibu, Arum sudah lebih dulu pergi. Namun, Vika justru datang sendiri sebab Ali dari kota segera ke Polsek untuk melapor dan akan membawa polisi datang.“Jadi ibu udah ke dalam Dek?” tanya Danilo.“Iya, Mas. Tadi aku coba telpon mas Bastian. Tapi gak diangkat. Gak taunya udah ke sini.” kata Vika dengan tangan terus bergerak gelisah.Tentu Vika merasakan kekhawatiran yang begitu hebat. Sang ibu sedang menolong Cilla dan ibunya di sana. Sedang dirinya hanya bisa menunggu atas perintah ibunya. “Kamu gak usah khawatir, bentar lagi bapak datang.”Tak lama berselang, mobil polisi beserta Ali datang. Mereka segera menghampiri Vika. Kemudian bersama-sama menuju tempat yang sudah diinformasikan Arum sebelumnya.Sebelumnya, Arum sampai di lokasi Cilla disekap. Dia menghubungi Elka sebelumnya. Mengapa Arum bisa mendapatkan titik

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Murka

    Pov Bastian“Aku menyukaimu saat pertama kali kita berciuman gak sengaja. Itu first kiss yang sangat membekas, Tian. Sampai membuatku ragu untuk melanjutkan hubunganku saat itu. Dari situlah, pada akhirnya aku bisa menerima lamaran kamu.”“Jadi, kalau tidak ada acara ciuman waktu itu. Kamu gak akan terima lamaranku?”Wanita yang sejak kecil menempati ruang di hatiku itu menggelengkan kepala. Wanita itu merubah posisinya untuk menatap diriku yang tak lepas memperhatikan ekspresinya. Kami sedang berbicara sebelum tidur. Biasanya orang menyebutnya pillow talk.“Bisa iya, bisa tidak.” jawabnya sambil tersenyum.“Terus, misal eyang saat itu gak dateng di warung bakso, jawaban kamu menolak aku gitu?” balasku bertanya lagi.“Hemm, tidak juga. Sebenarnya aku mengajak kamu untuk berpacaran terlebih dahulu. Tapi….” Jawaban menggantung wanita bermata bulat itu membuatku penasaran.“Justru, Eyang menyuruh kita menikah.” sambungnya.“Terus nyesel yah?” sahutku.“Justru bikin aku seneng karena kit

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Siapa yang Bermain?

    “Apa yang Mbak bilang tadi?”Wanita cantik dengan wajah yang tampak muram terlonjak saat mendengar pengakuan sang kakak. Hasti, adik Elka datang setelah acara tiga hari sang ibu, Ratri. Wanita itu menatap sang kakak dengan tatapan tajam.“Iya, ibu marah karena aku masih memiliki perasaan sama Bastian.” kata Elka mengaku pada sang adik. Wanita itu duduk menatap ke arah jendela. “Astaga, Mbak. Kamu itu udah punya suami yang tampan, punya segalanya. Pikiranmu kemana Mbak, ha?” “Semuanya karena Cilla,” imbuh Elka.Tanpa mereka sadari, pertengkaran ini didengarkan dengan seksama oleh seseorang. “Jadi ibumu meninggal karena bertengkar sama kamu, Elka?” tanya seorang pria yang tiba-tiba datang dari pintu utama. Suami Elka dengan wajah muram berjalan mendekat pada posisi mereka. Aura kesedihan yang sudah ada sedari tadi kini seakan bertambah tebal. “Selesaikan masalah kalian, aku tunggu di luar.” kata Hasti hendak melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Namun, kakinya berhenti mendenga

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Lunglai

    “Bude, gimana kabarnya?” tanya Vika sesaat datang. Gadis itu segera datang sesaat mendapatkan kabar. Maura mempersilahkan anak kandung mantan suaminya itu untuk duduk.“Alhamdulillah, sehat Vika. Kamu gimana, Nak?” Maura memang sudah terbiasa dengan Vika. Sejak permasalahan yang datang terus membuka tabir keburukan sang mantan suami, wanita itu tidak sekalipun marah pada Vika. Mereka mengobrol alakadarnya sambil menunggu Danilo mengeluarkan mobil dari garasi. Setelahnya mereka bersama menuju rumah Elka untuk melayat.*Cilla menumpu motor dengan posisi berdiri. Dia melempar helmnya secara reflek. Teriakan dan bunyi helm yang jatuh membuat Bastian segera berbalik badan dan membantu sang istri.“Maaf, Sayang.” ucap Bastian sambil menarik standar motor menggunakan kakinya.“Iya aku gak apa-apa kok, motor kamu gak apa-apa juga. Gak jatuh!” ujar Cilla kesal dengan memungut helmnya di bawah .Bastian lupa menarik standar motor. Sehingga, motor nyaris jatuh. Pria itu tampak diam dengan waj

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Oleng

    Pagi itu, Bastian baru pulang dari sawah. Pria itu menggunakan kaos rumahan dipadu bawahan celana selutut berbahan kaos. Cilla melihat sang suaminya menaruh kunci motor di meja makan.“Masak apa Bunda?” tanya Bastian.Cilla mengangkat sebelah alisnya, sedang Bastian tersenyum tipis berakhir bibirnya tersenyum lebar gagal menahannya.“Bunda apa sih? Aneh banget!” ketus Cilla.Wanita itu sudah cantik dengan baju dress selutut khas dirinya. Corak warna kecoklatan dengan bahu telanjang. Dia akan menggunakan kardigan saat keluar rumah.“Katanya gak mau dipanggil…”“Oh jadi ganti panggilan gitu?”Cilla memasukkan masakannya di piring setelahnya menatap malas sang suami yang berdiri di dekat meja dapur.“Yah, kan nanti anak kita lahir panggil kamu Bunda gitu kan?” kata pria itu menarik tisu dan membersihkan tangannya yang basah.“Dih!” dengus Cilla, wanita itu menatap tajam saat Bastian mencomot tempe tepung yang ada di piring. “Kenapa? Gak mau? Makanya, sih gak usah protes. Panggilan Kopi

