Share

Bab. 4

Penulis: Arti@Shiyoriko
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-12 12:38:27

Wanita tua dengan penampilan serba mewah itu mendekat ke arah Rexy dan Ambar yang duduk di pelaminan.

"Rexy, selamat grandma ucapkan, jangan sampai kau menyakiti wanita ini jika kau masih ingin mendapatkan warisan dari grandma!" ucap wanita tua itu dengan tersenyum miring.

Glek!

Rexy menelan kasar ludahnya. Tidak menyangka jika sang nenek malah mendukung wanita big size itu dibandingkan dengan cucu kandungnya sendiri.

"Tapi, Grandma?! Rexy ini cucu Grandma, mengapa grandma tidak membela Rexy, tapi malah mendukung Buldozer ini!" protes Rexy terlihat kesal dan tidak terima jika nenek yang ia harapkan bisa membebaskan dirinya dari neraka pernikahan ini, ternyata tidak bisa diharapkan.

"Tidak ada tapi-tapian, Rexy! Jalani pernikahan kalian dengan baik, jika tidak satu peser pun tidak akan grandma berikan padamu. Kalau perlu grandma coret dari daftar ahli waris grandma. Apa kamu paham?!" seru wanita tua itu dengan tegas.

Rexy tidak bisa menggugat atau minta bantuan lagi karena sang nenek sudah berkata seperti itu. Terpaksa Rexy harus menerima pernikahannya dengan wanita yang serba big size ukuran tubuhnya itu.

Denisa yang melihat anak lelaki satu-satunya itu diperlakukan tidak adil oleh mertuanya, mengepalkan kedua tangannya. Wajah Denisa merah padam, impiannya mendapatkan menantu yang cantik dan seksi seperti model pupus sudah.

"Aku tidak akan membiarkan Rexy menderita lebih lama lagi. Aku terlalu bodoh mengikuti keinginan mas Jhon. Aku kira menantuku itu cantik dengan body yang tidak memalukan seperti gadis itu! Ternyata semua hanya mimpi yang tidak pernah akan terwujud!" gumam Denisa menghela napas panjang.

***

Hari pun berlalu, Rexy tinggal satu rumah dengan Ambar di rumah orang tuanya.

"Heh, Buldozer! Cepat bagi makanan mu untukku! Perutmu sudah segede balon udara, kenapa kau masih doyan makan juga, hah! Lebih baik, diet jangan banyak makan?" ucap Rexy ketika melihat Ambar makan sepiring penuh. Rexy mengejek dan mengatai Ambar dengan kasar.

"Tapi, Mas ... Aku sedari pagi belum sarapan! Aku sangat lapar sekali," ucap Ambar enggan menghentikan makannya.

Rexy menghampiri Ambar dan merebut piring yang ada di meja depan Ambar.

"Badan Lo itu sudah segede tong sampah depan rumah itu! Harusnya bersyukur makanan mu aku ambil! Dengan begitu kamu bisa diet! Gak gendut lagi!!" ejek Rexy dengan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan hati Ambar.

Ambar hanya bisa menelan kasar ludahnya, dia tidak berani melawan Rexy. Ambar berdiri dan ingin ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sedikit membasahi tenggorokannya yang kering.

Bruuk!

"Heh, dasar gendut! Jalan lihat -lihat, sempit gak! Badan dah segede galon, jalan gak pakai mata! Oh lupa, kau pakai kacamata ya? Ganti pakai kaca mata kuda sana, sudah pakai kacamata masih saja nabrak orang!!" seru Denisa yang tidak sengaja menabrak tubuh Ambar.

Ambar menunduk takut tidak berani menatap sosok wanita yang menjadi penguasa rumah yang ia tempat saat ini. Walau tidak bisa dipungkiri, sebagai menantu dia ingin juga disayang oleh mertuanya.

"Ma ... Maaf!" Hanya kata itu yang terucap di bibir mungil Ambar. Meskipun Ambar memiliki badan yang melebar ke samping, tapi Ambar memiliki wajah yang cantik alami. Mata bulat dengan bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir mungil. Hanya saja semua itu tertutup oleh badan gemuknya.

