“A-apa Anda tidak salah? Saya putrinya,” tutur Adeline bingung.“Benar, Nyonya. Tahanan menolak siapapun yang ingin mengunjunginya, termasuk Anda. Mungkin Anda bisa kembali lain hari,” balas Polisi di sana.Tak ada pilihan, akhirnya Adeline menyerah. Dia tak mungkin memaksa dan membuat keributan di sana.“Baiklah, terima kasih, Opsir,” sahut Adeline menunduk hormat.Dia berlalu dari ruangan tersebut. Namun, langkahnya berubah lambat saat tak sengaja melihat Sabrina di area lapangan. Ya, ibu tirinya itu memakai baju narapidana dan memegang sapu. Tampaknya sipir meminta para narapidana bersih-bersih.‘Apa kabar, Ibu?’ Adeline membatin sinis saat melihat ekspresi muram Sabrina.Tiba-tiba saja Adeline terbelalak saat melihat seorang wanita tinggi besar mendorong Sabrina hingga jatuh. Adeline mengernyit dan hanya mengawasi dari kejauhan. Tampaknya mereka tidak akur, dan wanita tinggi besar tadi terlihat membenci Sabrina. Bahkan dia menendang sapu dan menginjak tangan Sabrina yang hendak me
“Aku sedang mengunjungi toko kami di mall ini. Berkat bantuanmu, Ayah mengembalikan kendali Oilis Beauty padaku,” tutur Bianca antusias. “Aku tak sengaja melihatmu, jadi aku langsung menghampirimu, Reins!”Dia mengalihkan pandangan ke deretan kalung yang tadi dilihat River. “Karena kau sudah membantuku, sekarang aku akan membantumu. Kau ingin mencari hadiah untuk Adeline? Aku akan berikan rekomendasi gaya—”“Lepaskan! Aku tidak butuh bantuanmu!” sambar River yang lantas menyingirkan tangan Bianca darinya.“Oh? Ah, maaf, Reins. Aku tidak sengaja melakukannya, aku hanya bersemangat saat melihatmu.” Wanita itu pun mengambil jarak.Dia kembali melirik beberapa kalung merk ternama seraya berkata, “apa Adeline menyukai kalung? Aku rasa edisi musim semi dari brand Calline sangat menarik. Model ini sedang menjadi trend akhir-akhir ini.”River hanya bungkam mengamati Bianca mengoceh. Meski kesal karena wanita itu tiba-tiba ikut campur, tapi River tidak menghentikannya, karena dia memang butuh
‘Konglomerat generasi ketiga keluarga Herakles diam-diam membeli perhiasan untuk seorang wanita.’ Leher Adeline menegang saat membaca tajuk berita terkini di ponselnya.Tatapannya semakin tajam ketika melihat foto seorang wanita yang menggandeng lengan River.Ya, tanpa River ketahuai, rupanya malam itu ada paparazzi yang tak sengaja melihatnya bersama Bianca dan langsung menerbitkan artikel tak masuk akal.‘Siapa wanita ini? Apa River diam-diam memiliki kekasih?’ batin Adeline kesal.Sayangnya foto di situs berita itu tidak menampakkan wajah si wanita, hingga membuat Adeline kian dongkol dengan pikirannya. Adeline menyubit layar ponselnya untuk memperbesar foto tadi, tapi hatinya semakin panas.Dia bangkit lalu mendengus pelan, “aish, sialan! Mengapa mereka terlihat mesra? Apa mereka menjalin hubungan serius?!”Adeline menyugar belahan rambutnya dengan frustasi. “Aku tahu kita tidak boleh ikut campur urusan pribadi, tapi ….”Belum sempat wanita itu menuntaskan decaknya, tiba-tiba Rive
“Brengsek! Kau mengacaukan malamku!” Lelaki bertato ular tadi pergi sambil mengumpat. “Ya, pergilah dan jangan muncul lagi. Dasar, sialan!” Amber memekik sinis. Dia bahkan mengacungkan jari tengah karena saking kesalnya. Sementara itu, pria yang menolong mereka tadi bertanya, “apa kalian baik-baik saja?” Adeline mengangguk seraya menjawab, “kami tidak apa-apa. Terima kasih atas bantuan Anda.” “Di tempat ini memang sering berkeliaran orang brengsek. Jadi kalian harus lebih berhati-hati,” tukas pria itu mengingatkan. Amber sedari tadi merasa tidak asing dengan pria itu. Setelah mengingat-ingat, dia akhirnya sadar. “Tunggu, bukankah Anda pria yang ikut pertandingan selancar siang tadi?” tuturnya menebak. Pria itu tersenyum sambil mengangguk. “Ternyata Nona mengenali saya.” Ya, dia adalah pria bertubuh atletis kecolekatan yang pertama kali mencuri perhatian Amber saat tiba di pantai Madonna. “Wah, hebat! Anda memenangkan juara pertama ‘kan? Siapa yang tidak ingat?” sahut Amber le
