Share

Bab 5. Dendam Terdalam

Penulis: Mom Aish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perlahan Alex membuka matanya. Kepalanya masih terasa berat. Rasa nyeri juga dia rasakan pada bagian tubuh yang terkena peluru.

Debora nasib menyiapkan obat yang baru saja di beri dokter. Untung saja dia tidak jadi pergi. Dia tidak menyangka homo itu akan kembali dengan keadaan terluka parah.

Wanita itu merasa Suaminya bukan orang sembarangan. Melihat beberapa orang yang mengantarnya tadi. Orang-orang itu bertubuh besar dan kekar. Dan yang paling menyita perhatian adalah tato kalajengking pada leher mereka.

Telinganya mendengar suara rintih kesakitan. Debora segera melempar pandangan dan berlari kecil menuju ranjang.

Alex sudah membuka matanya. Dia mencoba bangun dari tidurnya.

"Stop! Jangan bergerak. Lukamu masih basah. Kau perlu apa? Aku ambilkan," ucap Debora menahan pergerakan Alex.

Alex tidak peduli dengan semua omelan Debora, dia beranjak dari kasur dan hendak melangkah pergi.

Meskipun dia adalah suami palsunya, tetap saja dia harus menjaganya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana respon mertuanya saat melihat anaknya terluka parah seperti ini. Pasti keberadaan Debora akan jadi pertanyaan besar.

"Stop! Kau mau kemana?" tanya Debora menghalangi langkah Alex.

"Pergi. Aku masih banyak urusan," jawab Alex singkat.

Dia melewati Debora yang masih mencerna ucapan Alex. Dia bisa memahami kesibukan presidir dengan banyak perusahaan yang berceceran. Namun tidak dalam kondisi seperti itu.

"Aku ikut!" sahut Debora.

Langkah kaki Alex terhenti sesaat. Kemudian melangkah kembali. Dia tidak ada waktu untuk mengurus wanita merepotkan ini.

Kenapa anak buahnya membawanya kemari? Merepotkan sekali. Dengan cepat Alex mengayunkan kakinya agar wanita di belakangnya tidak dapat mengikutinya.

Debora meraih tas dan sepatunya. Tanpa alas kaki dia berlari kecil mengikuti langkah panjang Pria yang saat ini menjadi suami sementaranya.

"Hey, tunggu!" teriak Debora sambil mengalungkan tas kecilnya di leher.

Alex terus melangkah menyusuri lorong tanpa memperdulikan Debora yang memanggil namanya. Telinga nya seolah tuli dan tidak mendengar apapun.

Di belakang Debora dengan susah payah berlari mengejar Alex dan pada akhirnya dia bisa meraih pundak pria tersebut dan menggandeng tangannya.

Alex menghentikan langkahnya dan menepis tangan Debora.

"Jadi kau sudah tidak jijik dengan makhluk LGBT ini?" Alex menatap tajam mata Debora.

Melihat mata elang Alex, Debora mundur perlahan. Sepertinya keadaan kali ini sangat berbeda-beda. Ada aura iblis di mata pria itu.

"Kau terluka, apa yang harus aku katakan pada Mama dan Papa bila terjadi sesuatu padamu?" ucap Debora lirih.

Dia menundukkan pandangan. Tatapan Alex terlalu tajam dan membuat bulu kuduk Debora berdiri.

Baru kali ini ada seorang wanita yang memberi perhatian padanya. Setelah wanita itu pergi, hidup Alex hampa dan dingin.

Dia tidak menyangka wanita yang dia tolong akan memberi percikan kehangatan yang telah lama hilang di hidupnya.

Wanita malang ini telah berubah menjadi angsa cantik yang membuat semua orang terpesona dengan kehadirannya.

"Kau mau ke mana? Aku tidak mau pulang sendiri," ucap Debora dengan nada memohon.

Ucapan Debora memecahkan lamunan Alex. Dia segera sadar dan melanjutkan langkahnya menuju lift. Beberapa saat kemudian lift terbuka, keduanya masuk bersama.

Alex mengeluarkan benda pipih pada sakunya dan menghubungi satu nomor. Tak lama kemudian sambungan tersambung.

"Jemput kakakmu di hotel pusat kota," ucap Alex dengan suara berat. Sepertinya dia memang sedang banyak masalah.

