Share

Bab. 3

Penulis: Arti@Shiyoriko
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Oh maaf, Bang. Terlalu kuat ya? Maklum Ambar biasa meremas jeruk manis agar keluar banyak sarinya. Biasa anak tetangga sekitar meminta bantuan Ambar saat ingin membuat jus jeruk," ucap Ambar tersenyum dengan bangga.

Denisa dan Rexy melongo melihat ke-absurd-an calon menantu Denisa dan calon istri Rexy.

"Mom, Rexy ingin pulang saja! Rexy tidak bisa hidup dengan wanita model begini! Kenapa sih daddy egois sekali!" bisik Rexy pada sang ibu.

"Sst ... Diam kau, Rex! Mommy tidak bisa mencegah keinginan Daddy mu. Hanya satu harapan kita yaitu grandma! Mommy yakin grandma pasti tidak akan merestui pernikahan mu dengan buldozer itu!" jawab Denisa juga sambil berbisik, memberi angin harapan pada sang anak.

"Benar sekali, Mom. Rexy yakin grandma pasti bisa menolong Rexy," ucap Rexy dengan senyum mengembang. Rexy berharap Sang nenek yang menjadi penguasa klan bisnis keluarga Miliano bisa membantu dirinya.

Demi apapun Denisa dan Rexy ingin kabur dari tempat itu, namun tatapan Jhon pada keduanya memaksa mereka untuk bersikap baik pada Ambar.

Ambar kembali duduk dekat sang ayah setelah selesai menyapa calon suami dan calon mertuanya.

"Baiklah, sepertinya semua sudah saling mengenal, minggu depan kita akan melangsungkan pernikahan ini. Danur, bersiaplah bikin pesta yang mewah untuk putra dan putri kita," ucap Jhon pada Danur.

Danur terkejut dia tidak menyangka jika calon besannya menuntut untuk mempercepat pesta pernikahan anak semata wayangnya.

"Maaf, Jhon. Mengapa begitu mendadak?" tanya Danur pada Jhon.

"Tidak apa-apa, Danur. Kau tidak perlu mengeluarkan apapun, semua biaya pesta biar aku yang tanggung." Jhon mengambil alih semua biaya pesta pernikahan Ambar dan Rexy.

Danur mencebik kesal. Bukan masalah biaya, melainkan sebuah acara pesta pernikahan pasti butuh persiapan yang tidak akan bisa diurus hanya dalam waktu satu Minggu.

"Jhon bukan masalah itu, melainkan kita harus mempersiapkan surat-surat syarat mengurus akta nikah di kantor catatan sipil dan kantor urusan agama. Kita akan menikahkan mereka secara hukum dan agama."

Danur menyela pembicaraan Jhon karena merasa Jhon terlalu buru-buru, sedangkan untuk mengurus syarat-syarat administrasi hukum dan agama semua butuh waktu.

Jhon menatap wajah Danur yang menatap memohon padanya. Jhon tidak tega, dia pun menjawab, "Baiklah, Danur. Untuk masalah waktu dan pesta aku serahkan semua padamu."

Danur pun bernapas dengan lega, minim dia tidak terlalu sibuk dengan waktu yang begitu mendesak. Danur menatap kedua anak manusia yang sangat bertolak belakang itu ada rasa pesimis di dalam hati Danur, mengingat anak gadisnya yang akan dijadikan bahan ejekan semua orang. Apalagi keluarga Jhon yang sangat kaya raya dan tentunya di kelilingi oleh orang -orang yang terpandang.

"Ambar, semoga kau bisa menjalankan takdir mu dengan baik. Ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu, Sayang. Entah ujian apa yang akan kau lalui, ayah harap kamu bisa berhasil dan lulus dengan kebahagiaan yang berlipat," ucap Danur di dalam hati, mendoakan putrinya agar bisa melalui semua ujiannya.

***

Satu Minggu kemudian ....

Rumah Ambar telah terpasang berbagai bunga hias yang indah. Dekorasi pengantin sederhana juga terpasang dengan begitu indah. Ambar sangat bahagia, hari itu adalah hari dimana dia akan menjadi istri dari suami yang tampan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ambar binti Danur dengan mas kawin yang tersebut dengan dibayar tunai!" Rexy mengucap ijab Qabul dengan lancar. Dia tidak mengira mengapa bisa selancar itu, padahal saat dia diajari sang ayah, Rexy salah terus karena lupa dan terkadang tidak sesuai dengan konteks yang diajarkan.

