Share

Chapter 6

Author: Meyda
last update Last Updated: 2024-07-10 06:11:55

Di mansion milik keluarga Miller, sedang terjadi sebuah keributan besar. Dimana Rhea, putri mereka tidak kembali sejak tadi malam.

Bahkan keberadaan gadis itu tidak diketahui sama sekali.

Rhea adalah saudara kembar Ethan. Karena lahir dari darah keturunan manusia dan vampir. Rhea memiliki gen ibunya, yaitu berdarah manusia.

Berbeda dengan Ethan yang memiliki gen ayahnya—vampir

Hanya saja darah Rhea sangat spesial dan langka. Hanya satu-satunya di dunia ini. Jika ada, mungkin manusia itu juga sama spesialnya dengan Rhea.

"Jordan, bagaimana sekarang? Putri kita belum juga kembali. Aku... aku takut terjadi sesuatu pada Rhea..."

Jordan memeluk erat istrinya dan mencoba menenangkan wanita itu. "Tenanglah sayang, dia pasti akan baik-baik saja. Percayalah padaku."

"Semua karena salahmu. Kamu terlalu memanjakannya. Sekarang lihat, dia bahkan lupa kemana arah jalan pulang," gerutu Yasmin.

Jordan memijat pelipisnya yang mulai terasa pusing. "Sayang, kamu tau bukan kalau Rhea tidak suka di kekang dan dikurung dalam mansion. Dia sudah dewasa. Aku memberikannya kebebasan, karena yakin dia bisa dipercaya," jelas Jordan.

Yasmin hanya diam dan masih menangis di pelukan sang suami. Meski Rhea adalah saudara kembar Ethan, tapi mereka benar-benar jauh berbeda. Rhea yang gampang berbaur dengan orang lain, sedangkan Ethan lebih suka menyendiri.

"Maaf saya terlambat, Tuan." ucap seorang pria yang tak lain adalah asisten pribadi Jordan. Pria itu memiliki perasaan terpendam pada Rhea, meski usia mereka terpaut sangat jauh.

Tapi selama ini Rhea tidak pernah melihat ke arahnya sama sekali.

Yasmin langsung bergegas menghampiri asisten pribadi suaminya itu. "Apa kamu tahu dimana putriku?"

"Sayang, sudah aku bilang, Rhea pasti baik-baik saja. Kenapa kamu tidak percaya pada suamimu ini?" sahut Jordan.

Yasmin memang selalu bertindak semaunya sendiri. Ia tidak suka istrinya itu dekat-dekat dengan pria lain meski pria itu asisten pribadinya sendiri.

"Diam, Jordan! Jangan mengajakku bicara!"

Jordan menatap kesal ke arah asisten pribadinya. Memberi kode padanya untuk pergi. Namun, yang ditatap malah biasa saja tanpa menanggapinya.

"Sudah puluhan tahun anda mengenal saya, Tuan. Apa anda pikir saya akan merebut nyonya dari anda?" sahutnya seakan mengerti maksud tatapan Jordan.

"Ya, siapa tau. Karena sampai sekarang kamu saja belum menikah. Tanda-tanda kamu tidak laku atau mungkin saja memang tidak akan melepas masa lajang sampai kamu mati," ketus Jordan.

Kedua pria itu saling bersitegang. Tidak ada yang mau mengalah sama sekali.

"Itu karena saya menunggu Rhea. Putri anda."

"Berhentilah menganggap Rhea adalah masa depanmu. Karena sampai kapanpun aku tidak akan merestui hubungan kalian berdua."

Jordan menarik tangan Yasmin agar menjauh dari asisten pribadinya itu.

"Anda pikir saya peduli? Saya bahkan bisa saja membawanya kabur sekarang," ujar pria itu dengan nada mengejek. Dia senang sekali membuat tuannya itu marah.

"Cukup! Bisakah kalian berdua berhenti bertengkar. Kepalaku sakit karena mengkhawatirkan putriku, tapi kalian malah asik sendiri!" Yasmin menepis tangan Jordan, hendak melangkah menuju ke kamarnya.