Alex segera menggeser tombol merah ketika orang di ujung sambungan sudah menyetujui perintahnya.

Sebenarnya Debora kecewa. Dia masih ingin menemani pria dingin dan misterius ini. Entah mengapa hatinya terketuk untuk menemaninya.

Pintu lift terbuka, Debora segera merapikan penampilannya dan memakai sepatu yang dia jinjing.

Mereka keluar dan melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Dari kejauhan sudah ada beberapa orang berpakaian hitam berdiri menghadap Debora dan Alex.

Semakin dekat langkah mereka, Debora mulai mengenali orang yang menantikan kedatangan mereka, lebih tepatnya Alex.

Mereka memberi hormat kepada Alex dan Debora.

"Barang sudah berhasil kita rebut kembali Tuan," lapor Salah satu pria berbaju hitam.

"Habis mereka. Aku tidak akan memaafkan siapapun yang bermain di belakangku!" jawab Alex dengan tangan yang mengepal kuat.

Debora meneguk liurnya. Dia berusaha mencerna semua ucapan Alex yang dia dengar. Kemarin dengan mata kepalanya sendiri dia melihat bagaimana dengan mudahnya pria ini melesatkan peluru ke musuhnya dan sekarang ... menghabisi nyawa orang? Mengerikan.

"Jaga dia, sebagian ikut aku ke markas. Aku ingin segera menemui bajingan bernama Akeno itu," ucap Alex masuk kedalam mobil dan diikuti beberapa orang berpakaian hitam.

Dua orang tetap tinggal di samping Debora, keduanya berwajah datar tanpa ekspresi. Dia mencoba melangkah dan mengetuk pintu mobil.

Sayangnya Alex tidak menanggapi. Mobil itu tetap melaju cepat meninggalkan parkiran hotel.

Debora merasa kikuk, kedua orang ini membuatnya sedikit merasa takut. Meskipun mereka di sini menjaganya, tetap saja menakutkan.

Dia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang untuk mengurangi rasa takutknya.

Di otaknya mulai banyak muncul pertanyaan. Siapa Alexander sebenarnya? Apa pekerjaannya? Dan, benarkah dia seorang LGBT? Tapi dari caranya dia menatapnya semalam.

Barisan roti sobek yang terpampang nyata di hadapan Debora semalam membuat pipinya memerah.

'Astaga, Debora, apa yang kau pikirkan? Jangan tergoda dan menjadi bodoh seperti lima tahun lalu!' batin Debora sambil mengetuk kepalanya dengan jari.

Memang pesona Alexander tidak bisa di pungkiri. Tetapi Debora harus bisa menjaga diri dan tidak mudah terpengaruh.

Tidak lama kemudian sebuah mobil menepi tepat di depan Debora. Dari plat nomer yang terpampang, dia sudah tau siapa pemiliknya.

"Halo kakak ipar cantikku," sapa seorang wanita dengan penampilan stylish.

"Aku sudah bilang kan. Tidak ada kata terlambat, kita harus berangkat sekarang," ucapnya sambil membuka pintu untuk kakaknya.

Debora duduk di kursi belakang. Sudah ada banyak kantong belanja di sana. Entah apa yang ada di dalamnya.

"Kakak ganti baju sekarang, aku akan langsung menuju lokasi." Adik Alex mulai melakukan mobilnya meninggalkan parkiran.

"Apa kau ..." Debora tidak melanjutkan kalimatnya.

"Kita tidak mungkin pulang kak. Sudahlah, aku adalah manager terbaikmu dan tidak akan membiarkan artisnya berpenampilan buruk. Jadi segera pakai baju itu dan kita ke lokasi syuting sekarang!" ucap Stevi tegas.

Debora tidak melawan, dia segera membuka tas dan mengeluarkan beberapa baju baru yang di beli managernya.

Hidupnya saat ini jauh berbeda dari sebelumnya. Meskipun kehidupan ini sudah berjalan dua tahun, tatap saja rasa syukurnya tidak akan putus.

Berkat Stevi, dia bisa mendapatkan segalanya. Karir, kehidupan layak, dan menuntaskan balas dendam yang harus dilakukan.

