"Selamat pagi," gumam Sasmaya pada dirinya sendiri.Menggenggam secangkir susu coklat panas, Sasmaya duduk di depan jendela dan menatap pemandangan di hadapannya. Jalanan berlapis bebatuan dengan bunga-bunga aneka warna yang baru saja bermunculan di pot yang berjajar rapi di tepiannya. Sangat indah dan menyejukkan matanya di pagi hari di musim semi yang cerah.Kaysersberg, sebuah kota kecil dan komune di Haut-Rhin, Alsace, Prancis. Kota ini menjadi pilihannya sebagai tempat tinggalnya untuk sementara waktu di antara begitu banyak pilihan kota-kota lainnya di Eropa dan Asia."Indah dan tenang," gumamnya lagi seraya menyesap susu coklatnya.Andrea menyewa sebuah rumah mungil di pusat kota kecil itu untuknya. Sebuah rumah dengan gaya arsitektur khas Alsace, terbuat dari kayu dan dicat dengan warna-warni yang meriah."Seperti rumah dongeng!" Begitu reaksinya saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah yang kini dihuninya.Memang benar, tinggal di kota kecil yang dikelilingi perkebunan an
"Kau!" Sasmaya sungguh terkejut dengan kehadiran seseorang yang tidak diharapkannya saat ini."Mi amor!" Ale mendekat dan memeluknya. Sasmaya masih sedikit bingung karena Ale sama sekali tidak memberitahunya akan datang ke Kaysersberg."Kenapa tidak mengabariku?" Sasmaya bertanya dan melepaskan diri dari pelukannya."Aku ingin memberimu kejutan." Ale tersenyum dan menyentuh rambutnya dengan lembut.Ditatapnya wanita cantik yang beberapa hari ini selalu dikhawatirkannya. Sejak mengetahui kehamilan Sasmaya, Ale dilanda kekhawatiran. Bagaimana pun juga dia harus memantau kondisinya."Kau baik-baik saja?" Ale kembali mendekati Sasmaya."Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja dan sehat." Sasmaya tersenyum dan memutar tubuhnya di depan Ale, menunjukkan dirinya baik-baik saja.Ale tertawa dan menangkap lengannya. Kemudian memeluknya dari belakang."Aku merindukanmu," bisiknya lirih, menyusupkan kepalanya ke ceruk leher Sasmaya.Sasmaya hanya tersenyum dan meremas lengan kokoh yang meling
"Aku belum memiliki rencana untuk itu. Sepertinya aku akan melahirkan di sini saja." Sasmaya menatap Ale."Hei, ini hanyalah sebuah kota kecil." Ale mengerutkan keningnya, membalas tatapan Sasmaya."Tidak masalah, meski kita kecil, fasilitas kesehatan di sini cukup bagus. Apalagi kehamilanku baik-baik saja." Sasmaya kembali tersenyum dan meyakinkan Ale."Tidak bisa, kau harus melahirkan di Madrid, agar aku merasa tenang." Ale menggelengkan kepalanya, menolak keinginan Sasmaya."Hei, tidak usah khawatir. Aku dan dia akan baik-baik saja." Sasmaya meraih tangan Ale dan meletakkannya di perutnya."Aku tidak mau mengambil resiko." Ale membelai perutnya pelan."Tidak akan terjadi apa-apa. Tenanglah!" Sasmaya menyentuh lengannya, meyakinkannya semua akan baik-baik saja.Perdebatan mereka mengenai di mana nanti Sasmaya akan melahirkan berlanjut hingga malam, saat mereka duduk bersama di teras kamar utama, di rumah yang ditempati Sasmaya di Kayserberg."Ale, aku lebih senang berada di sini kar
"Jaga dirimu dan juga bayimu ya," bisik Ale lirih seraya mengecup perut Sasmaya.Sasmaya hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dengan lembut disentuhnya rambut Ale. Ditatapnya pria itu dengan tatapan rumit."Jangan khawatirkan kami berdua. Kami pasti akan baik-baik saja." Sasmaya meyakinkannya agar Ale tidak mencemaskannya juga bayinya."Aku tahu, kau pasti akan menjaganya dengan baik." Ale menegakkan tubuhnya dan memeluknya erat-erat.Sasmaya tersenyum dan menepuk punggungnya dengan lembut. Setelah berpamitan, Ale pergi meninggalkannya karena harus kembali ke Madrid secepatnya."Aku rasa dia menjadi lebih sibuk semenjak pensiun bermain bola," gumam Sasmaya menatap mobil yang membawa Ale menjauh meninggalkan Kayserberg.Sasmaya masih berdiri di dekat jendela dan menatap jalanan yang lengang. Hanya sesekali beberapa pejalan kaki melintas. Tidak banyak, hanya satu atau dua atau serombongan wisatawan.Kayserberg merupakan kota kecil dan berpenduduk sedikit seperti kebanyakan kota-
