"Weh weh web kenapa ini kenapa berhenti?" seru Sintia sambil terkejut kala Arseno mengerem mendadak kendaraannya.Arseno yang sedang mengemudikan kendaraannya itu langsung bola matanya melirik tajam ke Sintya yang telah duduk di sampingnya. "Katakan sekali lagi aku ingin mendengarnya lagi." seru Arseno.Sintia yang duduk di samping langsung terkejut mendengar itu, dia berpikir kalau dia sudah membangunkan sebuah macan dari tidurnya.Cynthia hanya bisa menelan ludahnya dan melirikkan matanya sedikit ke arah Arseno yang sedang wajahnya merah."Mampus gue gimana ini?" gumamnya dalam hati sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal itu.Sintia pun tak berani menatap Arseno, kali ini pandangannya Iya lempar keluar menikmati sebuah pohon yang rindang di balik jendela."Asal kamu tahu kamu jangan berani sama aku, jika kamu berani aku bisa menelan mu bulat-bulat." Ancam Arseno.Arseno pun kini melanjutkan lagi perjalanan kembali menuju rumahnya, sebenarnya Sinthia merasa kesal, kesal badan ju
"Kita sidak Oma di kantor perusahaan cabang hanya di kantornya tidak di pabriknya." jawab Sintia ya sambil sedikit mengarang-ngarang cerita.Bu Ratna pun sangat antusias mendengar cerita dari mulut Sintia dia ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi di sana."Oh ya, setelah itu di kantor cabang bagaimana keadaannya di sana?" Tanya Bu Ratna kembali.Sinthia yang mendengar itu memutarkan kedua bola matanya dia berpikir keras bagaimana caranya Bu Ratna tidak mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya."Ya Bapak cuma minta laporan mingguan dan laporan bulanan sudah itu saja Oma." Jawab kembali Sintya.Lalu Bu Ratna iseng-iseng bertanya kepada Sintia dan sedikit bertanya dengan menggoda. "Kamu tidurnya di hotel mana?" Tanya Bu Ratna kembali. Dengan senyum di sudut bibirnya.Mendengar pertanyaan itu dari Bu Ratna membuat membuat sinthia kesal pasalnya pertama kali datang ke hotel dia hanya mendapatkan satu kamar yang tersisa dengan terpaksa dia sekamar dengan Arseno."Hadeeh oma, ba
"Yaelah pak gitu aja marah aku kan ingin tahu kamar bapak seperti apa, aku nggak pernah masuk ke sini jadi aku ingin melihat konsep di kamar bapak seperti apa." jawab Sintia yang membuat Arseno sangat begitu kesal padanya."Aku merasa menyesal menyuruhmu untuk masuk ke dalam kamarku." sahut Arseno kepada Sintia yang tengah berdiri di depannya dan menatap dirinya.Mendengar apa ya dikatakan Arseno membuat Sintia tak kalah kesal dari Arseno, Sintia pun memonyongkan bibirnya dia tak terima dengan apa yang dikatakan Arseno."Justru aku yang menyesal telah berusaha mengintip apa yang bapak lakukan." gumamnya dalam hati.Dia tidak berani mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya karena jika dia berani mengungkapkan itu sama saja dengan dia bunuh diri.Dia pun langsung membalikkan badannya dan dia ingin segera untuk keluar dari kamar Arseno, karena merasa jika dirinya tidak dihargai."Mau ke mana kamu?" tanya Arseno yang menghentikan langkah Sintia keluar dari kamar Arseno.Sintia hany