'Daniel, kau harus membayar semuanya. Aku tidak akan melepaskanmu!' Debora mencengkram erat baju yang ada di tangannya dengan mata berkaca.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
keren bnget dah alur ceritanya
goodnovel comment avatar
Siti Jamangati
penasaran belom begitu paham alurnya
goodnovel comment avatar
Romy Riez
penasaran dg kelanjutan cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Bab 6. Singa Yang Tumbang

    Debora menghempaskan tubuh lelahnya di sofa, segudang tugas sudah di kerjakan dengan baik siang ini. Sekarang giliran tubuhnya beristirahat.Deborah merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Sekitar 4 jam dia melakukan pemotretan dengan pesona yang dia tebarkan. Film terbarunya akan segera terbit dan perlu banyak persiapan untuk mempersiapkan semua.Stevi datang membawa dua buah nasi kotak dan satu gelas es teh. Melihat ini semua mata Debora berbinar. Ini adalah alasan mengapa dia di sukai banyak orang. Dia terlalu sederhana dan blak-blakan."Apakah kau lapar Sayang?" tanya Stevi meledek.Tentu cacing-cacing di perutnya mulai meronta-ronta. Bayangkan saja, dia hanya makan malam hari dan pagi harinya harus sport jantung. Karena Kakak managernya ini.Untung saja Stevi tidak melihat semuanya, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia tau kondisi kakaknya. Apa yang harus dia katakan padanya?"Kok ngelamun? Jangan-jangan ... kalian semalam ..." Stevi memicing dan menaruh tatapan curiga pa

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Bab 7. Tikus Kecil

    Seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya, di jarinya terselip batang di nikotin yang menyebutkan asap tipis. Di sekelilingnya berdiri beberapa anak buah dengan kaos dan celana dengan warna senada, hitam."Jangan biarkan manusia arogan itu lolos, Aku tidak akan pernah memaafkannya!" ucap Akeno. Pria yang menaruh dendam mendarah daging pada Alex."Baik Tuan, saat ini pasti keadaannya kritis. Sangat sulit bagi orang yang terkena racun itu selamat." Anak buah Akeno memberi kabar baik padanya.Terdengar tawa kemenangan yang menggema di seluruh ruangan. Akeno dan anak buahnya merasa lega telah mengalahkan seorang yang sulit di kalahkan.Alexander adalah seorang ketua mafia yang cukup sulit di taklukkan. Beberapa kelompok hitam sampai bertekuk lutut dan lebih memilih jalan damai saat berurusan dengan kelompok Scorpio, yaitu milik Alex.Alex fokus pada usaha gelapnya. Yaitu prostitusi dan beberapa barang legal. Jadi sudah pasti bagaimana besarnya nama Alexander yang lebih di kenal deng

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Merindukan Tikus Kecil

    Mata Mike berbinar, dia segera menata beberapa berkas yang berserakan dan segera merapikan penampilannya.Dia berusaha menjaga air wajahnya untuk tetap biasa dia seolah tak ada yang pernah terjadi sebelumnya.Mike duduk di kursi kantornya dan menyuruh sekertarisnya untuk mengantar Debora masuk. Pintu terbuka, seorang pria bertubuh tinggi dan tegap masuk keruangan di susul oleh dua orang wanita di belakangnya.Pria tersebut menyuruh Debora dan Stevi duduk di kursi yang sudah di siapkan. Tepat dia hadapan Mike.Stevi dan Debora tak sengaja melihat pecahan gelas yang berserakan. Mereka saling menatap untuk sesaat dan melempar pandangan ke arah Mike.Seolah tau apa yang di pikiran oleh kedua wanita di hadapannya Mike segera mengambil sikap."Maaf atas ketidak nyamanan nya, saya kurang sehat. Jadi tidak sengaja memecahkan gelas." Mike melempar senyum canggung."Bereskan kekacauan ini, aku tidak mau meninggalkan kesan buruk pada artisku," lanjut Mike memberi perintah pada sekertarisnya.Pri