Bukan karena Ambar gemuk dari sejak dia lahir, akan tetapi karena dirinya semenjak berusia 11 tahun rutin konsumsi obat syaraf. Ambar di usia itu mengidap epilepsi. Obat syaraf yang dikonsumsi Ambar membuat nafsu makan Ambar meningkat dan cepat mengantuk.

Selain itu Ambar kecil tidak boleh stres dan harus selalu bahagia. Untuk itu kedua orang tuanya sangat memanjakan dirinya. Seiring berjalannya waktu, tubuh Ambar melar hingga sampai kelas tiga SMU berat badan Ambar mencapai 80 kg.

Denisa menghampiri Rexy lalu mereka makan berdua tanpa menunggu Jhon dan juga ibu mertuanya- Renita.

"Mama, Rexy berangkat ke kantor dahulu ya," ucap Rexy bangkit dari tempat duduknya lalu mengecup kening sang ibu.

"Hati-hati, Sayang. Bekerja ya g giat ya, biar cepat kaya," jawab sang ibu sambil tersenyum melihat anaknya sudah beraktifitas masuk kantor lagi.

"Okey, Ma. Berangkat dulu ya," sahut Rexy sambil melambaikan tangan. Namun, belum sampai di depan pintu. Suara khas wanita tua terdengar di telinga Rexy.

"Rexy, tunggu!" seru Nenek yang menjadi tetua rumah itu.

Rexy menghentikan langkahnya, hanya tinggal beberapa langkah lagi sudah di pintu luar.

"Ya, Grandma?!" sahu Rexy menoleh ke arah Renita.

"Mengapa kau tidak pamitan pada istrimu hah!" seru nenek Renita yang melihat semua dari kamarnya.

Rexy melongo, tidak percaya pada apa yang ia dengar. Sang nenek meminta dirinya untuk berpamitan pada Ambar.

"Mm ... Itu, Grandma. Ambar lagi tiduran di kamar. Rexy tadi sudah berpamitan," ucap Rexy berbohong pada nenek Renita.

"Benar kok, Ma. Tadi Rexy sudah berpamitan. Tanya saja pada Ambar, tuh Ambar baru saja ke dapur. Istri jam segini baru bangun, pasti suaminya sangat memanjakan dirinya! Benar kan , Rexy?" ucap Denisa mencari muka untuk anak lelakinya. Berharap Rexy mendapatkan warisan dari neneknya yang kaya raya itu.

"Mm ... Iya, Ma. Rexy biarkan Ambar tidur karena takut dah kebiasaannya di kampung bangun siang, di sini bangun pagi. Kan jadi kasihan," jawab Rexy semakin menjelekkan sang istri di depan neneknya. Berharap sang nenek akan mengusir Ambar dan mau memberikan warisan yang menjadi hak Rexy.

"Benar begitu, Ambar?" tanya nenek Renita pada wanita gemuk yang menunduk sambil membawa kain lap. Pertanda dirinya lah yang masak dan mencuci perabotan di dapur. Semua itu perintah Denisa, walaupun ada ART. Namun karena kebencian Denisa pada menantunya, ia meminta Ambar bangun pagi untuk memasak dan beberes rumah. Sedangkan ART dia suruh mengerjakan yang lain.

"Benar, Oma. Ambar baru bangun lalu ke dapur ambil makanan," jawab Ambar yang mendapat tatapan tajam dari ibu mertuanya. Ambar memilih mencari aman daripada mendapatkan hukuman dari mertuanya itu. Hidup Ambar bagai di neraka, dia hanya mendapatkan perlakuan baik jika di hadapan nenek Renita dan juga Jhon -- papa mertuanya.