Namun, langkahnya terhenti mendengar suara seorang gadis yang berjalan begitu santainya ke arah mereka.

"Bunda, Ayah... Aku pulang!" serunya.

•••••••

"Ampun, Tuan! Kumohon lepaskan aku." Luke terus berteriak meminta Ethan melepaskan dirinya.

Setelah mendengar kejujuran Luke, Ethan murka. Bisa-bisanya Luke membawa manusia asing ke dalam mansion miliknya.

"Lepaskan katamu! Kamu bahkan sudah menipuku, Luke!" bentak Ethan. "Kamu sengaja membawa gadis liar masuk ke mansion tanpa ijin lalu mengklaim kalau gadis itu adalah mangsaku. Apa itu pantas diampuni?"

Ethan tak berharap Luke akan menjawab pertanyaannya. Karena asisten pribadinya itu pasti punya seribu alasan seperti yang sudah-sudah.

Luke kini sedang bergelantungan di atas langit-langit dengan posisi terikat. Kepalanya berada di bawah dan kakinya berada di atas.

Dibawah sana ada kobaran api abadi yang siap melahap dan menghanguskan Luke kapan saja.

"Tapi Tuan, saya sudah bilang bukan kalau Arneta bukan gadis sembarangan. Dia spesial. Saya melihat sorot matanya yang berbeda," kilah Luke.

"Kamu sok tau!" Ethan sudah bersiap menurunkan Luke dari sana. Ia tidak peduli lagi jika nanti kedua orangtuanya murka karena sikapnya ini. Menghukum pria yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

"Anda bisa tanyakan pada Helen, kalau dia juga melihat hal yang sama saat menatap Arneta," ujar Luke lagi.

Tubuhnya mulai berkeringat dan bergetar hebat. Karena ini kali ketiga dia mendapat hukuman yang sama dari Ethan.

"Jelas Helen akan membelamu, karena dia menyukaimu!"

"A—apa anda bilang? Menyukaiku?" ekspresi bingung terlihat di wajah Luke.

Sedangkan Ethan lebih memilik pergi dari sana dan menyuruh anak buahnya untuk mengerjai Luke.

"Tunggu, Tuan! Lepaskan aku dulu baru anda boleh pergi, kumohon!" Luke terus memanggil Ethan tanpa peduli jika pria itu akan marah lagi padanya.

Namun sayangnya, Luke diabaikan.

"Argh! Kenapa ikatan rantai ini sulit sekali di hancurkan!"

Selesai dengan Luke, Ethan berjalan menuju kamarnya. Bermaksud untuk melihat keadaan Arneta yang sudah tertidur lelap.

Ia tak mengalihkan pandangannya pada Arneta. Gadis dengan darah manis yang membuat Ethan ingin mencicipinya lagi dan lagi.

Ethan berdiri di samping Arneta, membingkai wajah gadis yang tengah memejamkan matanya erat itu. Ada desiran aneh yang ia rasakan, tapi tidak tahu apa.

"Akan aku buat hidupnya seperti di neraka karena sudah berani masuk wilayahku."

Sungguh aneh, entah apa yang membuat pria itu seakan ingin menjadikan Arneta miliknya tapi enggan melepaskannya. Tapi disisi lain, Ethan tidak suka kehadirannya.

Tangan Ethan terangkat, mengambil satu gelas air yang ada di atas meja. Dan dengan begitu teganya ia menumpahkan air tersebut tepat di wajah Arneta.

Membuat separuh tubuh Arneta basah. Tak terkecuali b-ra yang terekspos akibat perbuatan Ethan.

"Hujan kah? kenapa jadi basah begini," gumam Arneta kesal lalu menoleh ke samping. Lidahnya seakan kelu dan tenggorokannya kering saat melihat kedatangan Ethan.

"K—kamu! Apa yang kamu lakukan di kamarku?!" pekik Arneta.

"Kamarmu?" Ethan menukikkan alisnya.

"Ya, kamarku," jawab Arneta sembari celingukan kesana kemari. Dia merasa asing dengan ruangan ini yang berbeda dari kamarnya.

