"Jaga dirimu dan juga bayimu ya," bisik Ale lirih seraya mengecup perut Sasmaya.Sasmaya hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dengan lembut disentuhnya rambut Ale. Ditatapnya pria itu dengan tatapan rumit."Jangan khawatirkan kami berdua. Kami pasti akan baik-baik saja." Sasmaya meyakinkannya agar Ale tidak mencemaskannya juga bayinya."Aku tahu, kau pasti akan menjaganya dengan baik." Ale menegakkan tubuhnya dan memeluknya erat-erat.Sasmaya tersenyum dan menepuk punggungnya dengan lembut. Setelah berpamitan, Ale pergi meninggalkannya karena harus kembali ke Madrid secepatnya."Aku rasa dia menjadi lebih sibuk semenjak pensiun bermain bola," gumam Sasmaya menatap mobil yang membawa Ale menjauh meninggalkan Kayserberg.Sasmaya masih berdiri di dekat jendela dan menatap jalanan yang lengang. Hanya sesekali beberapa pejalan kaki melintas. Tidak banyak, hanya satu atau dua atau serombongan wisatawan.Kayserberg merupakan kota kecil dan berpenduduk sedikit seperti kebanyakan kota-
"Ini yang aku dapatkan mengenai wanita itu." Mikaila mendorong laptopnya ke hadapan Pedro."Apa ini?" Pedro menatap layar laptop dengan seksama."Itu asset yang ditengarai sebagai milik pribadi Sasmaya Emily Salim. Dia salah satu pewaris dari grup Salim. Aku rasa dia mendekati Senor Castillo bukan karena uang." Mikaila menjelaskan."Begitu? Jadi ini murni karena saling ketertarikan? Apakah itu yang ingin kau katakan Mikaila?" Pedro menatap gadis berkacamata itu lekat-lekat."Aku rasa begitu. Senora Sasmaya tidak membutuhkan dukungan seorang pria untuk dapat menikmati hidup mewah seperti wanita-wanita dari tingkat status sosial yang sama dengan dirinya." Kembali Mikaila menjelaskan."Aku mengerti," sahut Pedro pelan. Ditutupnya laptop milik Mikaila."Aku hanya ingin tahu itu saja. Sahabatku itu berhak bahagia dengan segala yang dimilikinya. Meski sekarang orang-orang menganggap hidupnya lebih dari sekadar bahagia, tetapi aku tahu dia menginginkan sebuah kebahagiaan yang sederhana." Ped
"Dia mendekati Javier." Alicia berucap pelan. Membuat Chloe menatapnya tak mengerti."Siapa?" tanyanya penuh rasa ingin tahu."Sasmaya," gumam Alicia, menjawab dengan sedikit rasa enggan tersirat dalam nada bicaranya."Bagaimana dia bisa mendekati Javier? Bukankah anak itu cukup sulit untuk didekati siapa pun?" Chloe mengerutkan keningnya.Dia cukup tahu bagaimana Alicia kesulitan mendekati bocah itu. Meski di berbagai media mereka berdua, Alicia dan Javier kerap digambarkan sebagai ibu dan anak yang memiliki hubungan yang baik, tetapi faktanya itu hanyalah pencitraan semata."Entahlah! Dahulu Ale hanya menekan aku dan Alena untuk mengatasi masalah Javier. Sebelumnya bocah itu tidak pernah dekat dengan wanita mana pun yang di kencani Ale." Alicia pun sepertinya tidak mengerti bagaimana kedekatan Javier dan Sasmaya dapat terjalin dengan mudah."Ehm, wanita itu cukup pandai rupanya. Alicia tetapi hubunganmu dengan Ale baik-baik saj
"Madam, buah segar Anda." Bibi Marry datang dengan membawa sekeranjang buah-buahan segar dan anggur yang terpisah.Dia meletakkannya di atas meja beserta dengan piring, mangkok dan pisau buah serta sendok garpu. Kemudian duduk di sebelah Sasmaya yang tengah asyik dengan gawainya, mengupas buah apel, pear, peach dan jeruk."Terima kasih Bibi." Sasmaya tersenyum dan mengambil sebutir anggur merah. Dimasukkan ke dalam mulutnya dan menggigit daging buah anggur yang terasa begitu manis dan berair."Ehm manis dan segar." Sasmaya menatap Bibi Mary dengan riang."Benar Madam, itu buah yang tersisa dari musim gugur kemarin karena itu matang terlebih dahulu." Bibi Marry tersenyum dan mengulurkan mangkok buah yang berisi potongan-potongan buah apel, pear, peach, anggur dan jeruk."Ini bagus untuk bayi Anda." Bibi menuangkan madu dan perasan lemon ke dalam mangkok buah."Wah ini pasti enak dan segar." Sasmaya menerima mangkok itu dan meletakkannya di pangkuannya.Cuaca mulai sedikit memanas. Buah
