"Dia masih berlatih di gym centre?" Alicia bertanya pada seorang gadis yang tengah membantunya merawat rambutnya."Iya Senora." Sahut gadis itu pelan. Dia dengan hati-hati menyisir rambut panjang nan indah milik kekasih Alejandro Castillo itu."Sendirian?" Alicia kembali bertanya. Bola matanya memutar pelan melirik ke arah jendela kamarnya."Iya, Senor Castillo sendirian. Namun sepertinya dia tengah menelepon seseorang." Gadis itu kembali menyahut.Dia meraih sebotol vitamin rambut kemudian dengan hati-hati membalurkannya pada setiap helai rambut Alicia. Sebuah rutinitas yang selalu dilakukannya setiap pagi saat mereka tidak terburu-buru untuk melakukan aktivitas di luar mansion."Oh ya? Lain kali kau harus tahu siapa yang diteleponnya!" Alicia kini menatap gadis yang masih sibuk mengoleskan cairan vitamin di rambutnya."Baik Senora!" Gadis itu menyahut dengan tegas."Calista, kau harus berhati-hati terhadap Alena, Mireya dan Mikaila. Juga pada para pengawal pribadi di sini." Alicia m
"Apa maksudmu?" Alicia menatap Alena dengan sinis. "Kontrak apa yang harus ditandatangani Calista? Dia asisten pribadiku dan aku membayarnya dari pengeluaran ku tidak ada sangkut-pautnya dengan Ale!" Alicia menaikkan nada suaranya, kentara jika dia sedikit gusar dengan teguran Alicia mengenai Calista."Saya tahu Senora, tapi seperti yang Anda ketahui, ini adalah prosedur di mansion yang sudah ditetapkan Senor Castillo." Alena menanggapi kegusaran Alicia tanpa emosi."Aku mengerti tetapi kali ini aku tidak ingin asistenku menandatangani kontrak dengan kalian. Sudah cukup kalian mengambil Mikaila." Alicia masih gusar dan sama sekali tidak menurunkan nada suaranya."Jika begitu sebaiknya Anda memberhentikan dia dan kami akan menyeleksi beberapa orang untuk mengisi posisi asisten pribadi Anda, Senora Alicia." Alena masih bersikap tenang dan tidak terpancing untuk menanggapi kegusaran kekasih Alejandro Castillo itu."Aku tidak mau! Aku akan membicarakan ini dengan Ale!" Alicia menolak deng
"Jadi kau tetap mengikuti prosedur mereka?" Chloe menatap Alicia dan Calista bergantian.Keduanya mengangguk serempak tanpa membalas ucapannya. Alicia terlalu enggan untuk menjelaskan sedangkan Calista tidak tahu apa yang seharusnya dikatakan atau pun dilakukan."Alicia apa kau merasa ini tidak berlebihan? Ale menerapkan aturan yang ketat untuk dirimu tetapi dia kerap mengabaikan dirimu. Apa yang sebenarnya terjadi?" Chloe merasa kesal dengan situasi yang dihadapi sahabatnya.Meski terkadang Alicia menyebalkan tetapi dia tidak dapat begitu saja mengabaikan wanita yang telah bersamanya sejak mereka merintis karir sebagai model, beberapa tahun lalu."Aku menemukan laporan kesehatan wanita itu di meja kerja Ale." Alicia berucap lirih.Wanita cantik itu menundukkan kepalanya dan meremas kedua tangannya dengan gelisah. Chloe tertegun menatapnya kemudian melirik Calista. Dia mengisyaratkan gadis itu pergi meninggalkan mereka berdua.Ga
"Bagaimana dengan Sasmaya? Apa kau akan menemaninya saat melahirkan nanti?" Mireya bertanya pada dengan santai di sela-sela makan malam bersama dengan Ale dan Alena serta keluarga besar mereka."Setan kecil." Ale bergumam seraya melirik tajam Alena. Wanita itu hanya tersenyum kecil."Tentu saja aku akan menemaninya." Ale menyahut pertanyaan Mireya tadi setelah memukul lengan Alena dengan lembut. Alena hanya terkekeh pelan.Mereka bertiga memisahkan diri dari keramaian saat menikmati hidangan penutup. Tidak ingin terganggu dengan keramaian dan kemeriahan yang ditimbulkan anak-anak yang tengah bermain dengan Alicia dan Nyonya Paquita."Aku rasa kau juga perlu berbicara dengan Bibi Paquita." Mireya menyesap wine-nya. Ekor matanya menatap sang bibi yang tengah bercanda dengan Javier."Jelaskan juga padanya mengenai Javier. Mungkin akan sedikit sulit untuk bibiku menerima kenyataan tetapi kau tidak boleh menyembunyikannya untuk selamanya." Mir