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Roti sobek di sore hari

    Debora baru saja keluar dari apartemen Michael, terlukis senyum lebar di wajah cantiknya. Dia tidak menyangka produser itu akan memberinya nominal yang cukup tinggi.Stevi yang melangkah di belakang Debora masih tak bersuara. Dia tau siapa Michael, banyak artis yang mengeluhkan ketidak nyamanan saat berkerja sama.Debora harus syuting di sebuah pulau dan hanya ada beberapa kru di sana. Mungkinkah? Di tambah lagi ini akan berjalan entah berapa hari karena tidak ada setting lain."Mari kita minum untuk pencapaianku siang ini," ucap Debora bersemangat naik ke dalam mobil.Stevi masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Dia masih merasa janggal dengan kontrak yang di tandatangani Kakak iparnya itu.Melihat Stevi yang sedari tadi mengunci mulutnya. Hati Debora mulai terusik."Hay ... apakah kau tidak senang dengan pencapaian Kakakmu ini?" Debora menyenggol pundak Stevi."Oke kau adalah Kakakku saat ini, tapi lihatlah ini sangat tidak masuk akal. Kau akan tinggal di sebuah pulau ta

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Balap Liar

    Debora melihat seorang dengan paras tampan berdiri bersandar di pintu mobil. Di lihat dari penampilannya, dia kau terlihat seperti Boss dari pada orang bawahan Alexander."Kau kenal dengan dia?" tanya Stevi lagi. Stevi mencoba mengingat beberapa bawahan sang Kakak, sepertinya ini kali pertama dia melihat pria tersebut."Tidak, bukankah dia orang suruhan Alex?" Debora menerka-nerka."Aku kurang yakin," jawab Stevi masih berada di dalam mobil.Orang yang memakai kemeja putih dan jas hitam itu menatap Debora dan Stevi. Wajah tampannya menampakkan senyum teduh.Sangat jauh bila di katakan kalau dia seorang mafia atau bahkan psikopat seperti beberapa anak buah Alex sebelumnya yang pernah Debora lihat. Sangat tampan, wajahnya terlalu teduh."Aku akan turun sekarang." Debora membuka pintu."Stop! bisakah kau menghubungi Kakak dulu? Aku tidak yakin kalau dia orang suruhan Kakak," Stevi masih mengamati pria tampan yang mulai melangkah mendekati mereka.Pria itu sudah mendekat, dia mengetuk k

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Manusia Bertopi Hitam

    Tangan Debora gemetar hebat. Suara peluru yang melesat membuat dirinya tidak konsentrasi. Beberapa kali jarinya memencet nama Alex namun selalu gagal karena ponselnya terjatuh.Dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya karena laju mobil yang tidak beraturan. Hingga akhirnya kepalanya terbentuk dasbor. Mobil Stevi menabrak mobil di depannya yang membuat tubuhnya terpental ke depan dan kepalanya membentur kaca.Terlihat tetesan air berwarna merah kental yang menetes dari atas. Tubuh Stevi tidak bergerak sama sekali. Debora mencoba menggoyangkan tubuh lemas itu, tapi tidak ada respon sama sekali."Kumohon, bangunlah! Stevi ... maafkan aku. Aku mohon bangunlah." Debora menarik celana jeans Stevi. Debora amsih bersembunyi di bawah dasbor mobil. Meskipun suara peluru sudah tidak ada, dia masih sangat takut untuk manmpakkan diri."Stevi, maafkan aku. Aku mohon bangunlah," pinta Debora dengan mata berkaca.Tidak ada jawaban, luka Stevi terlalu parah. Kepalanya terbentur kaca yang membuat kaca i

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Selamat Tinggal Angel

    "Sudah lama kita tidak bertemu Jack," ucap pria bertopi hitam itu."Aku tidak menyangka kau akan berkhianat!" jawab Jack, pria yang menyekap Debora saat ini.Pria bertopi putih tersebut tertawa kecil, dia memetik jari dan beberapa orang keluar dari mobil. Ada sekitar sepuluh orang yang turun dari mobil dengan berpakaian kaos hitam dan bertopi hitam.Debora tidak menyangka akan terseret kedalam dunia mengerikan ini. Pakaian serba hitam, orang yang penuh misteri, dan lagi senjata dan darah di mana-mana.Namun kabar baiknya, pria ini mungkin orang yang di kirim Alex. Karena salah satu orang berkaos hitam melangkah mendekati mobil Stevi dan menolongnya.Dia menggendong wanita yang berlumuran darah itu, terlebih di bagian kepalanya. Hati Debora teriris melihat ini semua. Mungkin bagi semua orang disini, darah adalah hal biasa. Tapi tidak bagi Debora. ini sangat mengerikan.Setelah semua kejadian gila ini selesai, dia akan menemui Alexander dan memutuskan kontrak saat itu juga. Entah berap

