“Bukankah hanya ini cara terbaik untuk menjaga citra Hera Group tetap aman, Daddy?!” decak River dengan tampang seriusnya. “Lagi pula seluruh orang di San Pedro sudah mengetahui skandal ini, jika saya tidak menikah dengan Adeline, apa yang akan mereka pikirkan?!” Jade tahu putranya sangat bertekad, tapi dia tak bisa setuju begitu saja karena Hans tidak mudah memberi restu. Dan dia pun tahu alasan Hans tidak tertarik dengan keluarga Daniester. “DNS, group perusahaan keluarga Daniester itu pernah berkonflik dengan Hera Group saat generasi Kakek buyutmu. Sebab itulah kakek buyutmu tidak akan memberi restu dengan mudah. Dan kau tahu, Daddy tidak akan memberi dukungan jika itu berpotensi merusak Hera Group ‘kan?” Jade mendengus dengan sorot tajamnya. River yang keras kepala seketika menarik sebelah bibirnya ke atas. “Apa itu salah Adeline? Calon istri saya tidak ada hubungannya dengan konflik itu, Daddy. Bukankah tidak adil jika melimpahkan kesalahan masa lalu pada kami?” balasnya kemud
“Apa yang Anda bicarakan, Nyonya Daniester?” Ibu River bertanya dengan alis saling bertaut.Di tengah ketegangan itu, Sabrina pun menimpali, “seperti yang saya katakan, Adeline hanya anak tiri. Walau saya sudah menganggapnya sebagai putri kandung, tapi bukankah Adeline tidak setara dengan River yang akan menjadi pewaris Hera Group?”Sontak, semua orang terkejut saat Sabrina bicara blak-blakan. Bahkan dia tak ragu menjatuhkan harga diri Adeline di hadapan keluarga calon suaminya.“Berhenti bicara omong kosong, Sabrina!” Heinry pun berbisik dengan tatapan berang.“Mengapa? Semua itu memang benar. Saya hanya tidak ingin keluarga Herakles menyesal dan akhirnya menjelek-jelekkan keluarga Daniester karena menerima Adeline sebagai menantu!” sahut Sabrina tanpa ragu.Mendapati ucapan nyonya Daniester tersebut, Anais-ibu River seketika merasa terganggu. Ekspresinya tampak muak dengan sifat tak terduga calon besannya itu.“Apa Anda pikir keluarga Herakles sepicik itu?!” decak Anais mendapukkan a
River hanya menyeringai saat sang asisten bertanya.Alih-alih menjelaskan, pria itu malah berkata, “aku harus segera menemukan dalangnya, tapi sialnya si berengsek itu malah lenyap. Apa orang-orang kita sudah menemukan anggota mereka yang lain?”“Saya mendapat informasi bahwa mereka kabur ke perairan La Ceiba, dan sekarang anggota kita masih terus mencarinya,” sahut sang asisten.Wajah River berubah berang mendengar laporan tersebut. “Terus kejar mereka sampai kita menangkap dalangnya!”“Baik, saya mengerti, Tuan.” Asisten River pun melajukan sedan mewah itu lebih kencang. Sepanjang perjalanan, River beralih menatap luar jendela mobilnya. Sorot matanya tampak dingin saat membatin, ‘tunggulah. Sesuai janjiku, aku akan menghukum mereka semua!’Begitu tiba di mansion Herakles, River pun mengunjungi kakek buyutnya. Kemarin dia dilarang ayahnya bertemu Hans, sebab kondisi pimpinan senior Hera Group itu belum stabil. Dan pasti akan semakin memburuk karena masih kesal dengan River yang tiba
"Komunitas apa yang kau maksud?" tanya Adeline tak mengerti. Amber menyeringai mendapati sahabatnya bingung. Dia pun menggerakan jari telunjuknya sebagai isyarat agar Adeline mendekat. "Dabin Community!" bisiknya menatap tajam, tapi Adeline malah mengernyit karena tak tahu apapun. "Komunitas elit yang berisi para Seniman terkenal. Calon ibu mertuamu adalah anggota Dabin Community. Jika kau berhasil masuk ke komunitas itu, maka kau ada kesempatan untuk dekat dengannya," lanjut Amber menjelaskan. Meski menemukan harapan, tapi Adeline tak bisa langsung senang. “Kau bilang komunitas itu beranggotakan para Seniman. Bukankah mustahil bagiku bergabung dengan mereka?” sahutnya membuang pandangan. Amber kembali tersenyum sembari membalas, “kau tidak perlu cemas soal itu. Aku dengar pimpinan Dabin Community juga bukan seorang Seniman. Aku rasa kau ada peluang jika berusaha keras mengambil hatinya!” Manik Adeline sekejap melebar mendapati ucapan Amber. Dia nyaris tak percaya kemampuan tema