"Bagaimana? Sudah mengerti, hum?" Ethan duduk di sofa yang tak jauh dari Arneta berada. Lalu, ia melempar selembar kertas ke arah Arneta.

"Baca dan bubuhkanlah darahmu di sana. Karena aku tidak akan mengulangi ucapanku."

Arneta yang bingung, mulai membaca kertas tersebut dan mencernanya dengan perlahan.

"Kamu ini siapa? Kenapa tiba-tiba membawaku kemari dan seenak jidatmu meminta agar aku menandatangani nya?" tanya Arneta. Ia menatap tajam pria yang sedang duduk santai di hadapannya.

"Jangan lupa, kalau aku tidak pernah main-main dengan ucapanku." kata Ethan, datar.

"Maaf aku tidak berminat dengan surat kontrak yang aneh dan tidak masuk akal ini," tolak Arneta. Ia meremas kertas tersebut lalu melemparnya tepat mengenai wajah Ethan. "Lebih baik aku jadi gelandangan daripada harus tinggal bersama manusia aneh sepertimu," lanjut Arneta.

Arneta menyibak selimut dan bangkit dari duduknya.

Namun langkahnya terhenti saat Ethan mencekal tangannya lalu melempar gadis itu hingga kepalanya membentur dinding.

"Argh..." Arneta meringis menahan sakit dan menyentuh kepalanya yang berdarah.

Ethan sudah berada di depan Arneta, menarik dagu dan mencengkeramnya. "Kamu pikir aku akan berbelas kasihan padamu, gadis liar? Tidak!" geram Ethan.

"Lalu apa maumu?" tanya Arneta. Menatap penuh kebencian pada Ethan. Selama hidupnya, baru kali ini Arneta diperlakukan kasar.

"Sekarang pilih menurut atau mati." karena mau sekuat apapun Arneta melawan, dia akan tetap kalah. Tenaganya tak sebanding dengan Ethan.

Gadis itu tidak tahu makhluk seperti apa yang berada di hadapannya.

"Kamu benar-benar tidak waras!" seru Arneta.

"Anggap saja begitu."

Arneta berdecak. Menggelikan sekali, pikirnya. Apa hidupnya akan dihabiskan bersama pria pemaksa ini?

"Kamu tidak boleh menyerah, Arneta. Apalagi mati di sini. Kakakmu pasti akan segera menemukanmu," gumamnya dalam hati.

"Bagaimana apa kamu sudah mengambil keputusan?" tanya Ethan tanpa melepaskan Arneta.

Arneta mendorong Ethan. Dia berjalan sempoyongan sembari mengambil kertas perjanjian yang tergeletak di lantai. Mengusap darahnya dan membubuhkan tanda tangan di sana.

Ethan tersenyum puas. Ternyata menaklukan gadis manusia tidak sesulit itu.

"Kemari dan lakukan tugas pertamamu," ucap Ethan.

"Tugas pertama? Maksudmu?" tanya Arneta penasaran dengan tugas pertama yang akan dia jalani sebagai pelayan pria menyebalkan ini.

"Memuaskan aku," ucap Ethan, sontak membuat kedua mata Arneta melotot tajam.

Related chapters

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 7

    Ethan menarik pinggang Arneta, mendekatkan gadis itu ke tubuhnya, mengikis jarak di antara mereka. "Dan sekarang tugas pertamamu adalah memuaskan aku," ucapnya dengan nada dingin. Arneta memejamkan matanya. Ini adalah pertama kalinya ia berada sedekat ini dengan seorang pria. Hembusan napas Ethan yang menyentuh wajahnya membuat jantungnya berdegup kencang. "Siapa yang menyuruhmu memejamkan mata? Buka matamu dan lihat aku!" perintah Ethan dengan tegas. Arneta membuka matanya perlahan. Jantungnya semakin berdetak kencang ketika ia melihat mata Ethan yang menatapnya begitu dalam. Ia bergumam dalam hati, "Apakah aku akan kehilangan keperawananku malam ini?" Arneta tetap diam dengan tubuh gemetar dan sedikit ketakutan, namun ia berusaha menahannya mati-matian. Tak! Sentilan keras di keningnya dari telunjuk Ethan membuyarkan lamunannya. "Kamu ini sedang memikirkan apa? Jangan bilang kalau otak kecilmu ini sedang membayangkan yang tidak-tidak," ucap Ethan dengan tajam. "Aku bahk