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Manusia Gila

    Perlahan tangan Jack melepaskan leher Debora dan terjatuh. Debora masih memejamkan mata, dia masih takut akan kenyataan yang akan dia lihat nanti."Sampai kapan kau akan berdiri di sana!" ucap Harry, pria bertopi hitam.Debora mulai membuka mata, dia melihat orang-orang yang berkaos hitam berlarian mendekatinya. Pandangannya beralih pada orang yang tersungkur di kakinya.Matanya terbelalak ketika melihat tidak ada darah sedikit pun di sekitarnya. Bahkan tubuh Jack bersih, tidak ada luka. Hanya ada panah kecil yang menancap di lengannya."Bawa dia pulang dan kurung, untuk perintah selanjutnya tunggu aba-abaku." Herry memasukkan pistolnya ke jas dan melangkah pergi.Empat orang membawa Jack ke dalam mobil dan pergi. Debora berlari kecil mengikuti pria yang bernama Harry."Lalu aku bagaimana?" tanya Debora panik."Suamimu akan menjemputmu, tunggu baik-baik di sini. Kau bisa melanjutkan tidurmu." Pria tersebut naik ke dalam mobil dan melaju meninggalkan Debora sendiri."Ini benar-benar gi

Bab terbaru

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Akhir bahagia

    Debora masuk ke kamar mandi. Di sana sudah ada Alex yang memejamkan mata dan menikmati air hangat yang merendam sebagai tubuhnya. Harum aroma lili memenuhi seluruh ruangan."Alex, aku beri waktu lima menit untuk menjelaskan sertifikat yang ada di tasmu," ucap Debora dengan suara lantang.Pria itu tidak merespon. Dia masih memejamkan mata. Bahkan dia tidak bergerak sedikitpun."Alexander Vernandes, apakah kau mendengar suaraku?" Debora mulai sebal.Amarah Debora tak membuatnya bergeming. Pria itu masih berada di posisi ternyaman nya. Karena habis kesabaran, Wanita itu masuk kedalam bak mandi dan menepuk pipi Alex.Pria itu masih tidak merespon sampai Debora menarik paksa seekor naga yang sedang tertidur nyenyak."Argh, apakah kau sudah gila. Jangan sentuh asetku seperti itu," ucap Alex mengerang kesakitan."Kau yang memulai," jawab Debora cemberut."Aku! Kau yang menyiapkan semua ini, apa salah kalau aku menikmati semua ini?" Alex memicing."Sekarang jelaskan kenapa ada sertifikat ruma

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Kejutan untukmu

    Debora dan Lidya duduk di halaman belakang. Mereka duduk menemani Angel yang sedang sibuk dengan buku gambar dan crayonya.Lidya tak henti-hentinya memuji hasil coretan tangan mungil itu. Debora mendaratkan kecupan di ujung kepala Angel."Apakah aku menganggu?" tanya Alex yang baru saja bergabung.Ketiga orang itu menyambut hangat ke datangan Alex. Angel segera bangkit dan berhamburan menuju Paman baiknya.Alex meraih Angel dan mengangkatnya dalam gendongan. Keduanya sudah seperti sepasang Dady dan putrinya."Paman baik, aku puny gambar untgukmu," ucap Angel memeluk Alex."Terima kasih Sayang, Paman baik juga punya kejutan untumu," ucap Alex menatap bahagia mata bulat yang saat ini menatapnya."Yey ... apa itu Paman?" tanya Angel penasan.Alex menurunkan gadis kecil itu dan merogoh saku jas bagian belakang. Dia mengeluarkan sebuah amplop putih yang bertuliskan nama salah satu sekolah terbaik di kota tersebut.Karena penasaran, Debora dan Lidya melangkah mendekat. Mata Debora berkaca k

