‘Apa dia begitu kedinginan?’ Siegran membatin canggung.Meski sempat menolak, tapi akhirnya lelaki itu memeluk Amber. Selama ini Siegran hanya mengabdikan hidupnya untuk melayani River, jadi dia tak pernah punya hubungan spesial dengan wanita dan tak tahu harus bagaimana menghadapi Amber.Diam-diam dia memandangi wajah Amber yang terlelap di dadanya. ‘Wanita ini … kenapa dia bisa langsung tidur padahal sedang bersama orang asing?’Tanpa sadar, tatapan Siegran turun dan terpaku pada bibir Amber. Ya, bibir yang kemarin malam dengan panas menciumnya. Lipstik merah yang dibuat berantakan saat dia membalas ciuman wanita itu.‘Tidak! Apa yang aku pikirkan?!’ batin Siegran buyar dari lamunan.Perlahan, dia pun meregangkan pelukan. Dia menyandarkan Amber di kursi dan melangkupkan jasnya lebih tinggi untuk menyelimuti wanita itu.‘Aku harus segera memperbaiki mobil ini,’ gemingnya yang lantas kembali berkutik dengan mesin.Hampir satu jam, akhirnya Siegran berhasil membuat mobil itu menyala. B
“Benar, Nyonya. Usia kandungan Anda sekarang mencapai minggu ketiga,” tutur Dokter menjelaskan.Adeline membeku mendengar fakta ini. Sungguh, dia tak pernah membayangkan bahwa akan mengandung seorang bayi. Dengan manik gemetar, Adeline meraba perut. ‘D-di sini, di sini ada bayi? Jika sudah tiga minggu … maka ini terjadi ketika River mabuk malam itu?’Ya, itu saat River kehilangan bukti dan saksi dalam kasus Freya. Pria tersebut sangat mabuk dan tak sengaja menghabiskan malam panas bersama Adeline.‘Aish, sial! Mengapa aku sangat ceroboh? Kami melakukannya tanpa persiapan dan aku tidak minum pil kontrasepsi!’ batin Adeline tegang.“Masa awal kehamilan sangat rentan, Nyonya. Anda bisa mudah kelelahan dan mual jika melihat makanan tertentu. Namun, Anda tidak perlu khawatir. Jika Anda memperhatikan kesehatan, maka bayi Anda tentu akan sehat.” Dokter itu bicara dengan wajah binar. Namun, agaknya Adeline tidak menyimak penjelasan hingga dokter tadi menyentuh bahunya.“Nyonya? Anda baik-ba
‘Sial! Apa yang harus aku lakukan? Ini bukan situasi bagus untuk berciuman.’Adeline menatap River tanpa kedip. Ekspresinya tampak tegang, jelas sekali dirinya tak nyaman dengan posisi ini. Akan tetapi, Adeline tak bisa menyerah atau River akan tahu kalau dia berbohong.Wanita itu akhirnya mengangkat dagu dengan angkuh, tangannya mulai menyusup ke belakang leher River dengan belaian yang menggelitik Hasrat. Dengan berani, Adeline pun mengikis jarak dan berniat memanggut bibir pria itu.Namun, belum sempat berciuman, River langsung melengos. Dia kembali melirik Adeline yang bingung, dan itu membuat seringai tipisnya terkuar.“Aku tidak ingin melakukannya jika kau terpaksa, istriku,” bisik River pelan, tapi Adeline bisa merasakan napasnya yang hangat.Pria itu pun bangkit, lalu mengacungkan jepit rambut Adeline yang dirampasnya tadi.“Pergilah dengan rambut terurai, aku tidak mau orang lain melihat punggungmu!” decaknya tegas.“A-apa?” Sang wanita menyambar dengan manik lebar.“Bersiapl
“Sedang apa Anda di sini?!” Adeline bertanya dengan tatapan waspada.“Ah ….” Sang lawan bincang malah mendekat dan berisik di telinga Adeline. “Saya hampir kecewa kalau Princess tidak mengenali saya.”Ya, dia adalah pria Tiongkok, yang saat itu pernah bertemu dengan Adeline di lift rumah sakit tempat Sabrina dirawat. Adeline sontak menarik diri dan mengambil jarak darinya. Sejak awal dia sudah merasa ada yang aneh dengan pria ini, dan sekarang asumsinya bertambah kuat.“Jaga sikap Anda!” decak Adeline pelan, tapi matanya menatap tajam.“Princess terlihat cantik saat marah,” sahut pria tadi disertai seringai miring. “Saya sudah menduga warna merah memang paling cocok untuk Princess.”“Berhenti memanggil saya seperti itu. Permisi, saya ada urusan lain,” tukas Adeline dingin.Dia merasa tidak nyaman dan satu-satunya hal yang terpikir harus segera menjauh dari pria misterius ini. Namun, ketika Adeline hendak pergi, pria itu malah menahan pergelangan tangannya. Manik Adeline membesar, ali