    Last Updated : 2024-07-10
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 8

    Pagi-pagi sekali, mansion milik Ethan yang megah dan elegan berubah menjadi medan kericuhan. Dapur yang biasanya bersih dan rapi kini penuh dengan kekacauan.Panci dan wajan tergeletak sembarangan, bahan-bahan makanan berserakan di mana-mana, dan aroma gosong memenuhi udara. Semua ini adalah ulah Arneta.Arneta, seorang gadis muda yang terpaksa tinggal di mansion itu meskipun Ethan sudah menyuruhnya pergi, tidak tahu kota ini dengan baik.Dia membutuhkan uang dan menerima pekerjaan sebagai pelayan di rumah Ethan.Helen, pelayan senior, menyeret Arneta kembali ke mansion atas perintah Luke, yang enggan mencari pelayan baru. Mereka tahu betul bahwa merekrut pelayan bukanlah pekerjaan mudah."Yak! Kenapa bisa gosong begini sih," gerutu Arneta sambil menatap daging yang terbakar di atas panggangan."Bukan begitu caranya!" bentak Helen dengan nada frustrasi. "Sini, biar aku bantu.""Tidak! Aku ingin melakukannya sendiri. Cukup beritahu aku saja caranya," jawab Arneta dengan tegas.Helen me

    Last Updated : 2024-07-11
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 9

    Pagi ini, Ethan duduk di meja makan, ditemani oleh Luke yang setia berdiri di sebelahnya. Di depannya, Ace terus mengamati gerak-gerik kakaknya yang terlihat aneh. Pandangannya penuh kekhawatiran."Apa ada yang sedang kamu pikirkan, Kak?" tanya Ace, suaranya penuh perhatian."Tidak ada," jawab Ethan dengan nada ketus, tak sudi memandang adiknya.Hubungan kedua kakak beradik itu memang jauh dari harmonis. Ethan selalu dingin dan ketus, sementara Ace lebih memilih untuk tidak terlalu ikut campur dalam masalah kakaknya."Dimana dia, Luke?" suara Ethan terdengar lebih tajam sekarang."Dia siapa maksud anda, Tuan?" Luke bertanya dengan bingung. Biasanya, Ethan selalu makan sendiri tanpa ditemani siapapun, bahkan Ace."Bodoh! Tentu saja—" Ethan menghentikan kalimatnya, menatap tajam dengan permusuhan ke arah asistennya."Apa saya salah bicara, Tuan?" Luke merasa salah langkah."Lupakan!" Ethan mulai menyantap daging di hadapannya dengan tergesa-gesa, namun pikirannya terus melayang ke Arnet

    Last Updated : 2024-07-12
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 10

    Pagi itu, Blaze tiba di mansion milik Jordan dengan penuh semangat, meskipun ia sedikit terlambat.Setelah melewati pintu utama yang megah, ia langsung menuju ruang kerja Jordan, tempat di mana biasanya pria itu menghabiskan pagi-paginya sebelum berangkat ke kantor.Namun, takdir sepertinya ingin bermain-main dengannya hari itu. Jordan sudah lebih dulu berangkat ke kantor, dan yang menunggunya di sana adalah Rhea, putri Jordan yang terkenal dengan kelakuannya yang sulit ditebak."Maaf, Tuan. Saya datang terlambat," ucap Blaze, mencoba tetap tenang dan profesional. Rhea, yang tampak tak senang dengan kehadiran Blaze, segera memotongnya. "Ya, aku tidak mau diikuti olehnya!" serunya dengan nada marah, menunjuk Blaze dengan jari telunjuknya."Dia sangat menyebalkan dan pengganggu. Kemanapun aku pergi, dia selalu mengikuti aku. Bahkan saat aku masuk ke toilet kampus. Mereka semua menertawakan aku, Yah!" protesnya, suaranya bergetar dengan emosi yang meluap-luap.Jordan, yang telah mendeng