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Cinta dan kenyamanan

    Stevi duduk di atas kasur. Matanya melihat bintang yang bertaburan di langit malam. Terdengar suara pintu di ketuk."Masuk," ucap Stevi dengan suara lantang.Joe masuk membawa nampan yang berisi makan malam dan beberapa obat. Dengan hati-hati dia menaruh nampan itu di atas meja.Stevi turun dari ranjang dan memeluk Joe dari belakang. Wajah pria itu memerah. Dia tidak bisa menahan rasa bahagianya. Walau wanita ini bukan melihat dia yang sebenarnya."Kau harus makan dan minum obat," ucap Joe memutar tubuhnya dan mencubit pipi Stevi."Suapin dong," sahut Stevi manja."Oke, asal harus minum obat ya," jawab Joe menuntun Stevi untuk duduk di sofa.Pria itu menyodorkan sepotong steak yang sudah di potong kecil-kecil. Dengan semangat Stevi membuka mulut dan melahap daging tersebut.Joe menatap dalam wanita yang selama ini dia cintai. Sepertinya penyamaran ini tidak buruk juga. Dia bisa dekat dengan Stevi tanpa harus cek-cok setiap pagi."Ada apa?" tanya Stevi menatap dalam Joe.Joe menggeleng

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Keluar kecil bahagia

    Debora duduk di hamparan rumputb hijau. Di hadapannya ada sebuah batu yang bertuliskan nama orang yang paling berarti di hidupnya.Orang itu rela berkorban untuk dirinya. Mengesampingkan kesenangannya demi dirinya. Memberi apapun yang dia miliki untuknya.Namun apa yang bisa dia berikan, dia tidak pernah memberi apapun pada wanita tua itu selain kesengsaraan. Tidak pernah ada kebahagiaan sdikitpun.Satu per satu orang meninggalkan pemakaman. Di sana hanya meninggalkan Alex dan Debora. Keduanya duduk dan menatap nanar batu yang di penuhi dengan kelopak bunga itu."Kenapa aku begitu tidak berguna Alex? Lihatlah, bahkan aku belum memberi kebahagiaan sedikitpun pada Bibi," ucap Debora pedih."Bibi sudah menganggapmu sebagai anak, melihatmu bahagia, dia juga merasakan hal yang sama Baby," jawab Alex memeluk pundak Debora."Ini tidak adil untuknya Alex, dia menjual segalanya demi kehidupanku dan Angel. Dia pergi sebelum aku membayar semuanya," ucap Debora dengan air mata yang terus berlina

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Kepergian Bibi Lauren

    Seorang gadis kecil menangis di depan pintu ruang IGD. Di sampingnya ada dua orng tua yang sedari tadi mencoba menenagkannya. Tak jauh dari mereka ada sekitar lima orang berpakaian serba hitam yang berdiri di depan lorong.Wanita gendut itu meraih gadis kecil dan mendekapnya dalam pangkuan. Berulang kali dia mengelus pucuk kepala anak itu. Mencob menghentikan tangisnya."Tenanglah Nak, Bibimu pasti akan baik-baik saja," ucap Wanta gendut itu."Bibi sakit Apa Nek, kenapa dia pingsan?" tanya Angel sambil menghapus air mata yang terus mengalir."Bibimu hanya kecapekan. Sebentaar lagi pasti dia akan sadar dan kembali bermain-main denganmu," ucap Nenek gendut yang memeluknyaa.Sementara Kakek gendut masih memperhatikan kelima orang yang berjaga di depan lorong. sesekali dia menatap Angel dan orang-orang itu bergantian.Dia hanya tak menyangka akan menyelamatkan seorang anak yang oraang tuanya memiliki kedudukan tinggi. Mereka pasti bukan orang biasa saat melihat penjagaan seketat ini.Seda

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Hari yang mendebarkan

    "Kakak tidak bisa datang?" tanya Stevi menatap Lidya penuh harap."Dia sedang dalam perjalanan bisnis. Mereka akan segera kembali," ucap Lidya mengelus pucuk kepala putrinya.Wanita yang baru saja tersadar dari depresinya itu melempar pandangannya kesamping. Dia menatap pria yang amat dia cintai duduk di sana.Pria itu memasang wajah sedih sebelum melempar senyum hangat padanya. Sama seperti sebelumnya, dia selalu bisa merubah mimik wajah dengan cepat."Kau membutuhjan sesuatu?" tanya Keanu menatap Stevi teduh."Aku lapar," jawab Stevi manja."Baiklah tunggu sebentar, aku akan membelikan makanan untukmu," jawab Keanu bangkit dari kursi dan melangkah menjauh.Lidya menatap pedih pria itu. Semua pengorbanan dan penantiannya selama ini tidak ada artinya. Dia yang beerjuang tetapi orang lain yang memetik manisnya."Tunggu sebentar, Mama mau pesan beberapa barang," ucap Lidya berlari kecil menyusul pria yang baru saja pergi."Joe!" panggil Lidya.Pria itu menghentikan langkanya. Sesaat Joe

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Perjuangan terakhir

    Di tempat yang begitu tenang, Bibi Lauren duduk sambil memegang sebotol susu. Ujung matanya melihat seorang anak kecil melangkah mendekatinya.Matanya menyipit, dia melihat dengan seksama siapa yang datang. Buliran bening terjatuh saat lansia itu mengetahui siapa yang datang."Halo Nenek?" sapa Angel.Bibi Lauren mematung. Dia mencoba menahan laju air mata yang hendak melaju deras."Halo Nak, kau kembali?" tanya Bibi lauren.Anak itu mengangguk lirih dan duduk di samping sang Nenek. Dia melihat ada tiga botol susu di samping Nenek itu. Bertanada kalau dia sudah duduk di sini begitu lama."Apakah Nenek menungguku?" tanya Angel yang melihat Nenek itu menatapnya dalam.Bibi Lauren tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tangan keriputnya membelai pipi chubby yang dulu sering dia cium.Tuhan begitu baik padanya. Dia melindunginya, bahkan memberinya hadiah yang sangat istimewa."Apakah aku boleh memelukmu?" tanya Bibi Lauren masih terpaku menatap angel.Angel mengangguk lirih. Dia berges

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Hal penting

    Joe melangkah memasuki ruang rawat. Di sana masih ada Nyonya besarnya yang duduk meringkuk di kursi. "Anda bisa pulang Nyonya, biar Saya yang menjaga Nona Stevi," ucap Joe ramah.Lidya menggelengkan kepalanya. Dia memutar kursinya menghadap Joe. matanya menatap pria yang begitu tulus pada putrinya."Sejak kapan kau mengenal Stevi?" tanya Lidya seriussss."Nona Stevi membantu Saya masuk ke dalam Klan Tuan Alex, di sini saya menemukan keluarga yang tidak pernah saya miliki sebelumnya," jawab Joe membalas tatapan Lidya.Joe teringat saat pertama bertemu Stevi. Saat itu dia berjalan di tengah keputusasaan. Dia mencari keberadaan Sang Kakak yang entah ada di mana.Dia telah mencari Sang kakak di setiap bar besar. Tidak jarang kehadirnnya membuat keributan dan pada akhirnya dirinya babak belur.Saat itu dia meringkuk di emperan toko. Bajunya penuh noda darah yang mengering. Tak hanya itu, wajahnya sudah tidak berbentuk karena banyak luka lebam."Kalau mau jadi jagoan bukan seperti itu cara

  • Terjerat Hasrat Mafia Dingin    Makan coklat batangan

    Lidya menatap kepergian Putra dan menantunya. Terlihat senyum haru di wajah cantiknya. Seperti pepatah mengatakan, pasti ada pelangi setelah badai datang.Alex menggandeng tangan Debora dan melangkah pergi. Langkah panjang Alex terhenti saat menatap ketiga orang yang berdiri di depan pintu."Sepertinya aku sudah terlalu sabar denganmu belakangan ini," ucap Alex melempar pandangan ke arah Joe.Seketika Joe menundukkan kepala diikuti oleh kedua temannya. Mereka meneguk liur dan berdoa semoga Tuannya dalam mood yang baik."Kau meninggalkan tugasmu, dan mengejar cintamu di sini. Kau pikir aku akan simpati padamu dan tidak menghukum semua keteledoraamu ini?" ucap Alex melepaskan tangan Debora dan mendekati Joe.Debora mengkerutkan alisnya. Dia mulai menampakkan wajah protesnya. Wanita itu menghalang langkah Alex."Apa kau gila, Lihatlah! Dia sudah menjaga Adikkmu dengan tulus. Kau masih ingin menghukumnya?" Tanya Debora tidak percaya.Alex menggeser tubuh Debora dan menghentikan langkah ka

DMCA.com Protection Status