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 5

    Oma menatap Ambar yang ia tahu kalau diri Ambar menyembunyikan sesuatu dan juga menahan rasa takut agar terlihat normal dan baik-baik saja. "Ambar, tidak akan aku biarkan kamu menderita, Nak. Rexy dan Denisa harus segera disadarkan bahwa gaya hidup mereka yang hedon akan menghancurkan perusahaan yang suamiku bangun dari nol," gumam Oma tersenyum lalu mengangguk ke arah Ambar. Ambar kembali ke kamarnya untuk membereskan baju tidur Rexy yang pastinya tersebar di sembarang tempat. Rexy anak yang manja, dia tidak akan mau merapikan kamarnya sendiri. Menurut Rexy itu adalah pekerjaan pembantu yang sudah dibayar untuk membereskan semua. Tok! Tok! Nenek Laurine datang mengetuk pintu, setelah dirasa Denisa sudah pergi meninggalkan rumah untuk pergi berkumpul dengan teman sosialitanya. "Oma? silakan masuk, Oma," ajak Ambar dengan senyum yang dipaksakan. "Terima kasih, Ambar. Hmm ... kamar ini harum baunya. Apa kau yang sudah membersihkannya?" Nenek Laurine menatap sekeliling menya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 6

    Bruk! "Maaf, Tuan," ucap Ambar meminta maaf pada sosok lelaki yang begitu tampan yang selesai memilih kemeja. Butik itu tidak hanya menyediakan pakaian wanita akan tetapi juga pakaian pria seperti kemeja dan juga jas mewah. "Hmm ...." Hanya itu suara yang keluar dari mulut lelaki itu. Sama sekali tidak ada ekspresi lain selain dingin dan datar. Biasanya lelaki yang ditabrak tidak sengaja oleh Ambar akan marah-marah badan mengatai Ambar yang tidak -tidak. Ambar tersenyum, walau tahu senyumnya tidak akan dibalas oleh lelaki tersebut. "Ternyata masih ada satu lelaki yang tidak memandang buruk fisikku," ucap Ambar senang karena dia tidak mendapat amarah dan ejekan dari laki-laki. Ambar melangkah menuju ke ruangan dimana semua baju berukuran besar. Ambar tersenyum senang, baju-baju itu terlihat bagus. "Ambar pilihlah salah satu yang menurutmu paling kamu suka dan cocok dengan tubuhmu," ucap Oma Laurine dengan senyuman. Oma laurine akan melakukan tes se

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 7

    Ambar menoleh ke arah nenek Laurine. "Iya, Oma." Gegas Ambar mengambil nasi untuk suaminya, walau dengan ras takut tidak berkenan di hati suaminya, Ambar tetap berusaha terlihat senormal mungkin. Dia tahu kalau setelah itu, Rexy akan marah kepadanya. "Cukup!" Rexy menghentikan tangan Ambar yang hendak mengambil lagi satu centong nasi untuk si Rexy. Ambar mengangguk dan meletakkan centong nasi ke dalam tempatnya kembali. "Mas mau lauk apa?" lanjut Ambar menawarkan pada Rexy dia mau diambilkan lauk apa. "Ambilkan yang itu aja," jawab Rexy sambil menunjuk ke arah lauk yang ia maksud. Satu mangkok telur balado telah menyita perhatian Rexy. "Baik, Mas." Tanpa banyak kata lagi, Ambar mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Rexy. Setelah itu Ambar ikut makan bersama dengan Oma Laurine dan juga Rexy. "Rexy, makan mu tambah terus sedari tadi. Masakan Ambar enak ya?" sindir nenek Laurine yang baru pertama kalinya melihat Rexy makan dengan lebih lahap dibanding dengan hari biasanya se

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 8

    Hari berganti hari hingga kini pernikahan Rexy dan Ambar menginjak enam bulan. Dari nikah hingga berjalan enam bulan, Rexy belum pernah menyentuh Ambar. Rexy jarang pulang karena mengurusi anak cabang baru di kota Surabaya. Ambar juga sibuk dengan belajar membuat desain baju dan juga program dietnya. Tanpa Ambar ketahui, sang suami terpikat oleh wanita yang menjadi sekretarisnya di Surabaya. "Hallo ... Maaf, Mas. Apa hari ini mas akan pulang? Sudah dua Minggu mas tidak pulang," ucap Ambar menanyakan suaminya apakah hari ini pulang atau tidak. Rencana dia akan memberi kejutan pada sang suami kalau dirinya akan membuka butik sendiri dengan baju hasil desainnya. Hari ini. Adalah hari pembukaan butik itu, Ambar ingin sang suami bisa menghadirinya. "Maaf, hari ini aku tidak bisa pulang masih ada hal yang harus aku urus. Mungkin minggu depan aku baru pulang. Kamu tidak usah menungguku!" jawab Rexy ketus, saat ini dia sedang sibuk dengan pekerjaannya bersama sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 9

