Sembilan bulan berlalu tanpa terasa. Bagi Sasmaya kehadiran kehidupan baru di perutnya terasa singkat hingga kini dia hadir dalam pelukannya setelah perjuangan yang cukup membuat Ale merasa di ujung kematian."Madam, ini terakhir kali Anda hamil dan melahirkan. Kondisi fisik Anda tidak sebagus dua puluh tahun lalu." Dokter Ginekolog yang merawatnya semenjak dari kehamilan muda mengingatkannya."Jangan khawatir, ini akan jadi yang terakhir kalinya, Dok." Sasmaya tersenyum seraya menatap bayi mungil dalam dekapannya."Kau membuatku takut," bisik Ale lirih dan memeluknya erat-erat.Meski ini bukan pertama kalinya dia menunggui proses kelahiran buah hatinya tetapi dia merasakan ketakutan yang berbeda. Apalagi sedari awal kehamilan, dokter telah memperingatkan perihal usia Sasmaya yang sudah melewati puncak usia emas seorang wanita."Kami baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Lihat, dia imut sekali." Sasmaya tersenyum dan menyingkapkan sedikit kain yang menyelimuti bayinya dan menunjuk
"Bienvenido a Barcelona," bisik Ale saat menyambut Sasmaya di Bandara El-Prat.Sasmaya tersenyum dan memeluknya serta mengecup pipinya sekilas. Kemudian segera mengikuti Leandro dan Anthony yang membawanya ke kediaman barunya di Barcelona. Sementara Ale hanya memisahkan diri dari rombongan mereka untuk menghindari sorotan publik."Wah cantik," gumam Sasmaya saat tiba di rumah mungil yang disediakan Ale untuknya dan Isabella."Bienvenido Senora!" Mikaila menyambutnya dengan ramah. Gadis berkacamata itu menerima tawaran Ale untuk menjadi asisten pribadi Sasmaya dan meninggalkan pekerjaannya di Madrid."Gracias Mikaila." Sasmaya pun menyapanya dengan ramah. Mereka telah beberapa kali berkomunikasi meski hanya melalui telepon dan media sosial. Dan mereka merasa bisa menjadi partner yang saling mengisi dan menyenangkan."Bagaimana perjalanan Anda? Isabella tidak rewel bukan?" Mikaila menatap gemas bayi mungil di gendongan Sasmaya."Semua baik-baik saja. Ada Paloma dan Bibi Mary yang memban
"Senora!" Mikaila menyapanya dengan riang seraya menghambur masuk ke kamar Isabella.Sasmaya menoleh dan tersenyum melihat gadis itu membawa beberapa kotak dan paper bag berlogo salah satu brand fashion yang terkenal."Apa yang membuatmu begitu gembira?" Sasmaya tertawa sementara tangannya masih sibuk mengganti diapers Isabella. Bayi mungil itu menatapnya dengan bola matanya yang jernih sementara jari jemarinya bergerak pelan seakan ingin menyentuh sang ibunda."Untuk Princess Isabella! Tadaa!" Mikaila meletakkan sebuah boneka berwarna pink dan berbulu lembut di hadapan Isabella, setelah meletakkan semua barang-barang yang dibawanya ke keranjang yang ada di lantai."Wah Tedy bear!" Paloma yang baru saja datang turut berseru riang.Entah apakah benar-benar mengerti apa yang tengah dibicarakan orang-orang di sekitarnya, Isabella turut berteriak seakan-akan tertawa gembira."Aih, suka ya dengan bonekanya?" Sasmaya tergelak dan menggelitik perut bayi itu dengan lembut. Isabella kembali be
"Ko Andrew!" Sasmaya berseru girang seraya berlari menyambut Andrew dengan pelukan dan senyum lebar."Apa kabar?" Andrew Kim terkekeh dan memeluknya erat-erat. Hampir satu tahun lebih mereka jarang berjumpa. Andrew maupun Enrico terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka hingga tidak sempat menyambanginya di Kayserberg, kota kecil di mana Sasmaya menyepi selama ini."Seperti yang Koko lihat, aku baik-baik saja. Bagaimana kabar Koko dan Tante Clarissa?" Sasmaya menggandeng pria yang sudah dianggap seperti kakak lelakinya itu menuju teras belakang yang luas."Mama sehat dan semakin cerewet." Andrew tertawa dan disambut gelak tawa Sasmaya."Kalau tidak cerewet bukan Tante Clarissa namanya," sahut Sasmaya.Mereka berdua duduk di teras sembari menunggu Bibi Martha menyiapkan kopi dan aneka kue. Kebetulan Bibi Mary baru saja sibuk di dapur membuat aneka roti khas Perancis yang terkenal lezat."Aku membawa sesuatu untukmu!" Andrew baru teringat dan saat itu Leandro datang dengan membawa sebuah ke