Ale mengancingkan kemejanya. Mematut diri di depan cermin, memastikan pakaian yang dikenakannya sudah rapi dan serasi."Ale, akhir-akhir ini aku rasa kau terlalu sering pergi ke Perancis." Alicia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya."Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan di sana." Sahut Ale pelan."Oh ya? Apakah aku boleh tahu apa yang membuatmu begitu sibuk di sana?" Alicia perlahan menegakkan tubuhnya.Merapikan dan mengikat rambut panjang bergelombang ya dengan asal saja. Menjejakkan kakinya ke lantai marmer dan perlahan melangkah mendekati pria yang telah menjadi kekasihnya selama hampir enam tahun lebih lamanya."Apa yang ingin kau ketahui?" Ale bertanya dan menatap Alicia.Wanita cantik itu tersenyum seraya membantunya merapikan kemejanya. Alicia tidak segera menjawab pertanyaannya dan hanya mengalihkan jari jemarinya dari kemeja putih yang dikenakan Ale, meluncur menelusuri rahangnya dengan lembut."Masihkah aku berarti di hati dan hidupmu Ale?" tanyanya dengan lembut
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Alena menatap Ale dengan serius.Mereka berdua tengah menikmati makan malam di sebuah restauran kecil langganan mereka. Pemilik Restauran juga merupakan sahabat masa kecil mereka berdua."Mengenai Sasmaya. Aku ingin kau terus memantaunya, nanti aku akan memberitahumu di mana dia sekarang tinggal." Ale menjawab dengan tegas tanpa bertele-tele, pertanyaan Alena."Tidak perlu, aku tahu dia di mana dan bagaimana keadaannya sekarang." Alena menyahut dengan santai seraya mengiris daging di piringnya dengan hati-hati."Ah, kau! Benar-benar setan kecil! Aku tidak pernah bisa menyembunyikan sesuatu darimu." Keluh Ale sembari tertawa kecil."Ale, cobalah untuk menghargai wanita di sekelilingmu." Alena terdengar serius dengan ucapannya yang tiba-tiba.Ale tertegun sejenak, menatap sahabatnya itu. Sedari dahulu Alena tidak pernah ikut campur dalam kehidupan asmaranya. Alena tidak pernah peduli dengan wanita-wanita yang dikencaninya selama mereka tidak beru
"Apa kau tidak ingin menikah denganku?" Sebuah pertanyaan yang dilontarkan Ale saat mereka duduk bersama di depan jendela rumahnya di Kaiserslautern di suatu pagi.Sasmaya yang tengah menikmati segelas susu sapi segar yang baru dipanaskan Bibi Mary, menatap pria Spanyol itu cukup lama. Selama ini Alejandro Castillo dikenal sebagai pria yang sulit diikat dalam suatu pernikahan dan di pagi hari dia bertanya mengenai pernikahan.Sasmaya merasakan sesuatu akan terjadi setelah ini dan kemungkin itu tidak disukainya. Apalagi dalam kondis dia tengah hamil."Seorang Alejandro Castillo bertanya mengenai pernikahan? Apakah kau baik-baik saja?" Sasmaya tersenyum dan meletakkan gelasnya di atas meja."Aku baik-baik saja dan saat ini aku ingin berbicara banyak hal denganmu. Kau tidak keberatan bukan?" Ale tersenyum manis memamerkan deretan gigi putihnya yang berseri-seri."Tentu saja tidak." Sasmaya tersenyum dan menyentuh pipi Ale dengan lembut.Dengan hati-hati dia memperbaiki posisi duduknya, me
"Kau pasti tahu jika Sasmaya adalah ibu biologis Javier." Ale menatap Alena lekat-lekat yang duduk di depan mejanya.Wanita berkacamata itu menghela napas kasar dan menjadi salah tingkah. Diperbaikinya letak kacamatanya yang sebenarnya sudah berada di tempat yang benar."Bagaimana kau tahu mengenai itu?" tanyanya dengan hati-hati."Sebenarnya sudah cukup lama aku memiliki dugaan seperti itu. Semenjak bertemu kembali dengan Sasmaya dan kau berkali-kali tanpa sengaja membicarakannya. Namun baru kemarin aku mendapatkan informasi yang valid." Ale menyorongkan sebuah map ke hadapan Alena.Alena menatap map itu dan dengan ragu membukanya. Dengan hati-hati dibacanya berkas-berkas di dalam map meski sebenarnya dia telah mengetahui semua isi yang tertera di sana."Kenapa kau tidak memberitahuku waktu itu?" Ale menatap Alena dengan tatapan memelas."Seandainya kau mengatakan Sasmayalah pendonor sel telur itu, mungkin kisah hidupku dan cintaku tak serumit ini Alena." Ale seperti menahan tangis s
"Buenos días!" Sasmaya menyapa Ale begitu memasuki kamar. Dia membawa nampan berisi sarapan untuk mereka berdua, sedangkan Paloma di belakangnya menggendong Isabella."Buenos días, mi amor!" Ale menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya meraih Isabella ke pelukannya.Paloma menyerahkan bocah perempuan itu pada Ayahnya. " Pergilah, sarapan dahulu bersama yang lain." Sasmaya tersenyum padanya dan memintanya untuk meninggalkan mereka.Paloma mengangguk dan melambaikan tangan pada Isabella. Bocah itu menjerit, tertawa memamerkan giginya yang belum lengkap."Sarapan dulu!" Sasmaya meletakkan nampan di atas tempat tidur.Seperti kebiasaan orang Spanyol pada umumnya, tapaz selalu tersedia sebagai menu sarapan mereka. Kali ini Bibi Martha menyiapkan bocadillode huevos, sandwich ala Spanyol yang terbuat dari roti khas Spanyol yang mirip baguette dan bertekstur lembut, berisi scrambled egg.Selain itu ada bocadillo de queso, sandwich berisi keju dan bocadillo de calamares yang berisi cumi g
[Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez mengumumkan perpisahan mereka secara resmi melalui juru bicara mereka masing-masing]Mikaila menatap smartphone-nya dan melirik Sasmaya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Sementara Isabella bermain-main dengan Paloma."Apakah benar dia tidak mengetahui berita yang tengah hangat dan memenuhi hampir seluruh tajuk utama media hiburan dan olahraga?" Mikaila bertanya-tanya dalam hati.Berita mengenai perpisahan Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez memang tengah menjadi bahan pembicaraan netizen dan media. Berbagai spekulasi mengenai penyebab perpisahan mereka bergulir liar tetapi sayangnya baik Ale maupun Alicia tidak mengeluarkan pernyataan selain sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka berdua."Ada apa?" Sasmaya tiba-tiba saja menegurnya. Mikaila tergagap dan menjadi salah tingkah.Sasmaya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah asisten pribadinya itu. Mikaila terkadang
"Kita perlu bicara!" Ale menatap Alicia yang tengah duduk memunggunginya, menghadap kaca rias. Dia hanya mendesah pelan dan menatap bayang Ale yang terpantul di cermin.Wajah tampan, tubuh kokoh dan atletis, dua hal yang membuatnya menggandrungi pria yang waktu itu masih berjaya di lapangan hijau. Pria yang juga menghujaninya dengan cinta dan tentu saja kemewahan yang kemudian membuatnya jatuh cinta dalam arti sebenarnya."Ada apa?" Alicia bertanya tanpa menoleh. Enggan untuk saling bersitatap dengan tatapan Ale yang terkadang membuatnya gugup, seperti saat pertama mereka bertemu.Gugup, canggung, tidak percaya diri sekaligus ragu saat dia menyadari Alejandro Castillo, sang bintang lapangan hijau, menatapnya tak berkedip. Waktu itu mereka menghadiri sebuah acara di kota Madrid."Apakah kau begitu sibuk hingga tidak memiliki waktu lagi untuk menemani Maria dan Julio?" Ale masih berdiri kaku di belakangnya.Tanpa berniat untuk mendekatinya, kemudian memegang bahunya dan menghujaninya de
"Di mana Alicia?" Ale bertanya pada gadis pengasuh yang kewalahan menenangkan tangisan Maria.Putri bungsunya dengan Alicia sedari tadi menangis dan rewel. Membuatnya khawatir sekaligus marah. Karena tidak biasanya anak-anak rewel dan mudah marah."Saya tidak tahu Senor." Gadis itu menjawab dengan takut-takut.Dia pengasuh baru yang dipekerjakan setelah kesibukan Alicia semakin tak terkendali. Biasanya cukup Bibi Luisa dan semua kerewelan anak-anak akan tertangani."Maria sayang." Ale yang telah berpakaian rapi dan bersiap hendak ke kantornya terpaksa turun tangan membujuk sang putri."Papa!" Gadis kecil berusia dua setengah tahun itu berlari menghambur ke pelukannya."Ada apa?" Dengan lembut Ale bertanya kemudian menggendongnya. Membawanya ke ruang makan mencari Alicia."Mau Mama." Gadis kecil itu menyahut di sela tangisnya dengan ucapan yang masih kurang jelas."Ah baiklah! Ayo kita cari Mama." Ale tersenyum dan mengecup pipi gembulnya.Sementara sang pengasuh mengikuti mereka berdu
[Film perdana Alicia Dominguez menjadi Box office dalam beberapa pekan ini di berbagai negara]Tajuk berita di salah satu media sosial menarik perhatian Sasmaya. Perlahan jarinya menyentuh layar smartphone-nya dan bergerak turun untuk membuka berita selengkapnya."Wah filmnya sukses," gumamnya pelan.Selama ini Sasmaya hampir tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenai Alicia Dominguez. Dia memiliki alasan tersendiri atas sikapnya itu."Semakin kau tahu mengenai dirinya itu akan semakin membuatmu sakit hati." Itu salah satu nasehat dari Tante Clarissa saat dia selalu memantau media sosial sang kakak yang tak hentinya mengumbar kedekatannya dengan suaminya waktu itu.Menuruti nasehat wanita yang telah melahirkan sosok pengusaha ternama di negeri Singa, Andrew Kim itu, Sasmaya semenjak awal menjalin kedekatan dengan Ale hampir tidak pernah mengikuti berita mengenai Alicia Dominguez."Hebat! Dia wanita pekerja keras," gumamnya lagi seraya menatap foto-foto Alicia yang kini terpamp
"Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba
"Bagaimana liburanmu di Maldives?" Ale menatap Sasmaya yang tengah membujuk Isabella agar mau membuka mulutnya."Menyenangkan. Gracias Ale untuk liburan yang tenang dan tentu saja lebih hangat." Sasmaya tersenyum seraya menyuapkan pure labu ke mulut mungil putrinya."Aku senang jika kau dan Isabella senang." Ale membelai kepala sang putri yang kini mengambil sendok dan mengacungkannya padanya."Ini untuk Papa?" Ale mengalihkan perhatiannya pada sang buah hati dan mengajaknya berbicara."Kyaaa!" Hanya serentetan ucapan tak bermakna yang diserukan dengan kegirangan oleh bayi cantik itu seakan-akan membalas ucapan sang ayah."Ah, baiklah!" Ale tertawa dan membuka mulutnya membiarkan Isabella menyuapkan sendoknya ke mulut ayahnya.Sasmaya tertawa tergelak melihat tingkah ayah dan anak itu. Kini Ale yang menyuapi Isabella dan kali ini bayi mungil itu tidak menolaknya."Oh, Isabella ternyata mau disuapi Papa ya." Sasmaya meletakkan mangkok berisi pure labu di meja dan membiarkan Ale mengamb
"Apa? Kau tidak berada di Maldives sekarang?" Chloe berteriak kesal dan hampir saja melemparkan smartphone miliknya."Bukankah kau dan anak-anak berlibur di Maldives?" Chloe kembali bertanya, mempertegas pernyataan Alicia, lawan bicaranya di telepon."Ah baiklah," sahutnya dengan lemah setelah cukup lama mendengarkan dengan serius penjelasan Alicia."Ah ada-ada saja," keluh wanita cantik berambut gelap itu seraya meletakkan smartphone mahal miliknya ke atas meja dan meraih gelas coktail-nya."Tetapi aku juga salah. Seharusnya aku bertanya lagi padanya sebelum memutuskan untuk berlibur di sini." Chloe melanjutkan keluh kesahnya di dalam hati.Sebelumnya dia dan Alicia telah sepakat untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka bersama-sama di Maldives seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak seperti biasanya, kali ini terjadi kesalahpahaman yang cukup fatal dan membuat berantakan rencana liburan mereka."Ah sudahlah! Maldives juga tempat yang indah untuk berlibur dan menenangkan diri
"Ke Barcelona lagi?" Alicia mendongakkan kepalanya, menatap Calista. Gadis itu mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya.Alicia mendesah pelan. Akhir-akhir ini dia sering mendapatkan laporan dari asistennya jika Ale lebih sering mengunjungi Barcelona dan tinggal di sana lebih lama."Ada apa di Barcelona?" gumamnya pelan seraya menggigit kukunya. Hatinya kembali dirambati rasa gelisah sekaligus khawatir."Apa ada yang kau ketahui selain itu?" tanyanya pada Calista. Gadis itu menggelengkan kepalanya."Saya hanya tahu Senor Ale kerap berkunjung ke Barcelona. Saya tidak dapat mencari informasi aktivitas beliau di sana." Calista menjelaskan dengan hati-hati.Alicia kembali mendesah. Perlahan dipalingkannya tatapannya ke pemandangan di luar jendela kamarnya. Salju memutih di mana-mana, musim dingin kali ini terasa lebih dingin baginya."Sebentar lagi natal dan tahun baru. Apakah kau sudah mendengar sesuatu hal tentang itu?" Alicia kembali bertanya pada asisten pribadinya."Menurut Senor