‘Kau tidak akan bisa lepas dariku, meski menikahi orang lain, Adeline!’ Manik Adeline gemetar saat membaca surat ancaman dari paket misterius. Walau si pengirim tidak menuliskan namanya, tapi Adeline tahu benar siapa dia. Dan saat meraih foto di bawah surat ancaman tadi, wajah Adeline sontak berubah tegang. ‘Sialan! Berani sekali Ludwig melakukan ini padaku!’ Dia mengumpat kesal ketika melihat beberapa foto dirinya sedang tidur dengan lingerie, menumpuk di sana. Tangannya meremas pinggiran potret memalukan itu. ‘Ludwig memang brengsek! Aku benar-benar tidak tahan dengannya. Mengapa di hidupku harus ada pria menjijikkan itu?!’ Adeline sungguh merinding dengan kelakuan kakak tirinya. Jika Ludwig memiliki foto-foto ini, bukankah artinya selama ini dia memata-matai Adeline? Tanpa berpikir panjang lagi, wanita itu langsung merobek foto-foto tadi dengan emosi. Dan tepat saat itu, ada ketukan dari luar pintu. “Siapa?!” Adeline bertanya dengan tegas. Sekarang dia tak bisa membiarkan se
“Sebaiknya Mommy pulang, karena saya harus segera berangkat,” tutur River coba menghindari topik pembicaraan.Sorot dinginnya kian kentara, sungguh menunjukan bahwa dia tak ingin bicara apapun lagi dengan ibunya. Namun, Anais bukan orang yang akan mengalah hanya karena orang lain memintanya.Dirinya bersikeras menetap dan lantas berkata, “Mommy akan lega jika kau benar-benar melupakan masa lalu. Mommy berharap kau bisa hidup normal tanpa memikirkan sesuatu yang bukan kesalahanmu, Reins. Tapi haruskah dengan Adeline?”Rahang sang putra mengeras, sesungguhnya River tak mau mengungkit masalah itu. Akan tetapi, Anais yang selalu cemas padanya, tidak bisa abai.“Adeline datang ke Dabin Community!” Anais kembali berkata yang seketika membuat River menatapnya. “Adeline sengaja mendekati Nyonya Lariat Anne agar masuk komunitas. Dia juga mengaku melakukan itu hanya demi mendapat restu Mommy. Adeline sangat ambisius, dan Mommy tidak membencinya. Hanya saja, Mommy tidak suka keluarga Daniester!”
“Bagaimana bisa terjadi kecelakaan?!” Adeline terkejut bukan main.Ini buruk. Dirinya khawatir jika Picasso Hotel terlibat dalam kecelakaan itu, maka urusannya bisa sangat panjang.Dari telepon seberang, Manager hotel tadi melanjutkan. “Se-sebenarnya dugaan awal kami, korban itu bunuh diri, Nona.”Sontak, Adeline pun membeku mendengar kabar tersebut. Dia seperti ketumpahan masalah hingga membuat wajahnya memucat.‘Mengapa ini harus terjadi? Jika semua orang tahu ada yang bunuh diri di hotel kami, maka ini bisa menjadi sejarah kelam bagi Picasso,’ batin Adeline dikebaki cemas. ‘Tidak bisa, aku harus melakukan sesuatu.’“Tuan Ben, apa ada orang lain yang tahu masalah ini?” Wanita itu bertanya pada sang Manager.“Sejauh ini yang tahu hanya beberapa staff yang berjaga shift malam, saya dan Anda. Sa
“Jaga bicara Anda, Tuan!” Manager Picasso Hotel pun mendengus dengan tatapan berang. “Sejak tadi kami sudah bersabar dengan kalian. Jika kalian tetap membuat keributan, kami tidak ragu menggunakan kekerasan!” Alih-alih menurut, wartawan yang menuduh pembunuhan Diane malah mendorong petugas keamanan yang menahan lengannya. Manager Diane juga memberang tegas. “Kalau begitu, mari periksa dengan terbuka! Perlihatkan pada kami daftar tamunya, pasti Diane Malleta ada di sini!” “Pihak hotel tidak ada kewajiban untuk menyerahkan daftar tamu pada—” “Cukup, Tuan Ben,” Adeline pun memotong ucapan Manager hotelnya. “Saya akan mengatakan semuanya.” “Nona?!” Adeline hanya mengangguk samar saat sang manager coba menghentikannya. Ya, dia yang berencana menyelidiki kasus ini secara tertutup, terpaksa membuka semuanya karena tak ingin tertuduh sebagai pembunuh. Terlebih