"Ke Barcelona lagi?" Alicia mendongakkan kepalanya, menatap Calista. Gadis itu mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya.Alicia mendesah pelan. Akhir-akhir ini dia sering mendapatkan laporan dari asistennya jika Ale lebih sering mengunjungi Barcelona dan tinggal di sana lebih lama."Ada apa di Barcelona?" gumamnya pelan seraya menggigit kukunya. Hatinya kembali dirambati rasa gelisah sekaligus khawatir."Apa ada yang kau ketahui selain itu?" tanyanya pada Calista. Gadis itu menggelengkan kepalanya."Saya hanya tahu Senor Ale kerap berkunjung ke Barcelona. Saya tidak dapat mencari informasi aktivitas beliau di sana." Calista menjelaskan dengan hati-hati.Alicia kembali mendesah. Perlahan dipalingkannya tatapannya ke pemandangan di luar jendela kamarnya. Salju memutih di mana-mana, musim dingin kali ini terasa lebih dingin baginya."Sebentar lagi natal dan tahun baru. Apakah kau sudah mendengar sesuatu hal tentang itu?" Alicia kembali bertanya pada asisten pribadinya."Menurut Senor
"Apa? Kau tidak berada di Maldives sekarang?" Chloe berteriak kesal dan hampir saja melemparkan smartphone miliknya."Bukankah kau dan anak-anak berlibur di Maldives?" Chloe kembali bertanya, mempertegas pernyataan Alicia, lawan bicaranya di telepon."Ah baiklah," sahutnya dengan lemah setelah cukup lama mendengarkan dengan serius penjelasan Alicia."Ah ada-ada saja," keluh wanita cantik berambut gelap itu seraya meletakkan smartphone mahal miliknya ke atas meja dan meraih gelas coktail-nya."Tetapi aku juga salah. Seharusnya aku bertanya lagi padanya sebelum memutuskan untuk berlibur di sini." Chloe melanjutkan keluh kesahnya di dalam hati.Sebelumnya dia dan Alicia telah sepakat untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka bersama-sama di Maldives seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak seperti biasanya, kali ini terjadi kesalahpahaman yang cukup fatal dan membuat berantakan rencana liburan mereka."Ah sudahlah! Maldives juga tempat yang indah untuk berlibur dan menenangkan diri
"Bagaimana liburanmu di Maldives?" Ale menatap Sasmaya yang tengah membujuk Isabella agar mau membuka mulutnya."Menyenangkan. Gracias Ale untuk liburan yang tenang dan tentu saja lebih hangat." Sasmaya tersenyum seraya menyuapkan pure labu ke mulut mungil putrinya."Aku senang jika kau dan Isabella senang." Ale membelai kepala sang putri yang kini mengambil sendok dan mengacungkannya padanya."Ini untuk Papa?" Ale mengalihkan perhatiannya pada sang buah hati dan mengajaknya berbicara."Kyaaa!" Hanya serentetan ucapan tak bermakna yang diserukan dengan kegirangan oleh bayi cantik itu seakan-akan membalas ucapan sang ayah."Ah, baiklah!" Ale tertawa dan membuka mulutnya membiarkan Isabella menyuapkan sendoknya ke mulut ayahnya.Sasmaya tertawa tergelak melihat tingkah ayah dan anak itu. Kini Ale yang menyuapi Isabella dan kali ini bayi mungil itu tidak menolaknya."Oh, Isabella ternyata mau disuapi Papa ya." Sasmaya meletakkan mangkok berisi pure labu di meja dan membiarkan Ale mengamb
"Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba