"Ini surat perjanjian yang aku tanda tangani saat hamil pertama kali. Ale memintaku untuk memikirkannya sebelum menandatanganinya." Alicia meletakkan sebuah map di depan pengacaranya."Apakah waktu itu kau tidak didampingi seorang pengacara?" Tanya pria berjas abu-abu itu seraya mengambil map dan membukanya."Tentu saja ada Pengacara Martinez yang mendampingiku saat itu." Sahut Alicia tegas. Disibakkannya rambut panjangnya dengan hati-hati.Alicia Dominguez adalah gambaran wanita latin sesungguhnya. Dia memiliki segala ciri khas kecantikan ala latina. Dengan kulit kecoklatan yang eksotis, rambut hitam legam panjang dan tubuh Indan nan aduhai.Lelaki mana pun pasti akan meliriknya dan mengaguminya. Meski banyak media dan netizen yang mencibir dengan mengatakan dia mendapatkan tubuh aduhai yang diidamkan banyak wanita itu setelah mulai berkencan dengan Alejandro Castillo."Begitu ya. Apakah Martinez tidak mengatakan sesuatu padamu saat itu?" Pria itu mengerutkan keningnya setelah membac
"Kau serius dengan rencanamu ini?" Enrico bertanya padanya. Memperhatikan Sasmaya yang tengah merapikan beberapa berkas dan barang yang hendak dibawanya pergi."Iya, aku sudah membicarakan ini dengan Ko Andrew. Kau tidak perlu khawatir, jika mamaku atau kakakku menemuimu. Semua sudah ada di surat kuasa yang kemarin aku buat bukan?" Sasmaya tersenyum tipis."Aku tidak mengkhawatirkan itu. Aku masih memiliki cukup energi untuk menghadapi ibu dan kakakmu itu. Namun aku mengkhawatirkan dirimu." Enrico menatap saudari sepupunya itu dengan prihatin.Sasmaya adalah putri pamannya yang hampir selalu lari dari rumah tempatnya berlindung untuk menghindari pertengkaran atau konflik dengan ibu dan kakaknya. Sedari kecil dia lebih memilih bersekolah di luar kota atau bahkan luar negeri dan memaksanya tumbuh dewasa tanpa kasih sayang tulus seorang ibu."Aku akan baik-baik saja di mana pun aku berada. Bukankah biasanya selalu begitu?" Sasmaya menutup kopernya dan menguncinya.Tidak banyak yang dibaw
"Selamat pagi," gumam Sasmaya pada dirinya sendiri.Menggenggam secangkir susu coklat panas, Sasmaya duduk di depan jendela dan menatap pemandangan di hadapannya. Jalanan berlapis bebatuan dengan bunga-bunga aneka warna yang baru saja bermunculan di pot yang berjajar rapi di tepiannya. Sangat indah dan menyejukkan matanya di pagi hari di musim semi yang cerah.Kaysersberg, sebuah kota kecil dan komune di Haut-Rhin, Alsace, Prancis. Kota ini menjadi pilihannya sebagai tempat tinggalnya untuk sementara waktu di antara begitu banyak pilihan kota-kota lainnya di Eropa dan Asia."Indah dan tenang," gumamnya lagi seraya menyesap susu coklatnya.Andrea menyewa sebuah rumah mungil di pusat kota kecil itu untuknya. Sebuah rumah dengan gaya arsitektur khas Alsace, terbuat dari kayu dan dicat dengan warna-warni yang meriah."Seperti rumah dongeng!" Begitu reaksinya saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah yang kini dihuninya.Memang benar, tinggal di kota kecil yang dikelilingi perkebunan an
"Kau!" Sasmaya sungguh terkejut dengan kehadiran seseorang yang tidak diharapkannya saat ini."Mi amor!" Ale mendekat dan memeluknya. Sasmaya masih sedikit bingung karena Ale sama sekali tidak memberitahunya akan datang ke Kaysersberg."Kenapa tidak mengabariku?" Sasmaya bertanya dan melepaskan diri dari pelukannya."Aku ingin memberimu kejutan." Ale tersenyum dan menyentuh rambutnya dengan lembut.Ditatapnya wanita cantik yang beberapa hari ini selalu dikhawatirkannya. Sejak mengetahui kehamilan Sasmaya, Ale dilanda kekhawatiran. Bagaimana pun juga dia harus memantau kondisinya."Kau baik-baik saja?" Ale kembali mendekati Sasmaya."Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja dan sehat." Sasmaya tersenyum dan memutar tubuhnya di depan Ale, menunjukkan dirinya baik-baik saja.Ale tertawa dan menangkap lengannya. Kemudian memeluknya dari belakang."Aku merindukanmu," bisiknya lirih, menyusupkan kepalanya ke ceruk leher Sasmaya.Sasmaya hanya tersenyum dan meremas lengan kokoh yang meling
"Aku belum memiliki rencana untuk itu. Sepertinya aku akan melahirkan di sini saja." Sasmaya menatap Ale."Hei, ini hanyalah sebuah kota kecil." Ale mengerutkan keningnya, membalas tatapan Sasmaya."Tidak masalah, meski kita kecil, fasilitas kesehatan di sini cukup bagus. Apalagi kehamilanku baik-baik saja." Sasmaya kembali tersenyum dan meyakinkan Ale."Tidak bisa, kau harus melahirkan di Madrid, agar aku merasa tenang." Ale menggelengkan kepalanya, menolak keinginan Sasmaya."Hei, tidak usah khawatir. Aku dan dia akan baik-baik saja." Sasmaya meraih tangan Ale dan meletakkannya di perutnya."Aku tidak mau mengambil resiko." Ale membelai perutnya pelan."Tidak akan terjadi apa-apa. Tenanglah!" Sasmaya menyentuh lengannya, meyakinkannya semua akan baik-baik saja.Perdebatan mereka mengenai di mana nanti Sasmaya akan melahirkan berlanjut hingga malam, saat mereka duduk bersama di teras kamar utama, di rumah yang ditempati Sasmaya di Kayserberg."Ale, aku lebih senang berada di sini kar
"Jaga dirimu dan juga bayimu ya," bisik Ale lirih seraya mengecup perut Sasmaya.Sasmaya hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dengan lembut disentuhnya rambut Ale. Ditatapnya pria itu dengan tatapan rumit."Jangan khawatirkan kami berdua. Kami pasti akan baik-baik saja." Sasmaya meyakinkannya agar Ale tidak mencemaskannya juga bayinya."Aku tahu, kau pasti akan menjaganya dengan baik." Ale menegakkan tubuhnya dan memeluknya erat-erat.Sasmaya tersenyum dan menepuk punggungnya dengan lembut. Setelah berpamitan, Ale pergi meninggalkannya karena harus kembali ke Madrid secepatnya."Aku rasa dia menjadi lebih sibuk semenjak pensiun bermain bola," gumam Sasmaya menatap mobil yang membawa Ale menjauh meninggalkan Kayserberg.Sasmaya masih berdiri di dekat jendela dan menatap jalanan yang lengang. Hanya sesekali beberapa pejalan kaki melintas. Tidak banyak, hanya satu atau dua atau serombongan wisatawan.Kayserberg merupakan kota kecil dan berpenduduk sedikit seperti kebanyakan kota-
"Ini yang aku dapatkan mengenai wanita itu." Mikaila mendorong laptopnya ke hadapan Pedro."Apa ini?" Pedro menatap layar laptop dengan seksama."Itu asset yang ditengarai sebagai milik pribadi Sasmaya Emily Salim. Dia salah satu pewaris dari grup Salim. Aku rasa dia mendekati Senor Castillo bukan karena uang." Mikaila menjelaskan."Begitu? Jadi ini murni karena saling ketertarikan? Apakah itu yang ingin kau katakan Mikaila?" Pedro menatap gadis berkacamata itu lekat-lekat."Aku rasa begitu. Senora Sasmaya tidak membutuhkan dukungan seorang pria untuk dapat menikmati hidup mewah seperti wanita-wanita dari tingkat status sosial yang sama dengan dirinya." Kembali Mikaila menjelaskan."Aku mengerti," sahut Pedro pelan. Ditutupnya laptop milik Mikaila."Aku hanya ingin tahu itu saja. Sahabatku itu berhak bahagia dengan segala yang dimilikinya. Meski sekarang orang-orang menganggap hidupnya lebih dari sekadar bahagia, tetapi aku tahu dia menginginkan sebuah kebahagiaan yang sederhana." Ped
"Dia mendekati Javier." Alicia berucap pelan. Membuat Chloe menatapnya tak mengerti."Siapa?" tanyanya penuh rasa ingin tahu."Sasmaya," gumam Alicia, menjawab dengan sedikit rasa enggan tersirat dalam nada bicaranya."Bagaimana dia bisa mendekati Javier? Bukankah anak itu cukup sulit untuk didekati siapa pun?" Chloe mengerutkan keningnya.Dia cukup tahu bagaimana Alicia kesulitan mendekati bocah itu. Meski di berbagai media mereka berdua, Alicia dan Javier kerap digambarkan sebagai ibu dan anak yang memiliki hubungan yang baik, tetapi faktanya itu hanyalah pencitraan semata."Entahlah! Dahulu Ale hanya menekan aku dan Alena untuk mengatasi masalah Javier. Sebelumnya bocah itu tidak pernah dekat dengan wanita mana pun yang di kencani Ale." Alicia pun sepertinya tidak mengerti bagaimana kedekatan Javier dan Sasmaya dapat terjalin dengan mudah."Ehm, wanita itu cukup pandai rupanya. Alicia tetapi hubunganmu dengan Ale baik-baik saj
"Buenos días!" Sasmaya menyapa Ale begitu memasuki kamar. Dia membawa nampan berisi sarapan untuk mereka berdua, sedangkan Paloma di belakangnya menggendong Isabella."Buenos días, mi amor!" Ale menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya meraih Isabella ke pelukannya.Paloma menyerahkan bocah perempuan itu pada Ayahnya. " Pergilah, sarapan dahulu bersama yang lain." Sasmaya tersenyum padanya dan memintanya untuk meninggalkan mereka.Paloma mengangguk dan melambaikan tangan pada Isabella. Bocah itu menjerit, tertawa memamerkan giginya yang belum lengkap."Sarapan dulu!" Sasmaya meletakkan nampan di atas tempat tidur.Seperti kebiasaan orang Spanyol pada umumnya, tapaz selalu tersedia sebagai menu sarapan mereka. Kali ini Bibi Martha menyiapkan bocadillode huevos, sandwich ala Spanyol yang terbuat dari roti khas Spanyol yang mirip baguette dan bertekstur lembut, berisi scrambled egg.Selain itu ada bocadillo de queso, sandwich berisi keju dan bocadillo de calamares yang berisi cumi g
[Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez mengumumkan perpisahan mereka secara resmi melalui juru bicara mereka masing-masing]Mikaila menatap smartphone-nya dan melirik Sasmaya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Sementara Isabella bermain-main dengan Paloma."Apakah benar dia tidak mengetahui berita yang tengah hangat dan memenuhi hampir seluruh tajuk utama media hiburan dan olahraga?" Mikaila bertanya-tanya dalam hati.Berita mengenai perpisahan Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez memang tengah menjadi bahan pembicaraan netizen dan media. Berbagai spekulasi mengenai penyebab perpisahan mereka bergulir liar tetapi sayangnya baik Ale maupun Alicia tidak mengeluarkan pernyataan selain sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka berdua."Ada apa?" Sasmaya tiba-tiba saja menegurnya. Mikaila tergagap dan menjadi salah tingkah.Sasmaya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah asisten pribadinya itu. Mikaila terkadang
"Kita perlu bicara!" Ale menatap Alicia yang tengah duduk memunggunginya, menghadap kaca rias. Dia hanya mendesah pelan dan menatap bayang Ale yang terpantul di cermin.Wajah tampan, tubuh kokoh dan atletis, dua hal yang membuatnya menggandrungi pria yang waktu itu masih berjaya di lapangan hijau. Pria yang juga menghujaninya dengan cinta dan tentu saja kemewahan yang kemudian membuatnya jatuh cinta dalam arti sebenarnya."Ada apa?" Alicia bertanya tanpa menoleh. Enggan untuk saling bersitatap dengan tatapan Ale yang terkadang membuatnya gugup, seperti saat pertama mereka bertemu.Gugup, canggung, tidak percaya diri sekaligus ragu saat dia menyadari Alejandro Castillo, sang bintang lapangan hijau, menatapnya tak berkedip. Waktu itu mereka menghadiri sebuah acara di kota Madrid."Apakah kau begitu sibuk hingga tidak memiliki waktu lagi untuk menemani Maria dan Julio?" Ale masih berdiri kaku di belakangnya.Tanpa berniat untuk mendekatinya, kemudian memegang bahunya dan menghujaninya de
"Di mana Alicia?" Ale bertanya pada gadis pengasuh yang kewalahan menenangkan tangisan Maria.Putri bungsunya dengan Alicia sedari tadi menangis dan rewel. Membuatnya khawatir sekaligus marah. Karena tidak biasanya anak-anak rewel dan mudah marah."Saya tidak tahu Senor." Gadis itu menjawab dengan takut-takut.Dia pengasuh baru yang dipekerjakan setelah kesibukan Alicia semakin tak terkendali. Biasanya cukup Bibi Luisa dan semua kerewelan anak-anak akan tertangani."Maria sayang." Ale yang telah berpakaian rapi dan bersiap hendak ke kantornya terpaksa turun tangan membujuk sang putri."Papa!" Gadis kecil berusia dua setengah tahun itu berlari menghambur ke pelukannya."Ada apa?" Dengan lembut Ale bertanya kemudian menggendongnya. Membawanya ke ruang makan mencari Alicia."Mau Mama." Gadis kecil itu menyahut di sela tangisnya dengan ucapan yang masih kurang jelas."Ah baiklah! Ayo kita cari Mama." Ale tersenyum dan mengecup pipi gembulnya.Sementara sang pengasuh mengikuti mereka berdu
[Film perdana Alicia Dominguez menjadi Box office dalam beberapa pekan ini di berbagai negara]Tajuk berita di salah satu media sosial menarik perhatian Sasmaya. Perlahan jarinya menyentuh layar smartphone-nya dan bergerak turun untuk membuka berita selengkapnya."Wah filmnya sukses," gumamnya pelan.Selama ini Sasmaya hampir tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenai Alicia Dominguez. Dia memiliki alasan tersendiri atas sikapnya itu."Semakin kau tahu mengenai dirinya itu akan semakin membuatmu sakit hati." Itu salah satu nasehat dari Tante Clarissa saat dia selalu memantau media sosial sang kakak yang tak hentinya mengumbar kedekatannya dengan suaminya waktu itu.Menuruti nasehat wanita yang telah melahirkan sosok pengusaha ternama di negeri Singa, Andrew Kim itu, Sasmaya semenjak awal menjalin kedekatan dengan Ale hampir tidak pernah mengikuti berita mengenai Alicia Dominguez."Hebat! Dia wanita pekerja keras," gumamnya lagi seraya menatap foto-foto Alicia yang kini terpamp
"Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba
"Bagaimana liburanmu di Maldives?" Ale menatap Sasmaya yang tengah membujuk Isabella agar mau membuka mulutnya."Menyenangkan. Gracias Ale untuk liburan yang tenang dan tentu saja lebih hangat." Sasmaya tersenyum seraya menyuapkan pure labu ke mulut mungil putrinya."Aku senang jika kau dan Isabella senang." Ale membelai kepala sang putri yang kini mengambil sendok dan mengacungkannya padanya."Ini untuk Papa?" Ale mengalihkan perhatiannya pada sang buah hati dan mengajaknya berbicara."Kyaaa!" Hanya serentetan ucapan tak bermakna yang diserukan dengan kegirangan oleh bayi cantik itu seakan-akan membalas ucapan sang ayah."Ah, baiklah!" Ale tertawa dan membuka mulutnya membiarkan Isabella menyuapkan sendoknya ke mulut ayahnya.Sasmaya tertawa tergelak melihat tingkah ayah dan anak itu. Kini Ale yang menyuapi Isabella dan kali ini bayi mungil itu tidak menolaknya."Oh, Isabella ternyata mau disuapi Papa ya." Sasmaya meletakkan mangkok berisi pure labu di meja dan membiarkan Ale mengamb
"Apa? Kau tidak berada di Maldives sekarang?" Chloe berteriak kesal dan hampir saja melemparkan smartphone miliknya."Bukankah kau dan anak-anak berlibur di Maldives?" Chloe kembali bertanya, mempertegas pernyataan Alicia, lawan bicaranya di telepon."Ah baiklah," sahutnya dengan lemah setelah cukup lama mendengarkan dengan serius penjelasan Alicia."Ah ada-ada saja," keluh wanita cantik berambut gelap itu seraya meletakkan smartphone mahal miliknya ke atas meja dan meraih gelas coktail-nya."Tetapi aku juga salah. Seharusnya aku bertanya lagi padanya sebelum memutuskan untuk berlibur di sini." Chloe melanjutkan keluh kesahnya di dalam hati.Sebelumnya dia dan Alicia telah sepakat untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka bersama-sama di Maldives seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak seperti biasanya, kali ini terjadi kesalahpahaman yang cukup fatal dan membuat berantakan rencana liburan mereka."Ah sudahlah! Maldives juga tempat yang indah untuk berlibur dan menenangkan diri
"Ke Barcelona lagi?" Alicia mendongakkan kepalanya, menatap Calista. Gadis itu mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya.Alicia mendesah pelan. Akhir-akhir ini dia sering mendapatkan laporan dari asistennya jika Ale lebih sering mengunjungi Barcelona dan tinggal di sana lebih lama."Ada apa di Barcelona?" gumamnya pelan seraya menggigit kukunya. Hatinya kembali dirambati rasa gelisah sekaligus khawatir."Apa ada yang kau ketahui selain itu?" tanyanya pada Calista. Gadis itu menggelengkan kepalanya."Saya hanya tahu Senor Ale kerap berkunjung ke Barcelona. Saya tidak dapat mencari informasi aktivitas beliau di sana." Calista menjelaskan dengan hati-hati.Alicia kembali mendesah. Perlahan dipalingkannya tatapannya ke pemandangan di luar jendela kamarnya. Salju memutih di mana-mana, musim dingin kali ini terasa lebih dingin baginya."Sebentar lagi natal dan tahun baru. Apakah kau sudah mendengar sesuatu hal tentang itu?" Alicia kembali bertanya pada asisten pribadinya."Menurut Senor