    Ambar memperhatikan lelaki itu, pakaiannya nampak khas, ia juga membawa kamera yang dikalung dileher.“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Ambar.“Ah, perkenalkan, saya seorang jurnalis, saya datang kemari untuk meliput pembukaan butik tadi,, dan jika Nona berkenan bolehkan saya memewancari, Nona?” tanyanya.Ambar sedikit tercengang, ia tak percaya bahwa ia sampai akan diliput seperti ini, jujur saja ia sedikit grogi, namun jelas ia tak akan menolak tawaran tersebut.“Boleh sekali, mau mulai darimana?” tanya Ambar.“Bagaimana kalau kita membua janji temu? Agar lebih mudah mengatur keadaan,” tawar jurnalis itu.“Oh, iya-iya, boleh!” balas Ambar bersemangat.“Jika boleh tahu, kapan sekiranya Nona senggang?” tanya jurnalis itu kembali.“Lusa sepertinya butik tidak akan seramai sekarang atau besok, kita lakukan disini saja, bagaimana?” tanya Ambar.“Wah, boleh sekali! Jika begitu maka saya akan kembali kesini lusa,” ujarnya.Ambar menganggukan kepalanya, kemudian jurnalis itu meminta iz

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.10

    Ambar mulai berbicara di podium, jantungnya berdegup kencang, ia masih tak percaya dapat melangkah hingga sejauh ini. Wanita itu terus tersenyum lebar ketika mengatakan begitu banyak kata-kata yang memotivasi para wanita lainnya. Hingga saat ia selesai berbicara, gemuruh tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru lapangan. Ambar pun diberikan piagam karena sudah menjadi sosok Kartini masa kini yang menginspirasi banyak wanita. Disana, mereka berbicara dengan para tamu-tamu lainnya, banyak diantara mereka memuji langkah yang diambil oleh Ambar. "Oh, ternyata kamu sudah menikah? Apa suami kamu ikut kesini?" tanya seorang pengusaha wanita bernama Vera."Ah, tidak ... Dia sedang bekerja di luar kota," jawab Ambar. "Pasti suami kamu bangga melihat kamu seperti ini, andai saja dia ada di sini," ucap Vera sembari menepuk pundak Ambar. Ambar membalas ucapan Vera dengan senyuman, andai saja yang dikatakan Vera benar, ia akan bahagia, tetapi faktanya tidak demikian, Ambar tahu betul, entah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.11

    Bab. 11 Ambar menatap ke arah kameramen, dia menjawab dengan elegan semua pertanyaan yang ditanyakan oleh wartawan. Semua semakin cinta dan kagum pada wanita itu. Siaran wawancara eksklusif dengan Ambar Sang Desainer Cantik pun tersebar, hingga semua saluran televisi menayangkan secara live wawancara itu. Sosok lelaki yang sedang santai menikmati siaran televisi bersama kekasihnya terkejut. "Uhuk! Uhuk!" "Ada apa, Mas?" tanya Nala heran melihat kekasihnya tersedak air putih yang ada di gelas. "Itu ... Bukankah itu si Ambar?!" "Ambar? Yang mana? Gak mungkin kan, Rex, Ambar badannya segede tong, sedangkan dia itu langsing dan seksi," jawab Nala yang gak percaya jika wanita yang sedang di wawancarai itu adalah Ambar -- istri Rexy. Nala menunjuk ke arah wanita cantik dengan body yang membuat iri diri Nala. "Benar juga, akan tetapi namanya sama dan bisnisnya sama," imbuh Rexy masih belum yakin jika itu bukan Ambar karena nama dan profesinya sama. "R

