"Hussst gila kamu." sahut Arseno kepada supir sewaannya."Ingat ya jangan muntah di sini, menjijikan." lanjut Arseno kepada Sintia.Sintia menahan rasa mulanya dengan menutupi bibirnya dengan kedua tangannya, bola matanya memutar mendengar apa yang dikatakan Arseno."Ingat jaman sampai muntah di sini." imbuh Arseno yang mengingatkan ke Sintia.Sopir sewaan Arseno itu melirik sebuah mobil yang tepat di belakangnya, dia pun memutarkan cara supaya bisa menghindar secepatnya dari kejaran preman. "Pak siap-siap saya akan akan mengambil jalur kiri." serunya.Arseno pun menyerahkan semua kendali itu kepada sopirnya. "Apa kata kamu dah yang penting aku selamat." jawab Arseno.Sang sopir sewaan Arseno pun mengambil jalur kiri di depan bus dan dia pun mengambil jalur kiri lagi dan sekarang dia ada di samping bus, yang jelas mobilnya saat ini.Dan sang sopir pun mengurangi laju kendaraannya, dia sudah memastikan jika para preman itu sednag bingung mencari mobilnya.Kala mobil preman itu berpinda
"Sialan kita benar-benar sudah kehilangan dia." Seru salah satu preman tersebut.Dan mereka pun memutuskan untuk pulang dan melaporkan ini semua kepada sang bosnya jika mereka gagal untuk membawa petinggi perusahaan pangan tersebut.Mereka sudah pasrah dengan apa yang terjadi yang pasti sang bosnya akan marah besar kepada mereka."Bener-bener hebat skill orang yang menyetir mobil tersebut." Seru salah satu preman lainnya yang masih belum menerima kalau mereka tidak bisa menangkap target mereka.Akhirnya mereka pun pergi meninggalkan bandara dengan menaiki sebuah mobil hitam.Mereka berniatan untuk bertemu dengan bosnya di rumah sang bos.Salah satu dari mereka menelpon sang bos tersebut dan ingin bertemu dan menyampaikan hasil dari pengajarannya."Halo bos Kita akan ke rumahmu sekarang." seru ketua preman tersebut dari balik telepon.Sang bos pun mengiyakan apa yang dikatakan anak buahnya itu jika mereka ingin bertemu di rumahnya. "Oke aku tunggu sekarang di rumah."jawabnya.Mereka p
"Halo Aldi bagaimana ini Om punya masalah disini. Apakah kamu mau membantu Om?" Tanya petinggi perusahaan kantor cabang.Aldi yang memegang ponsel dan meletakkan di telinga kanannya hanya bisa terdiam mendengar itu, dirinya tak ingin terseret dalam masalah itu namun Aldi harus berkata dengan lemah lembut tanpa menyakiti perasaan orang yang memiliki darah kental dengannya.Dan Aldi tak ingin jika masalah ini akan menjadi pertengkaran dalam keluarganya."Maaf Om untuk saat ini aku tidak bisa membantu karena perusahaan sekarang lagi ketat Aku tak ingin diriku masuk dalam lingkaran hitam perusahan ini." Jawabnya.Aldi tak ingin mengambil resiko itu jika dia tertangkap basah bisa aja dia akan dipenjara bahkan dia harus mengembalikan dana itu dan yang jelas dia akan dipencet.Bekerja di sebuah perusahaan ini adalah impian semua orang dan Aldi tak ingin impian itu sirna karena keserakahan dalam dirinya."Sekali lagi maafkan aku Om aku tidak berani untuk melakukan tindakan jika aku sampai
"Weh weh web kenapa ini kenapa berhenti?" seru Sintia sambil terkejut kala Arseno mengerem mendadak kendaraannya.Arseno yang sedang mengemudikan kendaraannya itu langsung bola matanya melirik tajam ke Sintya yang telah duduk di sampingnya. "Katakan sekali lagi aku ingin mendengarnya lagi." seru Arseno.Sintia yang duduk di samping langsung terkejut mendengar itu, dia berpikir kalau dia sudah membangunkan sebuah macan dari tidurnya.Cynthia hanya bisa menelan ludahnya dan melirikkan matanya sedikit ke arah Arseno yang sedang wajahnya merah."Mampus gue gimana ini?" gumamnya dalam hati sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal itu.Sintia pun tak berani menatap Arseno, kali ini pandangannya Iya lempar keluar menikmati sebuah pohon yang rindang di balik jendela."Asal kamu tahu kamu jangan berani sama aku, jika kamu berani aku bisa menelan mu bulat-bulat." Ancam Arseno.Arseno pun kini melanjutkan lagi perjalanan kembali menuju rumahnya, sebenarnya Sinthia merasa kesal, kesal badan ju
