Arseno yang baru saja masuk ke dalam kamar melihat Sintia tergeletak membuat dirinya langsung berlari menuju Sintia.Dan Arseno pun langsung mengangkat tubuh Sintia untuk ke tempat tidur."Sintia bangun, jangan buat ku panik." ujar arsneo sambil menepuk pipi Sintia.Arseno pun merogoh ponselnya dan langsung menelpon dokter langganannya untuk meminta pendapatnya."Hallo dok." sapa Arseno yang membuka panggilan teleponnya.Arseno pun menjelaskan ke dokter langganan perihal masalah yang sedang menimpa Sintia."Ya dok dia lagi datang bulan katanya perutnya sakit sekarang dia pingsan. Aku harus bagaimana? Apa dibawa ke rumah sakit saja?" tanya Arseno yang merasa panik dan bingung.Belum saja dokter menjawab di balik telepon, Sintia akhirnya terbangun dan Arseno menceritakan ke dokternya jika Sintia sudah bangun.Dokter menyuruh Arseno untuk menanyakan kepada Sintia apa yang tengah dirasakan saat ini.Dan Sintia pun menjelaskan ke dokter langganan Arseno mengenai apa yang dirasakannya.
Aldi yang mendengar itu langsung menoleh kepalamya ke belakang dan dia menatap setiap sudut apa yang di belakangnya, namun sayang Aldi tak menemukan hal janggal."Hehhh." ujar Aldi sambil melangkahkan kakinya dengan sedikit cepat meninggalkan kantor tempatnya dia berdiri saat ini.Ke esokan harinya Arseno bangun pagi dan memesan makanan serta minuman, sambil menunggu dia menyelesaikan kerjaannya yang menumpuk di meja dan mulai memilih dokumen yang benar dan salah.Kali ini dia bekerja sambil menikmati pemandangan yang tak pernah dia lihat, dia bekerja sambil melihat Sintia yang masih tidur.Ada yang berbeda dengan hatinya, hatinya sekarang jauh lebih lunak ketimbang kemarin-kemarin yang lebih suka marah-marah ke Sintia.Tak terasa makanan yang di pesannya sudah datang, dan Arseno menata makanan itu di meja dekat tempat tidurnya.Dan dia melangkahkan kakinya mendekati Sintia yang tertidur."Bangun makan dulu." ujar Arseno membangunkan Sintia.Sintia pun membuka matanya dan menatap Ars
"Ma aku pulang dulu ya ma, suami ku menyuruh ku segera pulang." seru Tiara kepada abu Ratih.Bu Ratih hanya menganggukan kepalanya, dia juga gak peduli dengan apa yang terjadi di hidup Tiara, jika seandainya saja Tiara itu bersikap sopan baik mungkin Bu Ratih tidak akan bersikap seperti itu.Tiara seorang wanita yang suka seenaknya sendiri dia juga berusaha untuk menguasai suatu keadaan dengan seperti yang di inginkannya sendiri.Dia juga sosok wanita yang suka ngatur, bicaranya juga nyablak yang membuat Bu Ratih hanya terdiam tak pernah meresponnya secara berlebihan."Salah sendiri lagian masih pagi kenapa kesini." gumamnya Bu Ratih dalam hati sambil tersenyum sinis.Bu Ratih pun melanjutkan untuk membaca sebuah media portal yang memberitakan info-info terkini tentang naik turun nilai mata uang.Dia sedang mempelajari kenaikan dan penurunan mata uang untuk disimpulkan sendiri olehnya.Itu sebagai penentu untuk melakukan sebuah kebijakan dimana memang usahanya di bidang industri perd
Arseno pun melangkahkan kakinya mendekati jendela kamar hotel dan untuk lebih jelas Arseno membuka tirai transparan untuk memperjelas apa yang tengah terjadi.Arseno melihat orang yang berwajah kusam dengan tato di tangannya.Itu perihal kejadian yang membuat dia bertanya-tanya, untuk menjawab rasa penasarannya Arseno pun menelpon pihak hotel dan bertanya tentang apa yang tengah terjadi di halaman hotel.Dan pihak hotel menjelaskan jika preman yang ada di depan sedang mencari bos petinggi perusahaan pangan terbesar."Iya bapak kata mereka ada urusan yang mendesak untuk bertemu dengan orang tersebut, sedangkan di hotel tamu yang bernama bapak Arseno itu tidak ada. Dan mereka pun masih ngotot untuk masuk." Jabar pihak hotel.Arseno mengingat kembali kala dia sedang memesan kamar hotel dengan atas nama Sintia bukanlah dirinya. "Untung saja," gumamnya dalam hati.Mendengar penjelasan pihak hotel membuat Arseno yang sedang menyeruput secangkir teh mengangguk-anggukan kepalanya."Ya sudah