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 12

    Rexy menggeram marah karena dia tidak suka pada orang yang menghina apa yang sudah menjadi miliknya. "Ronan, Rexy, hentikan!! Ayolah ... Kita semua sahabat dan kita datang ke sini untuk bersenang -senang. Ayolah jangan saling bertengkar, itu tidak baik kawan. Sebaiknya kita habiskan malam ini untuk mabuk-mabukan!" ucap salah satu rekan Rexy yang menengahi pertikaian antara dirinya dengan Ronan. Rexy tidak benar-benar mabuk, dia hanya minum sedikit hingga ia dikejutkan oleh sosok yang sangat ia kenal. "Nala? Bukankah wanita itu adalah Nala?!" gumam Rexy menggosok kedua matanya agar bisa lebih jelas lagi. Rexy pura- pura tergeletak tidak sadarkan diri saat Nala lewat di depan mejanya. "Lihatlah, Nala. Lelakimu itu tidak lebih dari hanya seorang pecundang. Akan Tetapi mengapa kau masih bersamanya?" tanya lelaki itu sengaja berbicara di dekat tubuh Rexy agar Rexy mendengar kalau sang kekasih tidak mencintainya dengan sungguh-sungguh. Saat akan membenark

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 12

    Rexy menggeram marah karena dia tidak suka pada orang yang menghina apa yang sudah menjadi miliknya. "Ronan, Rexy, hentikan!! Ayolah ... Kita semua sahabat dan kita datang ke sini untuk bersenang -senang. Ayolah jangan saling bertengkar, itu tidak baik kawan. Sebaiknya kita habiskan malam ini untuk mabuk-mabukan!" ucap salah satu rekan Rexy yang menengahi pertikaian antara dirinya dengan Ronan. Rexy tidak benar-benar mabuk, dia hanya minum sedikit hingga ia dikejutkan oleh sosok yang sangat ia kenal. "Nala? Bukankah wanita itu adalah Nala?!" gumam Rexy menggosok kedua matanya agar bisa lebih jelas lagi. Rexy pura- pura tergeletak tidak sadarkan diri saat Nala lewat di depan mejanya. "Lihatlah, Nala. Lelakimu itu tidak lebih dari hanya seorang pecundang. Akan Tetapi mengapa kau masih bersamanya?" tanya lelaki itu sengaja berbicara di dekat tubuh Rexy agar Rexy mendengar kalau sang kekasih tidak mencintainya dengan sungguh-sungguh. Saat akan membenark

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.11

    Bab. 11 Ambar menatap ke arah kameramen, dia menjawab dengan elegan semua pertanyaan yang ditanyakan oleh wartawan. Semua semakin cinta dan kagum pada wanita itu. Siaran wawancara eksklusif dengan Ambar Sang Desainer Cantik pun tersebar, hingga semua saluran televisi menayangkan secara live wawancara itu. Sosok lelaki yang sedang santai menikmati siaran televisi bersama kekasihnya terkejut. "Uhuk! Uhuk!" "Ada apa, Mas?" tanya Nala heran melihat kekasihnya tersedak air putih yang ada di gelas. "Itu ... Bukankah itu si Ambar?!" "Ambar? Yang mana? Gak mungkin kan, Rex, Ambar badannya segede tong, sedangkan dia itu langsing dan seksi," jawab Nala yang gak percaya jika wanita yang sedang di wawancarai itu adalah Ambar -- istri Rexy. Nala menunjuk ke arah wanita cantik dengan body yang membuat iri diri Nala. "Benar juga, akan tetapi namanya sama dan bisnisnya sama," imbuh Rexy masih belum yakin jika itu bukan Ambar karena nama dan profesinya sama. "R