“Seperti yang Nona tahu, komunitas ini hanya berisi para Seniman. Jadi kami tidak bisa menerima sembarang anggota, karena seorang Seniman saja kami perlu melakukan tes karya!” tukas Lariat Anne dengan ekspresi tegas.Walau tak mengatakannya langsung, tapi wanita itu seakan merendahkan Adeline yang notabennya bukan seorang Seniman. ‘Aish, sial! Ternyata orang ini cukup rumit!’ batin Adeline kesal.“Saya bukan tidak menyukai Nona, tapi ini tentang profesionalitas. Saya harap Anda mengerti!” Nyonya Lariat itu kembali berkata lebih tajam.Akan tetapi, Adeline yang memiliki ego tinggi langsung menyambar, “tunggu sebentar. Sejak tadi saya tidak paham ucapan Nyonya. Apa maksudnya tidak menerima saya sebagai anggota? Bagaimana Anda tahu bahwa saya ingin bergabung dengan Dabin Community, padahal saya tidak pernah mengatakannya?”Terjebak, Lariat Anne memang gegabah sebab mengibarkan bendera penolakan terlalu awal. Dan itu malah membuka peluang Adeline untuk mengintimidasinya.“Sebenarnya apa
Adeline sangat kesal saat pria yang menghampirinya bersikap tak sopan. Dia pun mengangkat pandangan seraya berkata, “apa maksud An … oh?! Ba-bagaimana Anda bisa datang ke sini?!” Sontak, Adeline terkejut saat menyadari River ada di hadapannya. Ya, pria itu duduk dengan seringai tipis seolah mengejek Adeline. “Saya tidak menyangka ternyata Anda sedang menunggu saya, bahkan menjaga kursi untuk saya.” River berkata seiring dengan sebelah alisnya yang terangkat. “Ah, i-itu tidak seperti yang Anda pikirkan. Saya hanya asal bicara karena tidak ingin diganggu orang asing,” balas Adeline berusaha menata ekspresi tetap datar. Untuk pertama kalinya, River melihat wajah tegang Adeline karena salah tingkah. Meski wanita itu berupaya menutupi, tapi pipinya yang berubah merah seperti mengadu pada River. Alih-alih terus menggoda calon istrinya, akhirnya pria itu bertanya, “sebenarnya apa yang Anda lakukan di tempat ini?” “Menurut Anda apa lagi? Tentu saja saya datang ke restoran untuk makan, b
“Benar, kami selalu mengadakan acara untuk menyambut anggota baru. Dan minggu ini adalah acara untuk Anda,” tutur Lariat Anne yang lantas membuat Adeline berbinar. “Saya akan mengirimkan undangannya ke alamat Anda.”“Ah, kalau bisa kirimkan ke Picasso Hotel saja. Saya lebih sering menghabiskan waktu bekerja di Hotel dari pada di rumah.” Adeline membalas dengan antusias.Dia rela melakukan apapun demi lari dari neraka yang diciptakan Sabrina. Dan di sinilah Adeline sekarang, dirinya semakin dekat dengan harapan kebebasan.“Baiklah, saya akan meminta asisten saya mengirimnya ke hotel Anda. Lalu, tolong berikan informasi akun rekening Anda. Saya akan mengirimkan uang pembayaran lukisan,” tukas Lariat Anne yang kini berpaling ke arah asisten di sebelahnya.Adeline yang tak paham ucapan Lariat Anne segera bertanya, “tunggu, apa maksud Anda, Nyonya? Awalnya saya memang berniat menjual lukisan itu pada Anda, tapi semuanya berubah karena kita sudah memiliki kesepakatan lain. Jadi Anda tidak p
“Dijodohkan? Sebenarnya apa yang Anda bicarakan?!” Anais yang sejak tadi diam, kini angkat bicara.Dan itu membuat rekan senimannya yang membuka rahasia Adeline tadi tersenyum sinis.“Apa Nyonya Anais tidak tahu jika calon menantunya sudah memiliki calon suami lain? Astaga, bisa-bisanya Anda dibodohi seperti itu?” sambarnya yang terdengar menyinggung.Situasi kini berubah tegang karena semua pasang mata tertuju dengan masalah Adeline yang terangkat ke publik. Tentunya Adeline tak bisa diam saja atau harga dirinya akan semakin jatuh.Wanita itu hendak buka suara, tapi Anais lebih dulu mendecak, “ck! Ternyata Anda tidak pernah berubah. Mengapa Anda selalu ikut campur urusan pribadi seseorang, Nyonya Cosseno?! Jika Anda punya banyak waktu luang, bukankah lebih baik Anda belajar memperbaiki sikap buruk Anda itu?!”Ibu River menatap tajam rekannya, dia amat kesal karena mereka memang tidak akur sejak lama.“Hei, jaga bicara Anda, Nyonya Anais! Jangan karena Anda menantu keluarga Herakles,