Jhon tersenyum lega, pada akhirnya sang anak bisa mengucapkan lafal ijab Qabul dengan sempurna.

"Syukurlah, anak kurang ajar itu tidak membuatku malu. Hampir saja jantungku kena serangan, huft!!" gumam Jhon di dalam hati, bersyukur karena Rexy bisa mengucapkan lafal ijab kabul dengan baik.

"Alhamdulillah, semua berjalan dengan normal. Ambar kini kau menjadi milik orang, semoga suami mu bisa menerima mu apa adanya," ucap Ibu Ambar sambil tersenyum gamang. Ada rasa kurang percaya diri melihat keluarga sang menantu yang serba mewah dan tentu saja melebihi segala yang ia punya.

Acara selanjutnya adalah makan-makan, wajah Ambar berbinar melihat makanan yang begitu banyak tersaji. Air liur sudah menetes dari bibir Ambar, perutnya sudah meronta ingin segera melahap mencicipi semua makanan yang terhidang. Hanya menunggu hingga MC mempersilakan para tamu untuk makan, maka Ambar akan segera memakan semua.

"Para tamu undangan, acara akad nikah sudah selesai, kini waktunya untuk mencicipi hidangan yang sudah kami sediakan. Silakan semua, tanpa perlu ragu untuk mengambil sesuatu dengan selera masing-masing," ucap MC dengan ramah.

Mendengar suara MC sudah mempersilakan tamu untuk menyantap hidangan, tanpa basa-basi Ambar pun berdiri menuju ke meja yang penuh hidangan.

Nuansa pesta sederhana dengan model prasmanan yakni para tamu mengambil makanan sendiri sesuai dengan hidangan yang dikehendaki, menjadi meriah lantaran Ambar dengan polosnya mengambil semua hidangan di dalam piring hingga piring Ambar tidak muat.

Rexy menutup wajahnya melihat sang istri makan dengan begitu banyak makanan. Hampir mual perut Rexy, melihat cara sang istri makan. Para tamu undangan pun melongo melihat sang pengantin perempuan makan seperti seorang raksasa yang kelaparan.

"Oh, My God! Benarkah itu istriku? Astaga ... Dasar Buldoser!! Hancur sudah image seorang Rexy Miliano, huft!" gerutu Rex seraya menutup mukanya ngeri melihat sang istri seperti itu.

"Rexy ... Lihat istrimu, apa dia belum makan?" bisik Felix-- sahabat Rexy dengan setengah mengejek. Felix tidak yakin jika Rexy akan bisa bertahan dengan sang istri.

Rexy membuka tangannya, melihat ke arah sang istri yang sekitar dagunya sudah belepotan oleh saos. Riasan wajahnya sudah tidak enak dilihat oleh mata.

"Ini bencana, Felix! Apakah aku akan bisa hidup dengan dirinya? Mau ditaruh di mana mukaku ini? Bagaimana jika ada pertemuan yang mengharuskan membawa istri?" ujar Rexy putus asa.

Felix tertawa melihat wajah frustasi Rexy. Dia merasa sangat kasihan dengan sahabat sekaligus bos nya itu.

"Hahaha ... Bersabarlah, Tuan. Mungkin dia adalah berlian yang terbungkus lemak dan daging," ujar Felix tertawa mengejek sang bos.

"Sialan, kau Felix! Mana ada berlian di tengah lemak dan daging!" Rexy meninju bahu Felix yang masih tertawa.

Felix menutup mulutnya agar tidak mengundang tatapan aneh para tamu. Walaupun tamu yang datang hanyalah anggota keluarga besar Danur dan Jhon.

Tidak berapa lama kemudian rombongan mobil mahal limited edition datang beriringan. Semua mata menatap keluar. Tampak dari dalam rombongan itu berhenti di depan rumah Danur. Seorang bodyguard turun dari mobil dan membuka pintu belakang. Seorang wanita tua berambut putih tapi masih cantik dan segar di usianya turun dari mobil.

"Silakan, Nyonya Besar," ucap sang bodyguard pada wanita tua itu.

Dengan angkuh wanita tua itu melangkah turun, seorang bodyguard dengan payung besar sudah menyambutnya.

"Astaga, Grandma datang!!" Pekik Rexy terkejut. Dia merasa senang karena sang nenek datang. Pastilah sang nenek akan menolongnya untuk keluar dari masalah yang menurutnya sangat rumit itu.

Wanita tua dengan kacamata putih tebal seharga ratusan juta itu berdiri angkuh di depan jalan masuk ke pelaminan yang digelari karpet merah.

"Silakan masuk, Nyonya," sambut sang pimpinan WO pada nenek Rexy.

"Panggil aku Nyonya Laurine Miliano!" jawab wanita dengan tas branded termahal di kelasnya dengan angkuh.

"Baiklah, Nyonya Laurine Miliano, silakan ikuti saya," ucap sang ketua WO dengan sopan.

Nenek Rexy mengikuti sang ketua WO menuju ke kursi yang sudah disediakan dengan khusus untuk sang nenek. Melihat sang nenek diam saja, Rexy kebingungan. Seharusnya sang nenek datang dan membatalkan pernikahan ini, bukan duduk menikmati pesta.

Harapan Rexy hancur, dia tidak bisa mengharapkan lagi bantuan dari neneknya, karena melihat sang nenek yang malah menikmati pesta dan berbicara dengan Ambar sambil asyik makan dan mengobrol bersama.

"Grandma ...!"

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 4

    Wanita tua dengan penampilan serba mewah itu mendekat ke arah Rexy dan Ambar yang duduk di pelaminan. "Rexy, selamat grandma ucapkan, jangan sampai kau menyakiti wanita ini jika kau masih ingin mendapatkan warisan dari grandma!" ucap wanita tua itu dengan tersenyum miring. Glek! Rexy menelan kasar ludahnya. Tidak menyangka jika sang nenek malah mendukung wanita big size itu dibandingkan dengan cucu kandungnya sendiri. "Tapi, Grandma?! Rexy ini cucu Grandma, mengapa grandma tidak membela Rexy, tapi malah mendukung Buldozer ini!" protes Rexy terlihat kesal dan tidak terima jika nenek yang ia harapkan bisa membebaskan dirinya dari neraka pernikahan ini, ternyata tidak bisa diharapkan. "Tidak ada tapi-tapian, Rexy! Jalani pernikahan kalian dengan baik, jika tidak satu peser pun tidak akan grandma berikan padamu. Kalau perlu grandma coret dari daftar ahli waris grandma. Apa kamu paham?!" seru wanita tua itu dengan tegas. Rexy tidak bisa menggugat ata

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 5

    Oma menatap Ambar yang ia tahu kalau diri Ambar menyembunyikan sesuatu dan juga menahan rasa takut agar terlihat normal dan baik-baik saja. "Ambar, tidak akan aku biarkan kamu menderita, Nak. Rexy dan Denisa harus segera disadarkan bahwa gaya hidup mereka yang hedon akan menghancurkan perusahaan yang suamiku bangun dari nol," gumam Oma tersenyum lalu mengangguk ke arah Ambar. Ambar kembali ke kamarnya untuk membereskan baju tidur Rexy yang pastinya tersebar di sembarang tempat. Rexy anak yang manja, dia tidak akan mau merapikan kamarnya sendiri. Menurut Rexy itu adalah pekerjaan pembantu yang sudah dibayar untuk membereskan semua. Tok! Tok! Nenek Laurine datang mengetuk pintu, setelah dirasa Denisa sudah pergi meninggalkan rumah untuk pergi berkumpul dengan teman sosialitanya. "Oma? silakan masuk, Oma," ajak Ambar dengan senyum yang dipaksakan. "Terima kasih, Ambar. Hmm ... kamar ini harum baunya. Apa kau yang sudah membersihkannya?" Nenek Laurine menatap sekeliling menya

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 6

    Bruk! "Maaf, Tuan," ucap Ambar meminta maaf pada sosok lelaki yang begitu tampan yang selesai memilih kemeja. Butik itu tidak hanya menyediakan pakaian wanita akan tetapi juga pakaian pria seperti kemeja dan juga jas mewah. "Hmm ...." Hanya itu suara yang keluar dari mulut lelaki itu. Sama sekali tidak ada ekspresi lain selain dingin dan datar. Biasanya lelaki yang ditabrak tidak sengaja oleh Ambar akan marah-marah badan mengatai Ambar yang tidak -tidak. Ambar tersenyum, walau tahu senyumnya tidak akan dibalas oleh lelaki tersebut. "Ternyata masih ada satu lelaki yang tidak memandang buruk fisikku," ucap Ambar senang karena dia tidak mendapat amarah dan ejekan dari laki-laki. Ambar melangkah menuju ke ruangan dimana semua baju berukuran besar. Ambar tersenyum senang, baju-baju itu terlihat bagus. "Ambar pilihlah salah satu yang menurutmu paling kamu suka dan cocok dengan tubuhmu," ucap Oma Laurine dengan senyuman. Oma laurine akan melakukan tes se