    Last Updated : 2024-07-13
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 1

    Di tengah malam yang sunyi, suara langkah kaki terdengar jelas di antara pepohonan hutan yang lebat. Seorang gadis berusia delapan belas tahun berlari, napasnya terengah-engah, matanya mencari jalan keluar dari kegelapan. Dia menoleh ke belakang, bayangan pria-pria yang mengejarnya semakin mendekat. Setiap langkah mereka menggema, memecah keheningan malam.Napas Arneta tersengal, paru-parunya terasa terbakar. Dia baru saja terlepas dari cengkraman kasar salah satu pria, tetapi kejaran mereka belum berakhir.Cahaya bulan yang redup memantul di wajahnya yang pucat, mata hazelnya berkilauan oleh ketakutan. Rambut coklatnya yang panjang dan kusut berkibar mengikuti langkahnya yang terburu-buru.Hanya beberapa jam yang lalu, Arneta turun dari pesawat dengan hati penuh harapan. Dia menaiki taksi menuju alamat yang diberikan oleh Mamanya, tetapi nasib sial menimpanya.Di tempat yang seharusnya menjadi tujuan, tidak ada yang menyambutnya, hanya beberapa pria yang mengambil paksa barang-baran

    Last Updated : 2024-07-08
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 2

    Arneta terbangun pagi itu dengan rasa lelah yang membebani seluruh tubuhnya.Matahari belum sepenuhnya muncul, namun Helen dan Luke sudah menunggu untuk memberikan perintah. Mereka memperlakukannya dengan kejam, memaksa gadis itu bekerja tanpa henti, bahkan tanpa sejenak istirahat. Mansion besar itu, yang biasanya diurus oleh banyak pelayan, kini hanya dijaga oleh Arneta seorang.Luke telah mengusir semua pelayan sejak kedatangan Arneta. Tangannya gemetar saat memegang perutnya yang kosong, rasa perih semakin menyiksa."Perutku sakit sekali," desisnya, suaranya hampir tak terdengar di ruangan besar yang sunyi. Sejak malam kemarin, Luke dan Helen tidak memberinya makan, bahkan setetes air pun tidak.Dia berjalan melewati koridor panjang dengan dinding-dinding tinggi yang berdebu. "Ini mansion atau kuburan? Besar tapi sepi, seperti tidak berpenghuni," gumamnya sambil memperhatikan sekeliling dengan mata yang letih dan putus asa. "Bagaimana caranya agar aku bisa kabur dari sini?"Langka

    Last Updated : 2024-07-08
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 3

    Malam tiba dengan kegelapan yang merayap, memeluk mansion yang megah namun sunyi. Arneta, dengan rasa penasaran yang tak terpadamkan sejak mendengar ucapan Helen, akhirnya memutuskan untuk menyelinap menuju ruang rahasia. Langkah kakinya ringan, nyaris tanpa suara, seperti seorang pencuri di tengah malam. Lorong-lorong panjang yang seolah tak berujung membawa Arneta pada sebuah pintu dengan ukiran Eropa yang indah namun tertutup rapat. Tak ada celah sedikitpun yang membiarkan udara masuk. "Apa yang kamu lakukan di sini, Arneta," bisiknya kepada diri sendiri, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Pikirannya bertarung dengan tindakannya yang lancang. Arneta ingin sekali mendorong pintu tersebut, namun keraguannya menghalangi. Seorang gadis asing yang baru saja tiba di mansion, berani melangkah ke wilayah terlarang tanpa izin. Namun, rasa ingin tahu yang membara dalam dirinya tak bisa ditahan. "Tidak, Arneta! Kau harus kembali ke bawah sana," ia memerintahkan pada dirinya se

    Last Updated : 2024-07-08
  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 4

