"Apa kau tidak ingin menikah denganku?" Sebuah pertanyaan yang dilontarkan Ale saat mereka duduk bersama di depan jendela rumahnya di Kaiserslautern di suatu pagi.Sasmaya yang tengah menikmati segelas susu sapi segar yang baru dipanaskan Bibi Mary, menatap pria Spanyol itu cukup lama. Selama ini Alejandro Castillo dikenal sebagai pria yang sulit diikat dalam suatu pernikahan dan di pagi hari dia bertanya mengenai pernikahan.Sasmaya merasakan sesuatu akan terjadi setelah ini dan kemungkin itu tidak disukainya. Apalagi dalam kondis dia tengah hamil."Seorang Alejandro Castillo bertanya mengenai pernikahan? Apakah kau baik-baik saja?" Sasmaya tersenyum dan meletakkan gelasnya di atas meja."Aku baik-baik saja dan saat ini aku ingin berbicara banyak hal denganmu. Kau tidak keberatan bukan?" Ale tersenyum manis memamerkan deretan gigi putihnya yang berseri-seri."Tentu saja tidak." Sasmaya tersenyum dan menyentuh pipi Ale dengan lembut.Dengan hati-hati dia memperbaiki posisi duduknya, me
"Kau pasti tahu jika Sasmaya adalah ibu biologis Javier." Ale menatap Alena lekat-lekat yang duduk di depan mejanya.Wanita berkacamata itu menghela napas kasar dan menjadi salah tingkah. Diperbaikinya letak kacamatanya yang sebenarnya sudah berada di tempat yang benar."Bagaimana kau tahu mengenai itu?" tanyanya dengan hati-hati."Sebenarnya sudah cukup lama aku memiliki dugaan seperti itu. Semenjak bertemu kembali dengan Sasmaya dan kau berkali-kali tanpa sengaja membicarakannya. Namun baru kemarin aku mendapatkan informasi yang valid." Ale menyorongkan sebuah map ke hadapan Alena.Alena menatap map itu dan dengan ragu membukanya. Dengan hati-hati dibacanya berkas-berkas di dalam map meski sebenarnya dia telah mengetahui semua isi yang tertera di sana."Kenapa kau tidak memberitahuku waktu itu?" Ale menatap Alena dengan tatapan memelas."Seandainya kau mengatakan Sasmayalah pendonor sel telur itu, mungkin kisah hidupku dan cintaku tak serumit ini Alena." Ale seperti menahan tangis s
"Apa yang membuatmu berubah pikiran?" Alena bertanya pada Sasmaya saat keduanya duduk di teras pondok kecil di tengah perkebunan anggur."Mengenai apa?" Sasmaya menoleh dan menatap Alena tak mengerti maksud ucapannya."Mengenai dirimu adalah ibu biologis Javier." Alena menyahut dengan ekspresi dan nada bicara yang datar, biasa saja."Entahlah! Aku hanya merasa aku harus mengatakannya." Sasmaya menggelengkan kepalanya kemudian kembali menatap perkebunan anggur yang sudah mulai merimbun dengan dedaunan dan tunas-tunas baru."Hanya karena itu? Kau yakin?" Kini Alena yang menatapnya dengan tatapan menyelidik."Mungkin tidak. Mungkin karena aku takut Ale akan mengambil anakku jika dia lahir nanti. Jadi aku mengatakan yang sebenarnya dengan begitu aku berharap dia akan membiarkanku membesarkan anakku di bawah asuhan dan namaku." Sasmaya tersenyum tipis sedangkan tatapan matanya menerawang jauh melampaui batas perkebunan."Aku mengerti. Ale tidak akan membiarkanmu mengasuhnya seorang diri. Di
"Dia masih berlatih di gym centre?" Alicia bertanya pada seorang gadis yang tengah membantunya merawat rambutnya."Iya Senora." Sahut gadis itu pelan. Dia dengan hati-hati menyisir rambut panjang nan indah milik kekasih Alejandro Castillo itu."Sendirian?" Alicia kembali bertanya. Bola matanya memutar pelan melirik ke arah jendela kamarnya."Iya, Senor Castillo sendirian. Namun sepertinya dia tengah menelepon seseorang." Gadis itu kembali menyahut.Dia meraih sebotol vitamin rambut kemudian dengan hati-hati membalurkannya pada setiap helai rambut Alicia. Sebuah rutinitas yang selalu dilakukannya setiap pagi saat mereka tidak terburu-buru untuk melakukan aktivitas di luar mansion."Oh ya? Lain kali kau harus tahu siapa yang diteleponnya!" Alicia kini menatap gadis yang masih sibuk mengoleskan cairan vitamin di rambutnya."Baik Senora!" Gadis itu menyahut dengan tegas."Calista, kau harus berhati-hati terhadap Alena, Mireya dan Mikaila. Juga pada para pengawal pribadi di sini." Alicia m