‘Sial! Aku tidak akan membiarkan bajingan itu!’ batin River terusik.Aura gelap seperti menyelimutinya, bahkan tatapannya amat tajam seolah ingin menusuk pria di ruang musik itu. River pun melangkah penuh amarah dan langsung merengkuh kerah pria tersebut.“Ah!” Sang wanita memekik dan lekas turun dari pangkuan pria tadi.“Apa-apaan ini? Siapa kau?!” Pria itu mendengus kesal pada River.Namun, ekspresi River kian dingin seakan berhasrat mematahkan tulang pria tersebut.“Beraninya kau—”“Apa yang terjadi? Mengapa kau tiba-tiba menyerang suamiku?!” Sang wanita mendecak murka.Saat itulah River menoleh ke arah si wanita. Maniknya sontak melebar begitu sadar bahwa wanita itu bukanlah Adeline. Ya, ternyata itu orang lain!Wajah River membeku saat membatin, ‘aish, sial! Jadi dia bukan Adeline? Gaun mereka hampir sama, jadi aku mengiranya Adeline!’“Mengapa kau diam saja, Tuan?! Apa yang kau lakukan tiba-tiba, hah?!” sentak wanita itu sekali lagi.Rasa canggung menghantam River. Dia yang masi
[Tidak perlu buru-buru menemui saya, karena kita akan segera bertemu lagi, Princess.]Pesan teks di ponsel Adeline itu memancing rasa kesal membumbung di dada River. Sorot maniknya setajam elang saat melirik nomor tidak dikenal dari si pengirim pesan.“Kembalikan!” Adeline berkata tegas, bahkan tatapannya memicing sinis.Dia hendak merebut ponselnya, tapi River dengan cekatan mengangkat gawai itu ke atas sampai Adeline tak bisa meraihnya.“Jadi kalian bertukar nomor ponsel?” tukas River disertai seringai tipis.Adeline menyatukan alisnya dan lansung menyambar, “apa maksudmu?!”“Istriku, kau mau beralasan apa lagi? Princess? Panggilan yang sangat manis!” sahut River menunjukan pesan di layar ponsel tadi. “Jadi siapa pangeranmu?”Sontak, manik Adeline berubah selebar piring. Wajahnya berangsur pucat dengan leher tegang saat membaca pesan itu.‘Princess? Ja-jadi benar pria itu orang yang selama ini mengirim bunga. Tapi … mengapa dia melakukannya?’ batin Adeline buncah.Dia menurunkan pan
WARNING: Chapter ini mengandung adegan dewasa!“Ahh!” Amber tertegun begitu melihat lelaki yang memapahnya tersungkur di lantai.Dan saat dia mengangkat pandangan, maniknya terpaku pada pria yang sedari tadi ditunggunya. Ya, Siegran! Meski kepala Amber pusing, tapi dia jelas melihat orang itu memanglah Siegran. Pria itu bergegas datang usai mendapat pesan dari Amber.‘Cih! Bukankah tadi dia mengabaikan teleponku? Untuk apa dia datang sekarang?’ batin Amber menggigit bibir bawahnya.Sang pria melangkah ke arah Amber dengan tatapan cemas, lalu bertanya, “Anda baik-baik saja, Nona?”“Kau berubah pikiran? Jadi kau mau menemuiku?” sahut Amber asal bicara.“Kita pergi dulu dari sini.”Siegran berniat membawa Amber keluar, tapi tanpa diduga, teman lelaki yang tadi ditonjoknya malah menarik bahu Siergan. “Kau pikir bisa lolos dari kami? Jangan bermimpi!” sentak lelaki itu yang langsung memukul Siegran dengan kuat.Siegran yang tidak waspada, akhirnya terhuyung dan ambruk di meja yang penuh bo
“Daftar tamu itu tidak ada yang mencurigakan, semua rekan-rekan Bastian dan aku juga mengenalnya.” River berkata seiring tatapannya yang berubah dingin. “Tapi ketika memeriksa CCTV, rekaman kamera hanya berakhir saat aku meninggalkanmu untuk bicara dengan Tuan Merco.”“Jadi, kamera pengawas di acara itu sengaja di rusak saat pria misterius itu mendatangiku?!” sahut Adeline menyimpulkan.“Benar.”Jawaban River seketika memicu ketegangan menjalari tubuh Adeline. Sekeras apapun wanita itu berpikir, dia tak bisa mengerti alasan pria itu mengganggunya.“Dia menemuimu, berarti kau melihat wajahnya ‘kan?” River mulai menyidik.Adeline menelan saliva dengan berat, lalu membalas, “ya, sebenarnya aku sudah dua kali bertemu dengannya. Pertama saat di rumah sakit tempat Sabrina dirawat. Aku mendengarnya bicara bahasa Tiongkok dan tingkahnya sangat aneh.”Manik Adeline gemetar saat dia menjeda ucapannya, dan itu membuat River cemas.“Apa dia menyakitimu?” tanya River menyatukan alisnya.Alih-alih