    Bulan purnama telah muncul. Luke ketar-ketir karena sejak tadi pria itu belum menemukan di mana keberadaan tuannya, Ethan.Luke sudah mengelilingi semua sudut mansion, tanpa terkecuali. Namun hasilnya nihil.Ethan menghilang dan terlepas dari pengawasannya sebelum waktunya tiba."Bagaimana, apa kau sudah menemukan dimana keberadaannya, Helen?" Luke menatap tajam wajah wanita yang sejak tadi diam saja.Helen menggeleng. "Tidak ada tanda-tanda tuan melepaskan belenggu rantai itu dengan kekerasan.""Atau jangan-jangan, selama ini tuan Ethan—" Luke dan Helen saling menatap. Mereka takut sesuatu yang di khawatirkan akan terjadi."Dimana gadis manusia itu berada sekarang?" pertanyaan Luke membuat Helen kesal. Bukankah tadi dia sudah menjawabnya. Kenapa sekarang mengulangi pertanyaaan yang sama?"Dia ada di ruangan bawah tanah," jawab Helen."Bodoh!" pekik Luke. "Kamu benar-benar sangat sembrono. Bagaimana kalau tuan menuju ruang bawah tanah, hah?!"Teriakan Luke berhasil membuat wanita itu

    Last Updated : 2024-07-09

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 10

    Pagi itu, Blaze tiba di mansion milik Jordan dengan penuh semangat, meskipun ia sedikit terlambat.Setelah melewati pintu utama yang megah, ia langsung menuju ruang kerja Jordan, tempat di mana biasanya pria itu menghabiskan pagi-paginya sebelum berangkat ke kantor.Namun, takdir sepertinya ingin bermain-main dengannya hari itu. Jordan sudah lebih dulu berangkat ke kantor, dan yang menunggunya di sana adalah Rhea, putri Jordan yang terkenal dengan kelakuannya yang sulit ditebak."Maaf, Tuan. Saya datang terlambat," ucap Blaze, mencoba tetap tenang dan profesional. Rhea, yang tampak tak senang dengan kehadiran Blaze, segera memotongnya. "Ya, aku tidak mau diikuti olehnya!" serunya dengan nada marah, menunjuk Blaze dengan jari telunjuknya."Dia sangat menyebalkan dan pengganggu. Kemanapun aku pergi, dia selalu mengikuti aku. Bahkan saat aku masuk ke toilet kampus. Mereka semua menertawakan aku, Yah!" protesnya, suaranya bergetar dengan emosi yang meluap-luap.Jordan, yang telah mendeng

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 9

    Pagi ini, Ethan duduk di meja makan, ditemani oleh Luke yang setia berdiri di sebelahnya. Di depannya, Ace terus mengamati gerak-gerik kakaknya yang terlihat aneh. Pandangannya penuh kekhawatiran."Apa ada yang sedang kamu pikirkan, Kak?" tanya Ace, suaranya penuh perhatian."Tidak ada," jawab Ethan dengan nada ketus, tak sudi memandang adiknya.Hubungan kedua kakak beradik itu memang jauh dari harmonis. Ethan selalu dingin dan ketus, sementara Ace lebih memilih untuk tidak terlalu ikut campur dalam masalah kakaknya."Dimana dia, Luke?" suara Ethan terdengar lebih tajam sekarang."Dia siapa maksud anda, Tuan?" Luke bertanya dengan bingung. Biasanya, Ethan selalu makan sendiri tanpa ditemani siapapun, bahkan Ace."Bodoh! Tentu saja—" Ethan menghentikan kalimatnya, menatap tajam dengan permusuhan ke arah asistennya."Apa saya salah bicara, Tuan?" Luke merasa salah langkah."Lupakan!" Ethan mulai menyantap daging di hadapannya dengan tergesa-gesa, namun pikirannya terus melayang ke Arnet