Dan dia pun keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamarnya sendiri sambil membawa sebuah map pelaporan yang diberikan oleh Arseno.Di dalam kamarnya dia terus membaca sebuah laporan yang berisi banyak angka,Sintia duduk sambil membuka satu persatu lembar demi lembar laporan tersebut.Entah kenapa dirinya merasakan sakit kepala yang tiba-tiba datang menyerang secara mendadak.Sintia pun mengalihkan pandangannya menuju langit di balik jendela kamar yang dan dia menghembuskan nafas panjangnya untuk merelaksasikan apa yang ada di pikirannya.Tidak lupa Sintia memajangkan matanya untuk menetralisir rasa sakit di kepalanya."Hehh Ya Tuhan kenapa kepalaku sakit sekali." ujarnya lirih dari dalam hatinya sendiri.Dan dia pun menggaruk-garukkan kepalanya yang gatal itu karena dia merasa bingung apa yang harus dilakukannya.Dia menatap kembali laporan tersebut dan berusaha mencerna satu persatu setiap kata di dalam laporan tersebut.Sintia untuk menjadi yang mempunyai pote
“Sintia bisa nggak kamu mendengar apa yang saya ucapkan, saya ingin kamu keluar dari kamar saya secepatnya dan jangan membuat ulah lagi dan kerjakan semua tugas yang sudah saya berikan kepadamu secepatnya.” tegas arseno dengan menatap tajam ke arah Sintia.Namun tetap saja Sintia hanya bisa berdiri mematung di hadapan Arseno Sebenarnya dia ingin mengatakan kepada Arseno jika dirinya tak mampu untuk mengerjakan itu namun dia mengurungkan hal itu karena dia takut karena Arseno sudah menampakkan muka garangnya.Arseno sudah tak tahan dia sudah merasa sangat kesal terhadap Sintia yang masih saja berdiri di hadapannya yang mengganggu semua konsentrasi yang ada di otaknya dan Arseno pun mengatakan sekali lagi supaya Sintia keluar dari kamarnya.Arseno pun menghembuskan nafas kasarnya dan dia pun mengeluarkan jumlah kekuatannya untuk menyuruh Sintia keluar dari kamarnya namun sebelum Arseno marah Sintia pun menyetop emosi Arseno.“ tunggu tunggu Pak tunggu jangan marah dulu Sebenarnya aku ke
Entah kenapa sebenarnya bu Ratih tidak terlalu suka kepada Tiara entah apa yang mendasari itu bu Ratih tidak tahu.Bu Ratih hanya bisa tersenyum Getir tanpa menampakan rasa ketidaksukaannya di hadapan Tiara.“Iya Ma aku denger-denger mama membawa seorang wanita masuk ke dalam rumah ini apakah itu benar?” tanya Tiara kepada bu Ratih.Tiara sangat penasaran Siapakah gerangan wanita itu sehingga dia bisa memasuki rumah ini, rumah yang megah dengan banyak fasilitas dan yang jelas siapapun yang masuk ke dalam rumah ini dia pasti akan nyaman dan betah.Tiara yang sedang duduk di tepi tempat tidur bu Ratih dia terus memandang tanpa henti matanya terus menatap ke atas langit-langit kamar bu Ratih, dia membayangkan jika rumah itu akan menjadi miliknya betapa bahagianya dia.Tiba-tiba saja dalam lamunannya dia tersenyum di sudut bibirnya, senyum yang sangat berarti artinya itu apa.“Ya aku telah membawa masuk seorang wanita yang telah menolongku dan aku sangat berterima kasih kepada dirinya dan
Bu Ratih yang mendengar itu hanya bisa tersenyum kecut dia benar-benar tidak menyangka jika jawaban Tiara Itu jawaban yang sangat frontal bagi dirinya.Saat mereka sedang ngobrol berdua dengan asyik tiba-tiba ponsel yang berada di dalam tas Tiara sedang berdering dengan kencang dan Tiara pun langsung merogohkan tangannya ke dalam tas itu dan mengambil ponselnya, dia Menatap layar ponselnya dan melihat Siapa orang yang sedang memanggil Panggilan kepada dirinya.“Fifian.” di dalam hati sambil Menatap layar ponsel itu dan Tiara pun segera mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu.Dan dia meminta izin kepada bu Ratih untuk keluar sebentar dari kamarnya untuk mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu.“Aku keluar sebentar ya aku mau mengangkat panggilan telepon dari temanku.” ujar Tiara sambil pergi berlalu meninggalkan bu Ratih tanpa menunggu jawaban dari bu Ratih.Lagi-lagi bu Ratih hanya bisa tersenyum getir melihat tingkah Tiara yang baginya itu sangat kurang sopan.Bu