"Ini yang aku dapatkan mengenai wanita itu." Mikaila mendorong laptopnya ke hadapan Pedro."Apa ini?" Pedro menatap layar laptop dengan seksama."Itu asset yang ditengarai sebagai milik pribadi Sasmaya Emily Salim. Dia salah satu pewaris dari grup Salim. Aku rasa dia mendekati Senor Castillo bukan karena uang." Mikaila menjelaskan."Begitu? Jadi ini murni karena saling ketertarikan? Apakah itu yang ingin kau katakan Mikaila?" Pedro menatap gadis berkacamata itu lekat-lekat."Aku rasa begitu. Senora Sasmaya tidak membutuhkan dukungan seorang pria untuk dapat menikmati hidup mewah seperti wanita-wanita dari tingkat status sosial yang sama dengan dirinya." Kembali Mikaila menjelaskan."Aku mengerti," sahut Pedro pelan. Ditutupnya laptop milik Mikaila."Aku hanya ingin tahu itu saja. Sahabatku itu berhak bahagia dengan segala yang dimilikinya. Meski sekarang orang-orang menganggap hidupnya lebih dari sekadar bahagia, tetapi aku tahu dia menginginkan sebuah kebahagiaan yang sederhana." Ped
"Dia mendekati Javier." Alicia berucap pelan. Membuat Chloe menatapnya tak mengerti."Siapa?" tanyanya penuh rasa ingin tahu."Sasmaya," gumam Alicia, menjawab dengan sedikit rasa enggan tersirat dalam nada bicaranya."Bagaimana dia bisa mendekati Javier? Bukankah anak itu cukup sulit untuk didekati siapa pun?" Chloe mengerutkan keningnya.Dia cukup tahu bagaimana Alicia kesulitan mendekati bocah itu. Meski di berbagai media mereka berdua, Alicia dan Javier kerap digambarkan sebagai ibu dan anak yang memiliki hubungan yang baik, tetapi faktanya itu hanyalah pencitraan semata."Entahlah! Dahulu Ale hanya menekan aku dan Alena untuk mengatasi masalah Javier. Sebelumnya bocah itu tidak pernah dekat dengan wanita mana pun yang di kencani Ale." Alicia pun sepertinya tidak mengerti bagaimana kedekatan Javier dan Sasmaya dapat terjalin dengan mudah."Ehm, wanita itu cukup pandai rupanya. Alicia tetapi hubunganmu dengan Ale baik-baik saj
"Madam, buah segar Anda." Bibi Marry datang dengan membawa sekeranjang buah-buahan segar dan anggur yang terpisah.Dia meletakkannya di atas meja beserta dengan piring, mangkok dan pisau buah serta sendok garpu. Kemudian duduk di sebelah Sasmaya yang tengah asyik dengan gawainya, mengupas buah apel, pear, peach dan jeruk."Terima kasih Bibi." Sasmaya tersenyum dan mengambil sebutir anggur merah. Dimasukkan ke dalam mulutnya dan menggigit daging buah anggur yang terasa begitu manis dan berair."Ehm manis dan segar." Sasmaya menatap Bibi Mary dengan riang."Benar Madam, itu buah yang tersisa dari musim gugur kemarin karena itu matang terlebih dahulu." Bibi Marry tersenyum dan mengulurkan mangkok buah yang berisi potongan-potongan buah apel, pear, peach, anggur dan jeruk."Ini bagus untuk bayi Anda." Bibi menuangkan madu dan perasan lemon ke dalam mangkok buah."Wah ini pasti enak dan segar." Sasmaya menerima mangkok itu dan meletakkannya di pangkuannya.Cuaca mulai sedikit memanas. Buah
Ale mengancingkan kemejanya. Mematut diri di depan cermin, memastikan pakaian yang dikenakannya sudah rapi dan serasi."Ale, akhir-akhir ini aku rasa kau terlalu sering pergi ke Perancis." Alicia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya."Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan di sana." Sahut Ale pelan."Oh ya? Apakah aku boleh tahu apa yang membuatmu begitu sibuk di sana?" Alicia perlahan menegakkan tubuhnya.Merapikan dan mengikat rambut panjang bergelombang ya dengan asal saja. Menjejakkan kakinya ke lantai marmer dan perlahan melangkah mendekati pria yang telah menjadi kekasihnya selama hampir enam tahun lebih lamanya."Apa yang ingin kau ketahui?" Ale bertanya dan menatap Alicia.Wanita cantik itu tersenyum seraya membantunya merapikan kemejanya. Alicia tidak segera menjawab pertanyaannya dan hanya mengalihkan jari jemarinya dari kemeja putih yang dikenakan Ale, meluncur menelusuri rahangnya dengan lembut."Masihkah aku berarti di hati dan hidupmu Ale?" tanyanya dengan lembut