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab.10

    Ambar mulai berbicara di podium, jantungnya berdegup kencang, ia masih tak percaya dapat melangkah hingga sejauh ini. Wanita itu terus tersenyum lebar ketika mengatakan begitu banyak kata-kata yang memotivasi para wanita lainnya. Hingga saat ia selesai berbicara, gemuruh tepuk tangan terdengar dari seluruh penjuru lapangan. Ambar pun diberikan piagam karena sudah menjadi sosok Kartini masa kini yang menginspirasi banyak wanita. Disana, mereka berbicara dengan para tamu-tamu lainnya, banyak diantara mereka memuji langkah yang diambil oleh Ambar. "Oh, ternyata kamu sudah menikah? Apa suami kamu ikut kesini?" tanya seorang pengusaha wanita bernama Vera."Ah, tidak ... Dia sedang bekerja di luar kota," jawab Ambar. "Pasti suami kamu bangga melihat kamu seperti ini, andai saja dia ada di sini," ucap Vera sembari menepuk pundak Ambar. Ambar membalas ucapan Vera dengan senyuman, andai saja yang dikatakan Vera benar, ia akan bahagia, tetapi faktanya tidak demikian, Ambar tahu betul, entah

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 9

    Ambar memperhatikan lelaki itu, pakaiannya nampak khas, ia juga membawa kamera yang dikalung dileher.“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Ambar.“Ah, perkenalkan, saya seorang jurnalis, saya datang kemari untuk meliput pembukaan butik tadi,, dan jika Nona berkenan bolehkan saya memewancari, Nona?” tanyanya.Ambar sedikit tercengang, ia tak percaya bahwa ia sampai akan diliput seperti ini, jujur saja ia sedikit grogi, namun jelas ia tak akan menolak tawaran tersebut.“Boleh sekali, mau mulai darimana?” tanya Ambar.“Bagaimana kalau kita membua janji temu? Agar lebih mudah mengatur keadaan,” tawar jurnalis itu.“Oh, iya-iya, boleh!” balas Ambar bersemangat.“Jika boleh tahu, kapan sekiranya Nona senggang?” tanya jurnalis itu kembali.“Lusa sepertinya butik tidak akan seramai sekarang atau besok, kita lakukan disini saja, bagaimana?” tanya Ambar.“Wah, boleh sekali! Jika begitu maka saya akan kembali kesini lusa,” ujarnya.Ambar menganggukan kepalanya, kemudian jurnalis itu meminta iz

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 8

    Hari berganti hari hingga kini pernikahan Rexy dan Ambar menginjak enam bulan. Dari nikah hingga berjalan enam bulan, Rexy belum pernah menyentuh Ambar. Rexy jarang pulang karena mengurusi anak cabang baru di kota Surabaya. Ambar juga sibuk dengan belajar membuat desain baju dan juga program dietnya. Tanpa Ambar ketahui, sang suami terpikat oleh wanita yang menjadi sekretarisnya di Surabaya. "Hallo ... Maaf, Mas. Apa hari ini mas akan pulang? Sudah dua Minggu mas tidak pulang," ucap Ambar menanyakan suaminya apakah hari ini pulang atau tidak. Rencana dia akan memberi kejutan pada sang suami kalau dirinya akan membuka butik sendiri dengan baju hasil desainnya. Hari ini. Adalah hari pembukaan butik itu, Ambar ingin sang suami bisa menghadirinya. "Maaf, hari ini aku tidak bisa pulang masih ada hal yang harus aku urus. Mungkin minggu depan aku baru pulang. Kamu tidak usah menungguku!" jawab Rexy ketus, saat ini dia sedang sibuk dengan pekerjaannya bersama sang

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 7

    Ambar menoleh ke arah nenek Laurine. "Iya, Oma." Gegas Ambar mengambil nasi untuk suaminya, walau dengan ras takut tidak berkenan di hati suaminya, Ambar tetap berusaha terlihat senormal mungkin. Dia tahu kalau setelah itu, Rexy akan marah kepadanya. "Cukup!" Rexy menghentikan tangan Ambar yang hendak mengambil lagi satu centong nasi untuk si Rexy. Ambar mengangguk dan meletakkan centong nasi ke dalam tempatnya kembali. "Mas mau lauk apa?" lanjut Ambar menawarkan pada Rexy dia mau diambilkan lauk apa. "Ambilkan yang itu aja," jawab Rexy sambil menunjuk ke arah lauk yang ia maksud. Satu mangkok telur balado telah menyita perhatian Rexy. "Baik, Mas." Tanpa banyak kata lagi, Ambar mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Rexy. Setelah itu Ambar ikut makan bersama dengan Oma Laurine dan juga Rexy. "Rexy, makan mu tambah terus sedari tadi. Masakan Ambar enak ya?" sindir nenek Laurine yang baru pertama kalinya melihat Rexy makan dengan lebih lahap dibanding dengan hari biasanya se