Di sisi lain Sintia yang berada di kamar Arseno tepatnya di ruang kerja yang berada di kamar tersebut,Dia duduk di sofa, dia semula duduk dengan tenang sambil membaca laporan tersebut namun semakin lama duduknya semakin berubah-ubah karena dia merasa bosan akan hal itu.Sintia bosan karena dirinya terus saja membaca laporan itu yang terdapat banyak angka-angka yang sangat tidak masuk di otaknya dan dia pun menghembuskan nafas kesalnya, dia merasa jika pekerjaannya itu akan sulit untuk diselesaikan olehnya.Lalu Sintia melirikan kedua bola matanya menuju Arseno yang tengah duduk di meja kerjanya.Sintia melihat betapa seriusnya Arseno dalam menangani hal tersebut dia sangat sungguh-sungguh dalam bekerja dan dia adalah sosok pemimpin yang sangat bijaksana menurut Sintia.Arseno yang sedang bekerja itu memakai sebuah kacamata minus yang menempel di batang hidungnya dan itu terlihat sangat begitu tampan menurut si Sintia, namun pikiran Sintia yang melayang-layang itu seketika buyar kala
Dan Arseno pun melamar Sintia di hadapan mamanya yang bernama bu Ratih dan bu Ratih yang melihay itu dia tersenyum di sudut bibirnya.Malam ini dia merasa sangat bahagia karena anak semata wayangnya sudah memiliki tambatan hati."Aku harap kalian segera menikah memiliki cucu." seru bu Ratih yang langsung mengulti mereka.Apa yang dikatakan bu Ratih membuat Sintia yang sedang duduk di dekatnya tersipu malu, dia tak menyangka jika calon mertuanya itu benar-benar baik kepada dirinya dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Dan mereka berdua pun saling bertatapan satu sama lain keduanya saling melempar senyum sebagai tanda bahagia di antara mereka.Mereka pun melanjutkan makan malam di bawah sinar rembulan dan gemerlap lampu kota yang terlihat di seberang danau.Sepoyan angin menerpa wajah mereka dan menimbulkan rasa dingin di kulit,Kebahagiaan menyelimuti mereka di bawah Dinginnya malam.Jam sudah menunjukkan pukul 10. 00 malam dan Arseno pun mengajak untuk segera pulang.Karena
Dan Arseno langsung pergi meninggalkan Tiara seorang diri dan dia pun langsung menutup pintunya rapat rapat dia tak ingin Tiara itu datang lagi ke rumahnya karena dia sudah merepotkan keluarganya selama ini.Dan Tiara pun langsung pergi meninggalkan rumah Arseno dia pun mengendarai mobilnya dan di dalam mobil sambil mengemudi dia menelepon vivian."Kamu ada dimana?" tanya Tiara.Dan Vivian pun menjelaskan kepada Tiara mengenai keberadaannya saat ini dan Tiara pun yang diberitahu oleh Vivian dia pun melajukan kendaraannya menuju tempat Vivian.Dan mereka berdua merencanakan akan pergi ke kantor Arseno dan akan mengambil semua yang ada di sana. Vivian dan Tiara pun setuju namun sebelum mereka mulai rencanakan itu terlebih dahulu Vivian mengirim sebuah pesan kepada Arseno dan itu sebuah pesan ancaman jika Sintia akan di buat tak bernyawa.Vivian pun mau ngirim pesan singkat itu kepada Arseno supaya Arseno merasa sangat khawatir kepada Sintia sehingga dia tidak bisa ke kantor dan itu