*** Masih di bar resort pantai Madonna, River dan Adeline terlibat percekcokan ringan. Adeline kukuh tak mau melepaskan botol alkohol saat River hendak merebutnya.“Apa yang kau lakukan? Mengapa kau ingin mencuri minumanku?!” Adeline menyentak dengan tatapan tajam.Dan itu membuat Nacho yang sedang mengantar bir ke dekat meja mereka menjadi curiga. Pria itu memandangi Adeline dan River sembari membatin, ‘apa pria itu ingin menyakitinya?’Kecurigaan Nacho membumbung saat Adeline memukul dada River. “Pergilah, aku sedang ingin sendiri!” decak wanita itu memicing.Dan saat itulah, Nacho mendekati mereka, lalu merengkuh pundak River. “Kau tuli? Dia bilang pergi!”River berpaling dengan tatapan setajam manik elang. Auranya sangat gelap begitu Nacho berani ikut campur urusannya.“Siapa kau?!” tukasnya penuh tekanan.Nacho berpikir sesaat, lalu menyambar dengan percaya diri. “Aku kekasihnya!”Sontak, dinding es di wajah River retak. Rahangnya mengeras karena menahan amukan.“Kekasih?!” de
Adeline menarik diri dengan tatapan membunuh, tapi River justru menyeringai tipis.“Bukankah kau mau bukti? Ini buktinya, istriku,’ tutur pria itu tanpa ragu.Meski kepalanya masih pusing karena mabuk, tapi Adeline menyambar sinis. “Tuan Reiner, aku serius.”“Aku juga tidak bercanda!” sahut River menatap intens.Sungguh, Adeline tak mengerti. Jelas sekali kalau di berita itu River membeli perhiasan untuk seorang wanita, bahkan muncul di situs resmi. Sangat konyol jika itu hanya editan. Dengan leher tegang, Adeline pun menarik dasi River hingga pria itu kembali membungkuk. Wajah mereka sangat dekat, bahkan River bisa merasakan napas Adeline yang panas.“Kalau begitu katakan, siapa wanita itu?” tukas Adeline penasaran, tapi entah mengapa pandangannya mulai kabur.“Wanita itu ….”Sial, Adeline hanya bisa melihat samar-samar bibir River menggumamkan sesuatu. Dirinya terlanjur pingsan karena mabuknya sangat parah. River pun menahan tubuh Adeline, lalu membaringkannya ke ranjang agar istri
“Maaf, apa saya mengganggu Anda?” Nacho bertanya saat melihat wajah Adeline yang terkejut.Ya, lelaki itu datang dengan tatapan sulit diterka.“Tidak. Ada perlu apa Anda ke sini?” Adeline menjawab bingung.“Ah … tidak. Saya hanya khawatir karena Anda tadi malam minum sangat banyak.”Adeline langsung melebarkan maniknya seraya menyahut, “a-apa semalam saya membuat keributan di bar?”“Sebenarnya saya melihat Anda bertengkar dengan seorang pria saat mabuk. Saya jadi cemas dan—”“Untuk apa kau mencemaskan istriku?!” Belum tuntas ucapan Nacho, River tiba-tiba menyambar dari belakang.Ekspresi Nacho berubah muram, jelas sekali dia tak senang dengan kedatangan suami Adeline.“River?” Adeline menatap suaminya.Alih-alih menimpali sang istri, River malah memicing ke arah Nacho seraya mendengus lebih tajam. “Enyahlah!”“Apa yang kau katakan? Nacho tamuku, dia sudah membantuku dan Amber saat di bar,” sahut Adeline yang mencium bau permusuhan.“Tamu macam apa yang mengaku sebagai kekasihmu?!” dec
‘A-apa ini? Bunga mawar lagi?! Jangan-jangan yang mengirim ….” Adeline tertegun dengan manik gemetar.“Nyonya?” Sang Kurir kembali memanggil karena Adeline tak kunjung menerima mawar itu.Adeline buyar dari lamunan dan segera mengambil bunga tadi. Dia was-was saat meraih kartu ucapan yang tersemat di antara mawar. Dan ya, sesuai dugaannya bunga ini dikirim oleh Mr. F!Adeline buru-buru menyembunyikan kartu yang bertuliskan ucapan selamat ulang tahun. Namun, tentunya menimbulkan rasa curiga sang suami.“Siapa yang mengirimnya?” River bertanya.“Ah? Ti-tidak ada nama pengirimnya. Mungkin dari Amber, dia bilang ingin mengirimkan hadiah,” jawab Adeline berdalih.Mendengar itu, River malah menarik sebelah bibirnya ke atas. Dia tahu Adeline berbohong.“Bunga ini sama seperti waktu itu, tapi sebelumnya kau bilang bunganya untuk acara hotel. Apa yang kau sembunyikan, istriku?” Suara pria itu berubah dingin dan rendah.“A-apa maksudmu? Tentu saja bunga waktu itu untuk acara hotel,” sahut Adeli