"Mansion baru?" Mikaila mengerutkan kening, menatap bangunan di depannya."Aku rasa lebih cocok disebut rumah." Sahut Alena seraya membuka pintu pagar kayu bercat putih."Betul. Ini terlalu sederhana untuk menjadi salah satu aset milik Senor Castillo." Mikaila mengikutinya menelusuri step stone yang menggiring langkah mereka menuju teras utama."Bukalah!" Alena memberikan sebuah gantungan yang berisi beberapa kunci."Kenapa harus aku?" Mikaila menatap Alena tidak senang."Karena kau akan sering mengunjungi rumah ini. Jadi buatlah dirimu nyaman dengan rumah baru ini." Alena tersenyum manis dan dengan gaya santai mempersilakan gadis itu untuk membuka pintu utama rumah bergaya klasik itu."Maksudmu?" Mikaila bertanya setelah membuka pintu kayu yang terbuat dari kayu tua berkualitas itu.Perlahan dia memasuki ruangan utama yang tidak terlalu luas. Rumah ini memang tidak memiliki ukuran yang luas. Bahkan cukup kecil menurut standar Alejandro Castillo. Mikaila menatap sekeliling ruangan mun
Sembilan bulan berlalu tanpa terasa. Bagi Sasmaya kehadiran kehidupan baru di perutnya terasa singkat hingga kini dia hadir dalam pelukannya setelah perjuangan yang cukup membuat Ale merasa di ujung kematian."Madam, ini terakhir kali Anda hamil dan melahirkan. Kondisi fisik Anda tidak sebagus dua puluh tahun lalu." Dokter Ginekolog yang merawatnya semenjak dari kehamilan muda mengingatkannya."Jangan khawatir, ini akan jadi yang terakhir kalinya, Dok." Sasmaya tersenyum seraya menatap bayi mungil dalam dekapannya."Kau membuatku takut," bisik Ale lirih dan memeluknya erat-erat.Meski ini bukan pertama kalinya dia menunggui proses kelahiran buah hatinya tetapi dia merasakan ketakutan yang berbeda. Apalagi sedari awal kehamilan, dokter telah memperingatkan perihal usia Sasmaya yang sudah melewati puncak usia emas seorang wanita."Kami baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Lihat, dia imut sekali." Sasmaya tersenyum dan menyingkapkan sedikit kain yang menyelimuti bayinya dan menunjuk
"Bienvenido a Barcelona," bisik Ale saat menyambut Sasmaya di Bandara El-Prat.Sasmaya tersenyum dan memeluknya serta mengecup pipinya sekilas. Kemudian segera mengikuti Leandro dan Anthony yang membawanya ke kediaman barunya di Barcelona. Sementara Ale hanya memisahkan diri dari rombongan mereka untuk menghindari sorotan publik."Wah cantik," gumam Sasmaya saat tiba di rumah mungil yang disediakan Ale untuknya dan Isabella."Bienvenido Senora!" Mikaila menyambutnya dengan ramah. Gadis berkacamata itu menerima tawaran Ale untuk menjadi asisten pribadi Sasmaya dan meninggalkan pekerjaannya di Madrid."Gracias Mikaila." Sasmaya pun menyapanya dengan ramah. Mereka telah beberapa kali berkomunikasi meski hanya melalui telepon dan media sosial. Dan mereka merasa bisa menjadi partner yang saling mengisi dan menyenangkan."Bagaimana perjalanan Anda? Isabella tidak rewel bukan?" Mikaila menatap gemas bayi mungil di gendongan Sasmaya."Semua baik-baik saja. Ada Paloma dan Bibi Mary yang memban
"Senora!" Mikaila menyapanya dengan riang seraya menghambur masuk ke kamar Isabella.Sasmaya menoleh dan tersenyum melihat gadis itu membawa beberapa kotak dan paper bag berlogo salah satu brand fashion yang terkenal."Apa yang membuatmu begitu gembira?" Sasmaya tertawa sementara tangannya masih sibuk mengganti diapers Isabella. Bayi mungil itu menatapnya dengan bola matanya yang jernih sementara jari jemarinya bergerak pelan seakan ingin menyentuh sang ibunda."Untuk Princess Isabella! Tadaa!" Mikaila meletakkan sebuah boneka berwarna pink dan berbulu lembut di hadapan Isabella, setelah meletakkan semua barang-barang yang dibawanya ke keranjang yang ada di lantai."Wah Tedy bear!" Paloma yang baru saja datang turut berseru riang.Entah apakah benar-benar mengerti apa yang tengah dibicarakan orang-orang di sekitarnya, Isabella turut berteriak seakan-akan tertawa gembira."Aih, suka ya dengan bonekanya?" Sasmaya tergelak dan menggelitik perut bayi itu dengan lembut. Isabella kembali be