Tiara yang mendengar itu dia pun langsung berlari untuk keluar dari rumah Arseno.Dia sangat merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh mama angkatnya tersebut dan apa yang diucapkan itu membuat dirinya merasa sakit hati.Pada saat dia pergi keluar dari rumah Arseno suami tiara pun langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Arseno menyusul istrinya.Meskipun suami Tiara sudah tak mampu lagi menghadapi watak dan tabiat Tiara namun dia memiliki hati dia masih memahami apa yang telah dipikirkan oleh Tiara.Dan suami Tiara melihat Tiara pergi mengendarai mobilnya dan meninggalkan dirinya seorang diri di halaman rumah Arseno membuat suami Tiara merasa sedikit kecewa namun bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.Saat suami tiara sedang berdiri menatap kepergian Tiara tiba-tiba muncullah Arseno dari belakang dan itu sangat mengejutkan baginya."Kakak silahkan kalau mau pakai mobilku silahkan kamu bawa." ucap Arseno kepada suami Tiara.Suami Tiara yang mendengar apa yang dikatakan oleh A
Arseno oun menepuk pundak Arga yang tak lain masih saudaranya itu.“Tenang saja siapapun yang bekerja dengan ku akan ku bantai habis-habisan.” jawab Arseno dengan diselingi senyum di sudut bibirnya.Dan Arga pun mendekati Arseno dan berbisik di telinga kanan Arseno. “Jangan di suruh ngelembur dia ya.” ujar Arga.Arseno pun tak menjawab dia hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, Arga seperti tak rela jika terjadi sesuatu kepada Nindy wanita yang dicintainya.Arseno pun beranjak dari duduknya dan berpamitan kepada para rekannya. “Ya sudah ya aku pulang dulu ya?” seru Arseno sambil tangannya meraih tangan Sintia.Dan akhirnya mereka pun pulang dari tempat mereka berkumpul, Arseno langsung menancapkan gasnya untuk segera pulang karena jam sudah hampir larut malam.Sintia yang duduk disamping Arseno dia pun terlelap dengan tenangnya membuat Arseno yang duduk di sampingnya merasa sangat bahagia melihat wanita yang dicintainya begitu sangat manja kepada dirinya.Tak terasa sud
Pukul 7 malam Arseno sudah siap untuk pergi makan malam dengan para rekannya.Arseno memakai kaos berwarna hitam dengan bawahan dengan warna senada.Arseno pun mengetuk pintu kamar sintia.Dan Sintia pun keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang cantik.Dia memakai sebuah jaket yang berwarna biru muda dengan bawahan celana yang berwarna hitam.“Ayo berangkat.” seru Arseno yang mengajak Sintia untuk berangkat.Sintia pun keluar dengan menenteng tasnya yang berwarna hitam.Mereka pun pergi bersama-sama menuju sebuah restoran dimana mereka mengadakan makan malam bersama.Mereka menghabiskan waktu perjalan sekitar 20 menitan dari rumah Arseno, yah memang rumah Arseno terletak di kawasan central bisnis.Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan ternyata semua sudah berkumpul disana.“Kita sambut pasangan serasi kita big boss dan sang asisten.” teriak Nindy dengan wajah yang sangat gembira.Aldi yang sedang duduk dan minum mendengar itu dia pun tersedak. “Haahhhh yang benar?” tanya Al
“Oke jika itu yang kamu mau Nin aku akan atur waktu untuk pertemuan kita secepatnya, tapi aku mohon berubahlah bersikap hangat kepada ku, anggap saja kita mulai dari awal hubungan ini.” jawab Arga.Arga pun meraih tangan Nindy dan menggenggamnya dengan erat namun tetap saja Nindy seperti acuh tqk acuh.Saat Nindy melirikan kedua bola matanya terlihat Arga yang sedang menundukan kepalanya,Arga terlihat seperti dia menahan air matanya yang sepertinya ingin jatuh, melihat itu Nindy merasa hatinya seperti tersentuh. “Ya sudahlah kita mulai lagi dari awal, tapi ingat ya jika kamu ulangi lagi masalah seperti ini aku akan membuatmu jauh lebih menderita dan aku pastikan kamu tak akan bahagia karena menyakiti ku.” seru Nindy yang sedikit dengan bernada ancaman kepada Arga.Arga yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti.Arga pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa bahagia kini Nindy sudah mulai tak cuek lagi kepada dirinya.Keesokan harinya di kant