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 7

    Ambar menoleh ke arah nenek Laurine. "Iya, Oma." Gegas Ambar mengambil nasi untuk suaminya, walau dengan ras takut tidak berkenan di hati suaminya, Ambar tetap berusaha terlihat senormal mungkin. Dia tahu kalau setelah itu, Rexy akan marah kepadanya. "Cukup!" Rexy menghentikan tangan Ambar yang hendak mengambil lagi satu centong nasi untuk si Rexy. Ambar mengangguk dan meletakkan centong nasi ke dalam tempatnya kembali. "Mas mau lauk apa?" lanjut Ambar menawarkan pada Rexy dia mau diambilkan lauk apa. "Ambilkan yang itu aja," jawab Rexy sambil menunjuk ke arah lauk yang ia maksud. Satu mangkok telur balado telah menyita perhatian Rexy. "Baik, Mas." Tanpa banyak kata lagi, Ambar mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Rexy. Setelah itu Ambar ikut makan bersama dengan Oma Laurine dan juga Rexy. "Rexy, makan mu tambah terus sedari tadi. Masakan Ambar enak ya?" sindir nenek Laurine yang baru pertama kalinya melihat Rexy makan dengan lebih lahap dibanding dengan hari biasanya se

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 8

    Hari berganti hari hingga kini pernikahan Rexy dan Ambar menginjak enam bulan. Dari nikah hingga berjalan enam bulan, Rexy belum pernah menyentuh Ambar. Rexy jarang pulang karena mengurusi anak cabang baru di kota Surabaya. Ambar juga sibuk dengan belajar membuat desain baju dan juga program dietnya. Tanpa Ambar ketahui, sang suami terpikat oleh wanita yang menjadi sekretarisnya di Surabaya. "Hallo ... Maaf, Mas. Apa hari ini mas akan pulang? Sudah dua Minggu mas tidak pulang," ucap Ambar menanyakan suaminya apakah hari ini pulang atau tidak. Rencana dia akan memberi kejutan pada sang suami kalau dirinya akan membuka butik sendiri dengan baju hasil desainnya. Hari ini. Adalah hari pembukaan butik itu, Ambar ingin sang suami bisa menghadirinya. "Maaf, hari ini aku tidak bisa pulang masih ada hal yang harus aku urus. Mungkin minggu depan aku baru pulang. Kamu tidak usah menungguku!" jawab Rexy ketus, saat ini dia sedang sibuk dengan pekerjaannya bersama sang

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 9

    Ambar memperhatikan lelaki itu, pakaiannya nampak khas, ia juga membawa kamera yang dikalung dileher.“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Ambar.“Ah, perkenalkan, saya seorang jurnalis, saya datang kemari untuk meliput pembukaan butik tadi,, dan jika Nona berkenan bolehkan saya memewancari, Nona?” tanyanya.Ambar sedikit tercengang, ia tak percaya bahwa ia sampai akan diliput seperti ini, jujur saja ia sedikit grogi, namun jelas ia tak akan menolak tawaran tersebut.“Boleh sekali, mau mulai darimana?” tanya Ambar.“Bagaimana kalau kita membua janji temu? Agar lebih mudah mengatur keadaan,” tawar jurnalis itu.“Oh, iya-iya, boleh!” balas Ambar bersemangat.“Jika boleh tahu, kapan sekiranya Nona senggang?” tanya jurnalis itu kembali.“Lusa sepertinya butik tidak akan seramai sekarang atau besok, kita lakukan disini saja, bagaimana?” tanya Ambar.“Wah, boleh sekali! Jika begitu maka saya akan kembali kesini lusa,” ujarnya.Ambar menganggukan kepalanya, kemudian jurnalis itu meminta iz

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.10

    Ambar mulai berbicara di podium, jantungnya berdegup kencang, ia masih tak percaya dapat melangkah hingga sejauh ini. Wanita itu terus tersenyum lebar ketika mengatakan begitu banyak kata-kata yang memotivasi para wanita lainnya. Hingga saat ia selesai berbicara, gemuruh tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru lapangan. Ambar pun diberikan piagam karena sudah menjadi sosok Kartini masa kini yang menginspirasi banyak wanita. Disana, mereka berbicara dengan para tamu-tamu lainnya, banyak diantara mereka memuji langkah yang diambil oleh Ambar. "Oh, ternyata kamu sudah menikah? Apa suami kamu ikut kesini?" tanya seorang pengusaha wanita bernama Vera."Ah, tidak ... Dia sedang bekerja di luar kota," jawab Ambar. "Pasti suami kamu bangga melihat kamu seperti ini, andai saja dia ada di sini," ucap Vera sembari menepuk pundak Ambar. Ambar membalas ucapan Vera dengan senyuman, andai saja yang dikatakan Vera benar, ia akan bahagia, tetapi faktanya tidak demikian, Ambar tahu betul, entah

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.11

    Bab. 11 Ambar menatap ke arah kameramen, dia menjawab dengan elegan semua pertanyaan yang ditanyakan oleh wartawan. Semua semakin cinta dan kagum pada wanita itu. Siaran wawancara eksklusif dengan Ambar Sang Desainer Cantik pun tersebar, hingga semua saluran televisi menayangkan secara live wawancara itu. Sosok lelaki yang sedang santai menikmati siaran televisi bersama kekasihnya terkejut. "Uhuk! Uhuk!" "Ada apa, Mas?" tanya Nala heran melihat kekasihnya tersedak air putih yang ada di gelas. "Itu ... Bukankah itu si Ambar?!" "Ambar? Yang mana? Gak mungkin kan, Rex, Ambar badannya segede tong, sedangkan dia itu langsing dan seksi," jawab Nala yang gak percaya jika wanita yang sedang di wawancarai itu adalah Ambar -- istri Rexy. Nala menunjuk ke arah wanita cantik dengan body yang membuat iri diri Nala. "Benar juga, akan tetapi namanya sama dan bisnisnya sama," imbuh Rexy masih belum yakin jika itu bukan Ambar karena nama dan profesinya sama. "R

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 12

    Rexy menggeram marah karena dia tidak suka pada orang yang menghina apa yang sudah menjadi miliknya. "Ronan, Rexy, hentikan!! Ayolah ... Kita semua sahabat dan kita datang ke sini untuk bersenang -senang. Ayolah jangan saling bertengkar, itu tidak baik kawan. Sebaiknya kita habiskan malam ini untuk mabuk-mabukan!" ucap salah satu rekan Rexy yang menengahi pertikaian antara dirinya dengan Ronan. Rexy tidak benar-benar mabuk, dia hanya minum sedikit hingga ia dikejutkan oleh sosok yang sangat ia kenal. "Nala? Bukankah wanita itu adalah Nala?!" gumam Rexy menggosok kedua matanya agar bisa lebih jelas lagi. Rexy pura- pura tergeletak tidak sadarkan diri saat Nala lewat di depan mejanya. "Lihatlah, Nala. Lelakimu itu tidak lebih dari hanya seorang pecundang. Akan Tetapi mengapa kau masih bersamanya?" tanya lelaki itu sengaja berbicara di dekat tubuh Rexy agar Rexy mendengar kalau sang kekasih tidak mencintainya dengan sungguh-sungguh. Saat akan membenark

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.11

    Bab. 11 Ambar menatap ke arah kameramen, dia menjawab dengan elegan semua pertanyaan yang ditanyakan oleh wartawan. Semua semakin cinta dan kagum pada wanita itu. Siaran wawancara eksklusif dengan Ambar Sang Desainer Cantik pun tersebar, hingga semua saluran televisi menayangkan secara live wawancara itu. Sosok lelaki yang sedang santai menikmati siaran televisi bersama kekasihnya terkejut. "Uhuk! Uhuk!" "Ada apa, Mas?" tanya Nala heran melihat kekasihnya tersedak air putih yang ada di gelas. "Itu ... Bukankah itu si Ambar?!" "Ambar? Yang mana? Gak mungkin kan, Rex, Ambar badannya segede tong, sedangkan dia itu langsing dan seksi," jawab Nala yang gak percaya jika wanita yang sedang di wawancarai itu adalah Ambar -- istri Rexy. Nala menunjuk ke arah wanita cantik dengan body yang membuat iri diri Nala. "Benar juga, akan tetapi namanya sama dan bisnisnya sama," imbuh Rexy masih belum yakin jika itu bukan Ambar karena nama dan profesinya sama. "R

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.10

    Ambar mulai berbicara di podium, jantungnya berdegup kencang, ia masih tak percaya dapat melangkah hingga sejauh ini. Wanita itu terus tersenyum lebar ketika mengatakan begitu banyak kata-kata yang memotivasi para wanita lainnya. Hingga saat ia selesai berbicara, gemuruh tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru lapangan. Ambar pun diberikan piagam karena sudah menjadi sosok Kartini masa kini yang menginspirasi banyak wanita. Disana, mereka berbicara dengan para tamu-tamu lainnya, banyak diantara mereka memuji langkah yang diambil oleh Ambar. "Oh, ternyata kamu sudah menikah? Apa suami kamu ikut kesini?" tanya seorang pengusaha wanita bernama Vera."Ah, tidak ... Dia sedang bekerja di luar kota," jawab Ambar. "Pasti suami kamu bangga melihat kamu seperti ini, andai saja dia ada di sini," ucap Vera sembari menepuk pundak Ambar. Ambar membalas ucapan Vera dengan senyuman, andai saja yang dikatakan Vera benar, ia akan bahagia, tetapi faktanya tidak demikian, Ambar tahu betul, entah

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 9

    Ambar memperhatikan lelaki itu, pakaiannya nampak khas, ia juga membawa kamera yang dikalung dileher.“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Ambar.“Ah, perkenalkan, saya seorang jurnalis, saya datang kemari untuk meliput pembukaan butik tadi,, dan jika Nona berkenan bolehkan saya memewancari, Nona?” tanyanya.Ambar sedikit tercengang, ia tak percaya bahwa ia sampai akan diliput seperti ini, jujur saja ia sedikit grogi, namun jelas ia tak akan menolak tawaran tersebut.“Boleh sekali, mau mulai darimana?” tanya Ambar.“Bagaimana kalau kita membua janji temu? Agar lebih mudah mengatur keadaan,” tawar jurnalis itu.“Oh, iya-iya, boleh!” balas Ambar bersemangat.“Jika boleh tahu, kapan sekiranya Nona senggang?” tanya jurnalis itu kembali.“Lusa sepertinya butik tidak akan seramai sekarang atau besok, kita lakukan disini saja, bagaimana?” tanya Ambar.“Wah, boleh sekali! Jika begitu maka saya akan kembali kesini lusa,” ujarnya.Ambar menganggukan kepalanya, kemudian jurnalis itu meminta iz

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 8

    Hari berganti hari hingga kini pernikahan Rexy dan Ambar menginjak enam bulan. Dari nikah hingga berjalan enam bulan, Rexy belum pernah menyentuh Ambar. Rexy jarang pulang karena mengurusi anak cabang baru di kota Surabaya. Ambar juga sibuk dengan belajar membuat desain baju dan juga program dietnya. Tanpa Ambar ketahui, sang suami terpikat oleh wanita yang menjadi sekretarisnya di Surabaya. "Hallo ... Maaf, Mas. Apa hari ini mas akan pulang? Sudah dua Minggu mas tidak pulang," ucap Ambar menanyakan suaminya apakah hari ini pulang atau tidak. Rencana dia akan memberi kejutan pada sang suami kalau dirinya akan membuka butik sendiri dengan baju hasil desainnya. Hari ini. Adalah hari pembukaan butik itu, Ambar ingin sang suami bisa menghadirinya. "Maaf, hari ini aku tidak bisa pulang masih ada hal yang harus aku urus. Mungkin minggu depan aku baru pulang. Kamu tidak usah menungguku!" jawab Rexy ketus, saat ini dia sedang sibuk dengan pekerjaannya bersama sang

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 7

    Ambar menoleh ke arah nenek Laurine. "Iya, Oma." Gegas Ambar mengambil nasi untuk suaminya, walau dengan ras takut tidak berkenan di hati suaminya, Ambar tetap berusaha terlihat senormal mungkin. Dia tahu kalau setelah itu, Rexy akan marah kepadanya. "Cukup!" Rexy menghentikan tangan Ambar yang hendak mengambil lagi satu centong nasi untuk si Rexy. Ambar mengangguk dan meletakkan centong nasi ke dalam tempatnya kembali. "Mas mau lauk apa?" lanjut Ambar menawarkan pada Rexy dia mau diambilkan lauk apa. "Ambilkan yang itu aja," jawab Rexy sambil menunjuk ke arah lauk yang ia maksud. Satu mangkok telur balado telah menyita perhatian Rexy. "Baik, Mas." Tanpa banyak kata lagi, Ambar mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Rexy. Setelah itu Ambar ikut makan bersama dengan Oma Laurine dan juga Rexy. "Rexy, makan mu tambah terus sedari tadi. Masakan Ambar enak ya?" sindir nenek Laurine yang baru pertama kalinya melihat Rexy makan dengan lebih lahap dibanding dengan hari biasanya se

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 6

    Bruk! "Maaf, Tuan," ucap Ambar meminta maaf pada sosok lelaki yang begitu tampan yang selesai memilih kemeja. Butik itu tidak hanya menyediakan pakaian wanita akan tetapi juga pakaian pria seperti kemeja dan juga jas mewah. "Hmm ...." Hanya itu suara yang keluar dari mulut lelaki itu. Sama sekali tidak ada ekspresi lain selain dingin dan datar. Biasanya lelaki yang ditabrak tidak sengaja oleh Ambar akan marah-marah badan mengatai Ambar yang tidak -tidak. Ambar tersenyum, walau tahu senyumnya tidak akan dibalas oleh lelaki tersebut. "Ternyata masih ada satu lelaki yang tidak memandang buruk fisikku," ucap Ambar senang karena dia tidak mendapat amarah dan ejekan dari laki-laki. Ambar melangkah menuju ke ruangan dimana semua baju berukuran besar. Ambar tersenyum senang, baju-baju itu terlihat bagus. "Ambar pilihlah salah satu yang menurutmu paling kamu suka dan cocok dengan tubuhmu," ucap Oma Laurine dengan senyuman. Oma laurine akan melakukan tes se

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 5

    Oma menatap Ambar yang ia tahu kalau diri Ambar menyembunyikan sesuatu dan juga menahan rasa takut agar terlihat normal dan baik-baik saja. "Ambar, tidak akan aku biarkan kamu menderita, Nak. Rexy dan Denisa harus segera disadarkan bahwa gaya hidup mereka yang hedon akan menghancurkan perusahaan yang suamiku bangun dari nol," gumam Oma tersenyum lalu mengangguk ke arah Ambar. Ambar kembali ke kamarnya untuk membereskan baju tidur Rexy yang pastinya tersebar di sembarang tempat. Rexy anak yang manja, dia tidak akan mau merapikan kamarnya sendiri. Menurut Rexy itu adalah pekerjaan pembantu yang sudah dibayar untuk membereskan semua. Tok! Tok! Nenek Laurine datang mengetuk pintu, setelah dirasa Denisa sudah pergi meninggalkan rumah untuk pergi berkumpul dengan teman sosialitanya. "Oma? silakan masuk, Oma," ajak Ambar dengan senyum yang dipaksakan. "Terima kasih, Ambar. Hmm ... kamar ini harum baunya. Apa kau yang sudah membersihkannya?" Nenek Laurine menatap sekeliling menya

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 4

    Wanita tua dengan penampilan serba mewah itu mendekat ke arah Rexy dan Ambar yang duduk di pelaminan. "Rexy, selamat grandma ucapkan, jangan sampai kau menyakiti wanita ini jika kau masih ingin mendapatkan warisan dari grandma!" ucap wanita tua itu dengan tersenyum miring. Glek! Rexy menelan kasar ludahnya. Tidak menyangka jika sang nenek malah mendukung wanita big size itu dibandingkan dengan cucu kandungnya sendiri. "Tapi, Grandma?! Rexy ini cucu Grandma, mengapa grandma tidak membela Rexy, tapi malah mendukung Buldozer ini!" protes Rexy terlihat kesal dan tidak terima jika nenek yang ia harapkan bisa membebaskan dirinya dari neraka pernikahan ini, ternyata tidak bisa diharapkan. "Tidak ada tapi-tapian, Rexy! Jalani pernikahan kalian dengan baik, jika tidak satu peser pun tidak akan grandma berikan padamu. Kalau perlu grandma coret dari daftar ahli waris grandma. Apa kamu paham?!" seru wanita tua itu dengan tegas. Rexy tidak bisa menggugat ata

DMCA.com Protection Status