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 8

    Pagi-pagi sekali, mansion milik Ethan yang megah dan elegan berubah menjadi medan kericuhan. Dapur yang biasanya bersih dan rapi kini penuh dengan kekacauan.Panci dan wajan tergeletak sembarangan, bahan-bahan makanan berserakan di mana-mana, dan aroma gosong memenuhi udara. Semua ini adalah ulah Arneta.Arneta, seorang gadis muda yang terpaksa tinggal di mansion itu meskipun Ethan sudah menyuruhnya pergi, tidak tahu kota ini dengan baik.Dia membutuhkan uang dan menerima pekerjaan sebagai pelayan di rumah Ethan.Helen, pelayan senior, menyeret Arneta kembali ke mansion atas perintah Luke, yang enggan mencari pelayan baru. Mereka tahu betul bahwa merekrut pelayan bukanlah pekerjaan mudah."Yak! Kenapa bisa gosong begini sih," gerutu Arneta sambil menatap daging yang terbakar di atas panggangan."Bukan begitu caranya!" bentak Helen dengan nada frustrasi. "Sini, biar aku bantu.""Tidak! Aku ingin melakukannya sendiri. Cukup beritahu aku saja caranya," jawab Arneta dengan tegas.Helen me

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 7

    Ethan menarik pinggang Arneta, mendekatkan gadis itu ke tubuhnya, mengikis jarak di antara mereka. "Dan sekarang tugas pertamamu adalah memuaskan aku," ucapnya dengan nada dingin. Arneta memejamkan matanya. Ini adalah pertama kalinya ia berada sedekat ini dengan seorang pria. Hembusan napas Ethan yang menyentuh wajahnya membuat jantungnya berdegup kencang. "Siapa yang menyuruhmu memejamkan mata? Buka matamu dan lihat aku!" perintah Ethan dengan tegas. Arneta membuka matanya perlahan. Jantungnya semakin berdetak kencang ketika ia melihat mata Ethan yang menatapnya begitu dalam. Ia bergumam dalam hati, "Apakah aku akan kehilangan keperawananku malam ini?" Arneta tetap diam dengan tubuh gemetar dan sedikit ketakutan, namun ia berusaha menahannya mati-matian. Tak! Sentilan keras di keningnya dari telunjuk Ethan membuyarkan lamunannya. "Kamu ini sedang memikirkan apa? Jangan bilang kalau otak kecilmu ini sedang membayangkan yang tidak-tidak," ucap Ethan dengan tajam. "Aku bahk

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 6

    Di mansion milik keluarga Miller, sedang terjadi sebuah keributan besar. Dimana Rhea, putri mereka tidak kembali sejak tadi malam.Bahkan keberadaan gadis itu tidak diketahui sama sekali.Rhea adalah saudara kembar Ethan. Karena lahir dari darah keturunan manusia dan vampir. Rhea memiliki gen ibunya, yaitu berdarah manusia.Berbeda dengan Ethan yang memiliki gen ayahnya—vampirHanya saja darah Rhea sangat spesial dan langka. Hanya satu-satunya di dunia ini. Jika ada, mungkin manusia itu juga sama spesialnya dengan Rhea."Jordan, bagaimana sekarang? Putri kita belum juga kembali. Aku... aku takut terjadi sesuatu pada Rhea..."Jordan memeluk erat istrinya dan mencoba menenangkan wanita itu. "Tenanglah sayang, dia pasti akan baik-baik saja. Percayalah padaku.""Semua karena salahmu. Kamu terlalu memanjakannya. Sekarang lihat, dia bahkan lupa kemana arah jalan pulang," gerutu Yasmin.Jordan memijat pelipisnya yang mulai terasa pusing. "Sayang, kamu tau bukan kalau Rhea tidak suka di keka

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 5

    Sedangkan di tempat lain. Seorang pria sedang melampiaskan kemarahannya pada sang anak buah."Bagaimana bisa kalian kehilangan gadis itu, hah?!" teriak seorang pria dengan wajah penuh emosi."Maafkan kami, Tuan. Gadis itu tidak berada di sana. Kami bahkan tidak bisa menemukan keberadaanya. Sepertinya ada seseorang yang sengaja menyembunyikannya," jawab salah seorang pengawal dengan nada sedikit ketakutan."Menyembunyikan bagaimana maksudmu, bodoh!" bentaknya."Ada beberapa anak buah kita yang melihat gadis itu memasuki kawasan hutan terlarang dan hilang begitu saja. Bahkan pengawal yang mengejarnya juga tidak kembali, mayatnya tidak ditemukan lalu—"Pengawal tersebut tidak melanjutkan kalimatnya. Membuat pria yang diketahui bernama Dexter itu geram."Katakan! Kenapa tidak dilanjutkan?!""Sepertinya salah satu keturunan Miller berhasil menemukan gadis itu dan membawanya."Tak bisa menahan lagi emosinya, Dexter memukul wajah anak buahnya. Menendangnya dengan kasar hingga terpental cukup