“katakan apa permintaanmu.” jawab Nindy dengan wajah yang juteknya tersebut yang tak bisa dibohongi lagi.Arga pun menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan dia melangkahkan kakinya satu langkah kedepan untuk lebih dekat dengan Nindy. “Aku ingin malam ini kita makan malam berdua,” jawab Arga.Nindy yang duduk di kursi meja kerjanya dia terdiam, dia tak tahu apa yang akan direncanakan oleh Arga kepada dirinya.“jika kamu mau makan malam dengan ku malam ini, aku janji akan pergi dari hidupmu dan tak akan mengganggumu lagi.” lanjut Arga yang memastikan sekali lagi kepada Nindy.Nindy pun mengiyakan apa yang menjadi permintaan Arga kepada dirinya. Dan Nindy pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.“Aku nanti malam pulang jam 7, sekarang kamu bisa keluar jangan ganggu aku.” seru Nindy.Dan Arga pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Nindy dengan perasaan dan harga diri yang terjun bebas di hadapan Nindy.Namun Arga rela melakukan itu, karena sekarang dirinya telah sadar jika perasaa
Dan David pun mengantar Syifa ke kamarnya, dengan nafas yang sudah ngos-ngosan David berusaha sekuat tenaga untuk supaya lekas sampai di kamar Syifa yang letaknya di dekat kamarnya.Dan langkah yang sedikit cepat akhirnya David sampai di kamar Syifa dan meletakan tubuh Syifa di atas tempat tidur.Dan David pun menata bantal Syifa supaya lebih nyaman untuk kepalanya.“Sebentar ya aku ambil air putih dulu buat minum obat.” seru David sambil pergi melangkahkan kakinya untuk keluar ke dapur.Syifa yang tengah berbaring dia meringis kesakitan dengan tangan yang masih memegang perutnya.Syifa memejamkan matanya secara erat dan merasakan sensasi perut yang sudah tak bisa dijelaskan lagi rasanya.Dan David pun masuk kamar Syifa dan dia pun mengulurkan obat serta segelas air putih. “Ayo minum dulu.” seru David kepada Syifa.aDengan tangan sangat bergetar Syifa pun meminum obatnya dengan mata yang sendu karena sudah tak memiliki kekuatan.Dan David pun meletakan gelas yang berisi air putih itu
Sintia pun menatap Arseno dengan tatapan sendunya yang terlihat sangat jelas di matanya,Dan Sintia pun memeluk Arseno dengan pelukan yang penuh sandaran karena sudah tak kuat dengan apa yang tengah dirasakannya saat ini.“Sudah ya kamu jangan sedih ada aku disini yang akan membantu semua masalah yang terjadi pada mu sayang, lupakan masa lalumu lihat lah dirimu yang sekarang yang lebih beruntung ketimbang saudara tirimu.” lanjut Arseno yang tak henti-hentinya memberi nasehat kepada Sintia.Dan hari semakin sore Arseno pun mengajak pulang Sintia ke hotel, dan Arseno juga melihat keadaan Sintia yqng jauh lebih baik daripada tadi.Untung saja Arseno adalah laki-laki yang dewasa jadi dia bisa sedikit mengontrol SintiaSekarang Sintia sudah mulai bisa mengontrol emosinya lebih baik lagi.Di sisi lain di kantor cabang yang berada di barat, Syifa, Lidya, David serta Aldi merayakan keberhasilan mereka dalam mengurus kantor cabang yang terlibat korupsi para petingginya.Mereka merayakan kesu