Share

Bab 6: Masih Mencintai Mantan Kekasihmu?

Dania menoleh perlahan, seakan waktu melambat saat ia mengamati setiap garis tajam di wajah Mark.

Mata kelam pria itu menatap Cindy dengan kebencian yang begitu terang, membuat suasana ruangan seolah membeku dalam ketegangan. Bibirnya terkatup rapat, dagunya terangkat tinggi, menandakan ketegasan yang tak bisa diganggu gugat.

"Apa maksudmu, Mark?" tanya Cindy dengan nada marah, matanya menyala penuh emosi. Ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Mark, seolah sentuhan itu telah menjadi duri yang menusuk kulitnya.

Mark menghela napas panjang, seolah berusaha menahan amarah yang membara di dalam dadanya. “Pergi dari rumahku sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar,” ucapnya dingin, suaranya bergetar dengan ancaman yang jelas.

Perkataan itu menyulut kemarahan Cindy. Dengan wajah memerah, ia mendesis, “Argh!” sebelum akhirnya berbalik dan pergi dengan langkah cepat, menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai marmer yang dingin.

Mark tidak memedulikan Cindy lagi. Ia berbalik, matanya yang tajam melunak sejenak saat menatap Dania. Tanpa berkata-kata, ia menarik tangan Dania dengan lembut namun tegas, membawanya ke ruang makan yang sudah disiapkan dengan sarapan yang tampak lezat.

Aroma kopi yang menggoda dan roti bakar yang masih hangat mengisi udara, namun suasana tegang masih terasa menyelimuti.

“Apa yang dia lakukan padamu?” tanya Mark dengan suara datarnya, pandangannya tidak lepas dari wajah Dania yang terlihat ragu-ragu.

Dania menelan ludah, hatinya berdebar. “Tidak … tidak ada,” jawabnya, suaranya hampir berbisik. “Sepertinya dia ingin mencari tahu tentang kita, Mark.”

Mark menghela napas berat, matanya menyipit. “Sudah kubilang padamu agar tinggal di sini bersamaku. Karena aku yakin, wanita itu dan ayahku sedang mencari tahu semuanya.”

Dania hanya bisa diam, menundukkan kepalanya. Ia tahu betul, pernikahan ini adalah keputusan impulsif, langkah yang diambil tanpa perencanaan matang.

Namun, ikatan ini sudah terjalin, dan ia sekarang adalah istri sah dari pria yang berdiri di hadapannya ini. Meski semuanya terasa bagai mimpi buruk, Dania merasa harus mengikuti alur yang telah dibuat oleh suaminya.

“Lalu, apa yang bisa aku dapatkan dengan menjadi istri pura-puramu ini?” tanyanya akhirnya, suaranya bergetar. 

Mark mengangkat kepalanya, menatap Dania dengan tatapan yang sulit ditebak. Matanya gelap dan penuh misteri. “Apa pun itu,” jawabnya singkat, tanpa ekspresi.

Dania menghela napas kasar, merasa frustasi dengan jawaban ambigu itu. Ia tahu bahwa Mark adalah pria yang sulit ditebak, seperti bunglon yang bisa berubah warna sesuai situasi. Tapi, kali ini ia ingin kepastian.

Apakah mungkin Mark benar-benar akan memberikan apa pun yang ia inginkan? Atau ini semua hanya permainan belaka?

Mark memiringkan kepalanya sedikit, seakan memikirkan sesuatu. “Kenapa kau dikejar-kejar oleh pria botak itu?” tanyanya tiba-tiba, nada suaranya dingin namun penuh rasa ingin tahu kejadian yang mempertemukan mereka di malam itu.

Dania menatap Mark, mencoba mencari petunjuk dari ekspresi wajahnya. “Aku … aku melakukan sesuatu yang membuat pesta pertunangan mantan kekasihku dan sahabatku kacau,” jawabnya dengan suara pelan.

Mark menaikkan satu alis, tertarik. “Oh?” gumamnya, mempersilakan Dania untuk melanjutkan ceritanya.

Dania menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Mereka selingkuh di belakangku. Mantan kekasih dan sahabatku. Jadi, aku ingin membalas dendam. Tapi, semuanya jadi kacau setelah ibu Kevin memerintahkan anak buahnya mengejarku.”

Mark tetap diam, namun matanya yang tajam menyiratkan bahwa ia mendengarkan dengan saksama. Ia memahami situasi Dania, merasakan ketidakadilan yang dirasakannya. “Mantan kekasihmu terlalu bodoh,” katanya datar, penuh keyakinan. “Selingkuh dengan sahabatmu, hm? Wajar jika kau ingin balas dendam. Mereka pantas mendapatkannya.”

Dania hanya tersenyum tipis, meski hatinya masih terasa perih mengingat pengkhianatan itu. Ia kemudian mengambil sepotong roti bakar dan segelas susu hangat yang ada di hadapannya, mencoba menikmati sarapannya meski hatinya masih terasa gelisah.

Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. “Kau masih mencintai mantan kekasihmu?” tanya Mark tiba-tiba, nada suaranya datar namun mengandung rasa ingin tahu yang tajam.

“Uhuk! Uhuk!”

Dania terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia tersedak, batuk-batuk kecil sambil menutup mulutnya.

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
sepertinya udah move on deh ya kan ya dong,,,
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
rencana mark ternyata cukup matang,mengingat orang2 itu memang akan usil dan menyelidiki hubungannya
goodnovel comment avatar
MAIMAI
ngapain kamu mark nanya nanya perasaan dania ke kevin? kamu pengen ada peluang menjadikan dania pasangan sesungguh nya ya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status