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 4

    Bulan purnama telah muncul. Luke ketar-ketir karena sejak tadi pria itu belum menemukan di mana keberadaan tuannya, Ethan.Luke sudah mengelilingi semua sudut mansion, tanpa terkecuali. Namun hasilnya nihil.Ethan menghilang dan terlepas dari pengawasannya sebelum waktunya tiba."Bagaimana, apa kau sudah menemukan dimana keberadaannya, Helen?" Luke menatap tajam wajah wanita yang sejak tadi diam saja.Helen menggeleng. "Tidak ada tanda-tanda tuan melepaskan belenggu rantai itu dengan kekerasan.""Atau jangan-jangan, selama ini tuan Ethan—" Luke dan Helen saling menatap. Mereka takut sesuatu yang di khawatirkan akan terjadi."Dimana gadis manusia itu berada sekarang?" pertanyaan Luke membuat Helen kesal. Bukankah tadi dia sudah menjawabnya. Kenapa sekarang mengulangi pertanyaaan yang sama?"Dia ada di ruangan bawah tanah," jawab Helen."Bodoh!" pekik Luke. "Kamu benar-benar sangat sembrono. Bagaimana kalau tuan menuju ruang bawah tanah, hah?!"Teriakan Luke berhasil membuat wanita itu

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 3

    Malam tiba dengan kegelapan yang merayap, memeluk mansion yang megah namun sunyi. Arneta, dengan rasa penasaran yang tak terpadamkan sejak mendengar ucapan Helen, akhirnya memutuskan untuk menyelinap menuju ruang rahasia. Langkah kakinya ringan, nyaris tanpa suara, seperti seorang pencuri di tengah malam. Lorong-lorong panjang yang seolah tak berujung membawa Arneta pada sebuah pintu dengan ukiran Eropa yang indah namun tertutup rapat. Tak ada celah sedikitpun yang membiarkan udara masuk. "Apa yang kamu lakukan di sini, Arneta," bisiknya kepada diri sendiri, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Pikirannya bertarung dengan tindakannya yang lancang. Arneta ingin sekali mendorong pintu tersebut, namun keraguannya menghalangi. Seorang gadis asing yang baru saja tiba di mansion, berani melangkah ke wilayah terlarang tanpa izin. Namun, rasa ingin tahu yang membara dalam dirinya tak bisa ditahan. "Tidak, Arneta! Kau harus kembali ke bawah sana," ia memerintahkan pada dirinya se

  • Terjerat Gairah Vampir Tampan   Chapter 2

    Arneta terbangun pagi itu dengan rasa lelah yang membebani seluruh tubuhnya.Matahari belum sepenuhnya muncul, namun Helen dan Luke sudah menunggu untuk memberikan perintah. Mereka memperlakukannya dengan kejam, memaksa gadis itu bekerja tanpa henti, bahkan tanpa sejenak istirahat. Mansion besar itu, yang biasanya diurus oleh banyak pelayan, kini hanya dijaga oleh Arneta seorang.Luke telah mengusir semua pelayan sejak kedatangan Arneta. Tangannya gemetar saat memegang perutnya yang kosong, rasa perih semakin menyiksa."Perutku sakit sekali," desisnya, suaranya hampir tak terdengar di ruangan besar yang sunyi. Sejak malam kemarin, Luke dan Helen tidak memberinya makan, bahkan setetes air pun tidak.Dia berjalan melewati koridor panjang dengan dinding-dinding tinggi yang berdebu. "Ini mansion atau kuburan? Besar tapi sepi, seperti tidak berpenghuni," gumamnya sambil memperhatikan sekeliling dengan mata yang letih dan putus asa. "Bagaimana caranya agar aku bisa kabur dari sini?"Langka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status