"Kita sidak Oma di kantor perusahaan cabang hanya di kantornya tidak di pabriknya." jawab Sintia ya sambil sedikit mengarang-ngarang cerita.Bu Ratna pun sangat antusias mendengar cerita dari mulut Sintia dia ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi di sana."Oh ya, setelah itu di kantor cabang bagaimana keadaannya di sana?" Tanya Bu Ratna kembali.Sinthia yang mendengar itu memutarkan kedua bola matanya dia berpikir keras bagaimana caranya Bu Ratna tidak mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya."Ya Bapak cuma minta laporan mingguan dan laporan bulanan sudah itu saja Oma." Jawab kembali Sintya.Lalu Bu Ratna iseng-iseng bertanya kepada Sintia dan sedikit bertanya dengan menggoda. "Kamu tidurnya di hotel mana?" Tanya Bu Ratna kembali. Dengan senyum di sudut bibirnya.Mendengar pertanyaan itu dari Bu Ratna membuat membuat sinthia kesal pasalnya pertama kali datang ke hotel dia hanya mendapatkan satu kamar yang tersisa dengan terpaksa dia sekamar dengan Arseno."Hadeeh oma, ba
"Yaelah pak gitu aja marah aku kan ingin tahu kamar bapak seperti apa, aku nggak pernah masuk ke sini jadi aku ingin melihat konsep di kamar bapak seperti apa." jawab Sintia yang membuat Arseno sangat begitu kesal padanya."Aku merasa menyesal menyuruhmu untuk masuk ke dalam kamarku." sahut Arseno kepada Sintia yang tengah berdiri di depannya dan menatap dirinya.Mendengar apa ya dikatakan Arseno membuat Sintia tak kalah kesal dari Arseno, Sintia pun memonyongkan bibirnya dia tak terima dengan apa yang dikatakan Arseno."Justru aku yang menyesal telah berusaha mengintip apa yang bapak lakukan." gumamnya dalam hati.Dia tidak berani mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya karena jika dia berani mengungkapkan itu sama saja dengan dia bunuh diri.Dia pun langsung membalikkan badannya dan dia ingin segera untuk keluar dari kamar Arseno, karena merasa jika dirinya tidak dihargai."Mau ke mana kamu?" tanya Arseno yang menghentikan langkah Sintia keluar dari kamar Arseno.Sintia hany
Dan dia pun keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamarnya sendiri sambil membawa sebuah map pelaporan yang diberikan oleh Arseno.Di dalam kamarnya dia terus membaca sebuah laporan yang berisi banyak angka,Sintia duduk sambil membuka satu persatu lembar demi lembar laporan tersebut.Entah kenapa dirinya merasakan sakit kepala yang tiba-tiba datang menyerang secara mendadak.Sintia pun mengalihkan pandangannya menuju langit di balik jendela kamar yang dan dia menghembuskan nafas panjangnya untuk merelaksasikan apa yang ada di pikirannya.Tidak lupa Sintia memajangkan matanya untuk menetralisir rasa sakit di kepalanya."Hehh Ya Tuhan kenapa kepalaku sakit sekali." ujarnya lirih dari dalam hatinya sendiri.Dan dia pun menggaruk-garukkan kepalanya yang gatal itu karena dia merasa bingung apa yang harus dilakukannya.Dia menatap kembali laporan tersebut dan berusaha mencerna satu persatu setiap kata di dalam laporan tersebut.Sintia untuk menjadi yang mempunyai pote
“Sintia bisa nggak kamu mendengar apa yang saya ucapkan, saya ingin kamu keluar dari kamar saya secepatnya dan jangan membuat ulah lagi dan kerjakan semua tugas yang sudah saya berikan kepadamu secepatnya.” tegas arseno dengan menatap tajam ke arah Sintia.Namun tetap saja Sintia hanya bisa berdiri mematung di hadapan Arseno Sebenarnya dia ingin mengatakan kepada Arseno jika dirinya tak mampu untuk mengerjakan itu namun dia mengurungkan hal itu karena dia takut karena Arseno sudah menampakkan muka garangnya.Arseno sudah tak tahan dia sudah merasa sangat kesal terhadap Sintia yang masih saja berdiri di hadapannya yang mengganggu semua konsentrasi yang ada di otaknya dan Arseno pun mengatakan sekali lagi supaya Sintia keluar dari kamarnya.Arseno pun menghembuskan nafas kasarnya dan dia pun mengeluarkan jumlah kekuatannya untuk menyuruh Sintia keluar dari kamarnya namun sebelum Arseno marah Sintia pun menyetop emosi Arseno.“ tunggu tunggu Pak tunggu jangan marah dulu Sebenarnya aku ke