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 6

    Bruk! "Maaf, Tuan," ucap Ambar meminta maaf pada sosok lelaki yang begitu tampan yang selesai memilih kemeja. Butik itu tidak hanya menyediakan pakaian wanita akan tetapi juga pakaian pria seperti kemeja dan juga jas mewah. "Hmm ...." Hanya itu suara yang keluar dari mulut lelaki itu. Sama sekali tidak ada ekspresi lain selain dingin dan datar. Biasanya lelaki yang ditabrak tidak sengaja oleh Ambar akan marah-marah badan mengatai Ambar yang tidak -tidak. Ambar tersenyum, walau tahu senyumnya tidak akan dibalas oleh lelaki tersebut. "Ternyata masih ada satu lelaki yang tidak memandang buruk fisikku," ucap Ambar senang karena dia tidak mendapat amarah dan ejekan dari laki-laki. Ambar melangkah menuju ke ruangan dimana semua baju berukuran besar. Ambar tersenyum senang, baju-baju itu terlihat bagus. "Ambar pilihlah salah satu yang menurutmu paling kamu suka dan cocok dengan tubuhmu," ucap Oma Laurine dengan senyuman. Oma laurine akan melakukan tes se

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 5

    Oma menatap Ambar yang ia tahu kalau diri Ambar menyembunyikan sesuatu dan juga menahan rasa takut agar terlihat normal dan baik-baik saja. "Ambar, tidak akan aku biarkan kamu menderita, Nak. Rexy dan Denisa harus segera disadarkan bahwa gaya hidup mereka yang hedon akan menghancurkan perusahaan yang suamiku bangun dari nol," gumam Oma tersenyum lalu mengangguk ke arah Ambar. Ambar kembali ke kamarnya untuk membereskan baju tidur Rexy yang pastinya tersebar di sembarang tempat. Rexy anak yang manja, dia tidak akan mau merapikan kamarnya sendiri. Menurut Rexy itu adalah pekerjaan pembantu yang sudah dibayar untuk membereskan semua. Tok! Tok! Nenek Laurine datang mengetuk pintu, setelah dirasa Denisa sudah pergi meninggalkan rumah untuk pergi berkumpul dengan teman sosialitanya. "Oma? silakan masuk, Oma," ajak Ambar dengan senyum yang dipaksakan. "Terima kasih, Ambar. Hmm ... kamar ini harum baunya. Apa kau yang sudah membersihkannya?" Nenek Laurine menatap sekeliling menya

  • Terjerat Cinta Wanita 80 Kg   Bab. 4

    Wanita tua dengan penampilan serba mewah itu mendekat ke arah Rexy dan Ambar yang duduk di pelaminan. "Rexy, selamat grandma ucapkan, jangan sampai kau menyakiti wanita ini jika kau masih ingin mendapatkan warisan dari grandma!" ucap wanita tua itu dengan tersenyum miring. Glek! Rexy menelan kasar ludahnya. Tidak menyangka jika sang nenek malah mendukung wanita big size itu dibandingkan dengan cucu kandungnya sendiri. "Tapi, Grandma?! Rexy ini cucu Grandma, mengapa grandma tidak membela Rexy, tapi malah mendukung Buldozer ini!" protes Rexy terlihat kesal dan tidak terima jika nenek yang ia harapkan bisa membebaskan dirinya dari neraka pernikahan ini, ternyata tidak bisa diharapkan. "Tidak ada tapi-tapian, Rexy! Jalani pernikahan kalian dengan baik, jika tidak satu peser pun tidak akan grandma berikan padamu. Kalau perlu grandma coret dari daftar ahli waris grandma. Apa kamu paham?!" seru wanita tua itu dengan tegas. Rexy tidak bisa menggugat ata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status