"Apa maksudmu?" Alicia menatap Alena dengan sinis. "Kontrak apa yang harus ditandatangani Calista? Dia asisten pribadiku dan aku membayarnya dari pengeluaran ku tidak ada sangkut-pautnya dengan Ale!" Alicia menaikkan nada suaranya, kentara jika dia sedikit gusar dengan teguran Alicia mengenai Calista."Saya tahu Senora, tapi seperti yang Anda ketahui, ini adalah prosedur di mansion yang sudah ditetapkan Senor Castillo." Alena menanggapi kegusaran Alicia tanpa emosi."Aku mengerti tetapi kali ini aku tidak ingin asistenku menandatangani kontrak dengan kalian. Sudah cukup kalian mengambil Mikaila." Alicia masih gusar dan sama sekali tidak menurunkan nada suaranya."Jika begitu sebaiknya Anda memberhentikan dia dan kami akan menyeleksi beberapa orang untuk mengisi posisi asisten pribadi Anda, Senora Alicia." Alena masih bersikap tenang dan tidak terpancing untuk menanggapi kegusaran kekasih Alejandro Castillo itu."Aku tidak mau! Aku akan membicarakan ini dengan Ale!" Alicia menolak deng
"Jadi kau tetap mengikuti prosedur mereka?" Chloe menatap Alicia dan Calista bergantian.Keduanya mengangguk serempak tanpa membalas ucapannya. Alicia terlalu enggan untuk menjelaskan sedangkan Calista tidak tahu apa yang seharusnya dikatakan atau pun dilakukan."Alicia apa kau merasa ini tidak berlebihan? Ale menerapkan aturan yang ketat untuk dirimu tetapi dia kerap mengabaikan dirimu. Apa yang sebenarnya terjadi?" Chloe merasa kesal dengan situasi yang dihadapi sahabatnya.Meski terkadang Alicia menyebalkan tetapi dia tidak dapat begitu saja mengabaikan wanita yang telah bersamanya sejak mereka merintis karir sebagai model, beberapa tahun lalu."Aku menemukan laporan kesehatan wanita itu di meja kerja Ale." Alicia berucap lirih.Wanita cantik itu menundukkan kepalanya dan meremas kedua tangannya dengan gelisah. Chloe tertegun menatapnya kemudian melirik Calista. Dia mengisyaratkan gadis itu pergi meninggalkan mereka berdua.Ga
"Bagaimana dengan Sasmaya? Apa kau akan menemaninya saat melahirkan nanti?" Mireya bertanya pada dengan santai di sela-sela makan malam bersama dengan Ale dan Alena serta keluarga besar mereka."Setan kecil." Ale bergumam seraya melirik tajam Alena. Wanita itu hanya tersenyum kecil."Tentu saja aku akan menemaninya." Ale menyahut pertanyaan Mireya tadi setelah memukul lengan Alena dengan lembut. Alena hanya terkekeh pelan.Mereka bertiga memisahkan diri dari keramaian saat menikmati hidangan penutup. Tidak ingin terganggu dengan keramaian dan kemeriahan yang ditimbulkan anak-anak yang tengah bermain dengan Alicia dan Nyonya Paquita."Aku rasa kau juga perlu berbicara dengan Bibi Paquita." Mireya menyesap wine-nya. Ekor matanya menatap sang bibi yang tengah bercanda dengan Javier."Jelaskan juga padanya mengenai Javier. Mungkin akan sedikit sulit untuk bibiku menerima kenyataan tetapi kau tidak boleh menyembunyikannya untuk selamanya." Mir
"Mansion baru?" Mikaila mengerutkan kening, menatap bangunan di depannya."Aku rasa lebih cocok disebut rumah." Sahut Alena seraya membuka pintu pagar kayu bercat putih."Betul. Ini terlalu sederhana untuk menjadi salah satu aset milik Senor Castillo." Mikaila mengikutinya menelusuri step stone yang menggiring langkah mereka menuju teras utama."Bukalah!" Alena memberikan sebuah gantungan yang berisi beberapa kunci."Kenapa harus aku?" Mikaila menatap Alena tidak senang."Karena kau akan sering mengunjungi rumah ini. Jadi buatlah dirimu nyaman dengan rumah baru ini." Alena tersenyum manis dan dengan gaya santai mempersilakan gadis itu untuk membuka pintu utama rumah bergaya klasik itu."Maksudmu?" Mikaila bertanya setelah membuka pintu kayu yang terbuat dari kayu tua berkualitas itu.Perlahan dia memasuki ruangan utama yang tidak terlalu luas. Rumah ini memang tidak memiliki ukuran yang luas. Bahkan cukup kecil menurut standar Alejandro Castillo. Mikaila menatap sekeliling ruangan mun