“Apa maksud Anda? Saya tidak ada hubungannya dengan kematian Nona Diane Malleta!” Nada Adeline terdengar tegas.Dia tak percaya tiba-tiba polisi datang dan bermaksud menangkapnya. Meski mereka menunjukan surat perintah penangkapan, tapi Adeline tak bisa diam saja.“Hasil otopsi sudah keluar. Mendiang Nona Diane meninggal karena memakan kacang yang membuat alerginya kambuh. Pihak hotel dinyatakan bersalah padahal sebelumnya Nona Diane sudah mengatakan bahwa dia alergi kacang. Tapi, staff Anda malah memberinya makanan penutup yang mengandung kacang.”Mendengar ucapan polisi itu, Adeline pun tersentak. Apa yang dia cemaskan selama ini benar-benar terjadi, Picasso Hotel akhirnya terseret juga.Namun, belum hilang rasa terkejutnya, Polisi lainnya berkata, “Manager mendiang Nona Diane Malleta menuntut Anda sebagai pemilik Picasso Hotel karena kelalaian hingga membuat seseorang meninggal!”Bungkam, kini Adeline sungguh tak bisa mengelak lagi. Memang, pikirannya yang semrawut dengan masalah p
“Kau pikir aku akan setuju?!” Adeline mendengus dengan tatapan berang. “Kau pasti merencanakan semua ini dengan Kak Ludwig. Menyerah saja, dan katakan padanya bahwa rencana kalian gagal!”Raut wajahnya tampak seperti singa betina yang marah, dan itu sungguh memicu rasa kesal Alfred.Sang pria menyeringai dan lantas mendecak, “ingatlah, Adeline. Keangkuhan tidak akan menyelamatkanmu. Terima saja tawaranku jika kau tidak ingin mendekam di penjara!”“Lebih baik aku di penjara dari pada hidup bersama bajingan sepertimu!” sambar Adeline amat tegas.Seketika itu, Alfred terbahak-bahak. Dia tertawa melihat Adeline dengan egonya yang tinggi. Ya, sampai akhir pun wanita itu tak sudi memohon atau meminta bantuan Alfred. Sebab apa saja keputusannya, tidak ada satu pun yang menguntungkan.“Kau memilih musuh yang salah, Adeline. Kau akan terluka jika melawanku dan Ludwig!” Sungut Alfred berang.Dia melipat kedua tangan ke depan dada sembari melanjutkan. “Dan lagi, kau pikir selain aku, siapa yang
“Ba-bagaimana Anda bisa di sini?” tukas Adeline dengan netra terbelalak.Dia sungguh tak menyangka akan melihat River menyambut kebebasannya.Dengan wajah dingin, pria itu pun berkata, “maaf membuat Anda menginap semalaman di kantor polisi, Nona.” Leher Adeline pun menegang, dia tidak mengira bahwa calon suaminya-lah yang akan membantunya.“Bagaimana Anda bisa membebaskan saya dari tuduhan itu?” Adeline bertanya seiring dengan kedua alisnya yang terangkat.Alih-alih menjelaskan, River hanya menyeringai. Ya, ternyata kemarin malam dia dan asistennya yang mengancam manager mendiang Diane Malleta agar mencabut laporannya terhadap Adeline. Tentunya River tak bisa diam saja saat partnernya terjerat masalah, karena itu akan memengaruhi pernikahan.“Mari kita pergi dulu dari sini,” tukas River yang lantas memandu Adeline menuju mobilnya.Di tengah perjalanan, Adeline sungguh merasa canggung. Dia menimang kata untuk berterima kasih, tapi ucapan yang keluar dari mulutnya malah berbeda.“Menga
“Apa yang Ibu katakan?!” Adeline mendecak geram usai mendengar keinginan konyol Sabrina.Bahkan Heinry pun terkejut, agaknya laki-laki itu juga tak tahu rencana Sabrina hingga berbisik pelan, “apa maksudmu, Sayang?”Alih-alih menjawab pertanyaan itu, Sabrina hanya menatap River dengan tajam.“Bukankah kau bilang mencintai Adeline? Jika hanya memakai kekuatan Herakles untuk membantu DNS Group, bukankah itu hal mudah? Kau tidak akan pelit pada keluarga calon istrimu ‘kan, menantu?!” tukasnya lebih dominan.Adeline sungguh malu. Sebelum pernikahan saja, dia sudah mendapat banyak bantuan dari River, dan apa ini? Mengapa ibu tirinya sekarang ikut mengusik?‘Ah, bukankah Bank Dehan milik keluarga itu?!’ batin Adeline teringat sesuatu. ‘Ya, putri pemilik Bank Dehan adalah korban Kak Ludwig dan Alfred. Aku dengar sekarang dia stress setelah menggugurkan kandungannya. Sebab itulah pihak mereka menuntut Kak Ludwig.’Tatapan berang Adeline beralih pada Ludwig yang duduk di sebelah Sabrina.‘Dasa