Arseno berusaha keluar dengan tenang meskipun dalam hatinya sudah berdetak tak karuan, Arseno pun berjalan memasuki taksi yang di pesannya dan sudah menunggu lama di depan hotel."Ayo pak segera pergi dari sini." seru Arseno kepada supir taksi itu.Arseno pun melihat segerombolan itu di balik kaca jendela mobil, Arseno terus mengawasi gerak-gerik mereka yang terlihat ingin mengikuti dirinya."Pak ayo dipercepat, mereka ingin mengikuti saya." lanjut Arseno yang menyuruh supir taksi untuk segera menancapkan gasnya.Supir taksi itu melirikan matanya dari balik spion, "Waduh saya takut pak, ini bagaimana pak, jalan agak rame kita gak bisa ngebut." jawabnya.Arseno melihat sekelilingnya dan terlihat lalu lintas lumayan agak padat maklum hari ini adalah weekend.Arseno pun menemukan sebuah ide yang cemerlang, "Pak di depan ada sebuah lampu merah, bapak tolong minggir ke kiri di depan bus itu ya. Saya akan turun dan masuk ke bus." ujar Arseno yang memberi arahan ke supir taksi itu.Supir tak
"Hussst gila kamu." sahut Arseno kepada supir sewaannya."Ingat ya jangan muntah di sini, menjijikan." lanjut Arseno kepada Sintia.Sintia menahan rasa mulanya dengan menutupi bibirnya dengan kedua tangannya, bola matanya memutar mendengar apa yang dikatakan Arseno."Ingat jaman sampai muntah di sini." imbuh Arseno yang mengingatkan ke Sintia.Sopir sewaan Arseno itu melirik sebuah mobil yang tepat di belakangnya, dia pun memutarkan cara supaya bisa menghindar secepatnya dari kejaran preman. "Pak siap-siap saya akan akan mengambil jalur kiri." serunya.Arseno pun menyerahkan semua kendali itu kepada sopirnya. "Apa kata kamu dah yang penting aku selamat." jawab Arseno.Sang sopir sewaan Arseno pun mengambil jalur kiri di depan bus dan dia pun mengambil jalur kiri lagi dan sekarang dia ada di samping bus, yang jelas mobilnya saat ini.Dan sang sopir pun mengurangi laju kendaraannya, dia sudah memastikan jika para preman itu sednag bingung mencari mobilnya.Kala mobil preman itu berpinda
"Sialan kita benar-benar sudah kehilangan dia." Seru salah satu preman tersebut.Dan mereka pun memutuskan untuk pulang dan melaporkan ini semua kepada sang bosnya jika mereka gagal untuk membawa petinggi perusahaan pangan tersebut.Mereka sudah pasrah dengan apa yang terjadi yang pasti sang bosnya akan marah besar kepada mereka."Bener-bener hebat skill orang yang menyetir mobil tersebut." Seru salah satu preman lainnya yang masih belum menerima kalau mereka tidak bisa menangkap target mereka.Akhirnya mereka pun pergi meninggalkan bandara dengan menaiki sebuah mobil hitam.Mereka berniatan untuk bertemu dengan bosnya di rumah sang bos.Salah satu dari mereka menelpon sang bos tersebut dan ingin bertemu dan menyampaikan hasil dari pengajarannya."Halo bos Kita akan ke rumahmu sekarang." seru ketua preman tersebut dari balik telepon.Sang bos pun mengiyakan apa yang dikatakan anak buahnya itu jika mereka ingin bertemu di rumahnya. "Oke aku tunggu sekarang di rumah."jawabnya.Mereka p
"Halo Aldi bagaimana ini Om punya masalah disini. Apakah kamu mau membantu Om?" Tanya petinggi perusahaan kantor cabang.Aldi yang memegang ponsel dan meletakkan di telinga kanannya hanya bisa terdiam mendengar itu, dirinya tak ingin terseret dalam masalah itu namun Aldi harus berkata dengan lemah lembut tanpa menyakiti perasaan orang yang memiliki darah kental dengannya.Dan Aldi tak ingin jika masalah ini akan menjadi pertengkaran dalam keluarganya."Maaf Om untuk saat ini aku tidak bisa membantu karena perusahaan sekarang lagi ketat Aku tak ingin diriku masuk dalam lingkaran hitam perusahan ini." Jawabnya.Aldi tak ingin mengambil resiko itu jika dia tertangkap basah bisa aja dia akan dipenjara bahkan dia harus mengembalikan dana itu dan yang jelas dia akan dipencet.Bekerja di sebuah perusahaan ini adalah impian semua orang dan Aldi tak ingin impian itu sirna karena keserakahan dalam dirinya."Sekali lagi maafkan aku Om aku tidak berani untuk melakukan tindakan jika aku sampai