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Sadar Diri

    “Mas, es penangkal badai kemarahan istri ada ya?” tanya Bastian menyindir Cilla yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaan darinya.Wanita itu selalu berkata terserah saat ditanya hendak pesan apa. Di sebuah kafe yang terletak di jantung kota, Bastian membawa sang istri.“Hehehe, untuk minuman best seller di tempat kami ini Pak, blue ocean karnival. Ada selasih dan rasanya segar asam manis, apakah mau mencobanya?” saran sang pelayan berwajah Jawa khas itu.Bastian tampak memperhatikan gambar menu yang ditunjuk oleh pelayan. Dari ekor matanya melirik sang istri yang mengambil ponsel di tasnya.“Boleh, sama ramen level dua saja ya. Kalau panas gini biar sekalian terbakar,” ucap Bastian.Sang pelayan menulis pesanannya dengan tersenyum. “Ohya masing-masing dua ya, sama tambah ini coba wafel coklat. Biar manis sedikit gak pahit seperti suasana saat ini,” lanjut Bastian.“Baik, Pak. Apakah ada pesanan yang lain?” kata sang pelayan.“Sudah cukup, terimakasih.” tukas pria itu. Mata sipit Ba

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Alasan

    Pagi itu Cilla menyiapkan makanan di meja. Tidak ada pembicaraan yang berarti setelah mereka duduk menyantap sarapan masing-masing. Cilla melihat Bastian tampak gelisah. Beberapa kali pria itu berdecak sebal usai melihat ponsel. “Nanti sore pulang sendiri bisa ya, Kop?” tanya Bastian memecah keheningan. Cilla mengangguk masih dengan kegiatannya mengunyah nasi goreng. Sampai usai sarapan dan mereka berangkat bekerja. Sesekali Cilla menatap sorot mata Bastian yang sedang sibuk fokus menyetir. Pria itu terlihat tidak seperti biasanya. Setidaknya, itulah hal yang ditafsirkan oleh wanita itu.“Aku turun dulu,” pamit Cilla setelah mobil berhenti di halaman toko. Tidak ada jawaban dari Bastian, setidaknya itu yang Cilla tau. Pria itu justru menelepon seseorang. Cilla menoleh menatap lewat kaca mobil depan Bastian. Terlihat pria itu serius menghubungi seseorang.“Mungkin menghubungi Elka.” katanya di dalam hati.Sungguh, hari ini terasa amat berat. Bayangan semalam berputar di kepalanya ter

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Menyebut namanya

    “Singkirkan tanganmu itu!” sergah Bastian setelah datang pada sang istri. Pria itu berdiri di samping sang istri. Sorot matanya tajam mengintimidasi pria di depannya.“Ma, maaf.” ucap pria di hadapannya dengan wajah kaku. Sedangkan Cilla tiba-tiba membuka suara. “Kenapa harus marah, Sayang?”Kedua pria itu menatap pada direksi yang sama. Bastian mengernyitkan alisnya. Sang istri bukanlah orang yang mudah berkata manis, apalagi panggilan sayang itu jarang sekali ia ucapkan.“Ayo kita pulang!” ajak Bastian.“Kok pulang sih, Sayang. Bukannya kamu mau nemenin sahabat kamu di pernikahannya?”Bastian tampak terkejut dengan sikap dan perkataan sang istri. Tangannya menggenggam tangan sang istri erat. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Termasuk sang pasangan pengantin.“Kamu mabuk, ya? Minum apa kamu sampai kayak gini.” Bastian mengomel seraya terus menarik sang istri. Cilla dengan mata sayu mengikuti suaminya. Wanita itu beberapa kali tertawa dan meracau tidak jelas. Bastian dan Cilla

  • Terjerat Hati Teman Kecil   Pembuktian

    Cilla menata buku yang tergeletak di meja. Wanita itu meniup debu yang melapisi permukaan sampul buku berwarna merah hati itu.“Kasihan yah, Mbak. Padahal dia orang baik, Kopi.” ucap Bastian seraya meletakkan cangkir kopi yang ia buat barusan. Bastian berjalan membuka jendela. Semalam, ia dan Cilla pulang ke rumah kampung. Mereka datang sebab mendapatkan kabar penjaga rumah sekaligus asisten rumah tangga telah berduka. Suami dan anaknya meninggal secara bersamaan akibat kecelakaan. “Aku masih ingat rasanya kehilangan seperti itu, Tian.” imbuh Cilla sesaat menepuk telapak tangannya yang terasa berdebu.“Ya, aku juga.” balas Bastian dengan menatap ke arah jalan raya lewat jendela kamarnya.“Tapi, mungkin lebih berat Mbak. Dia secara bersamaan kehilangan suami dan anak.” ungkap Cilla dengan suara lirih. Bastian menarik tangan sang istri dan mencium punggung tangan lentik itu.“Iya, karena gak ada satupun orang di dunia ini yang mau merasakan kehilangan.” kata pria bermata sipit itu.C

DMCA.com Protection Status