Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 10: Aku akan Membuatmu Hamil

Share

Bab 10: Aku akan Membuatmu Hamil

last update Last Updated: 2024-08-28 10:03:55

“Kedatanganku ke sini ingin memberitahu kalian berdua, bahwa hari ini adalah hari terakhir istriku bekerja.”

Kevin dan Marsha membeku di tempat mereka berdiri, tercengang oleh pengakuan tiba-tiba dari Mark. Wajah mereka memucat, seolah darah mereka mengalir mundur, diserap oleh kekosongan yang tiba-tiba menghantam mereka.

Begitu juga Dania, yang berdiri terpaku di samping Mark. Ia tidak pernah menyangka Mark akan melakukan ini—mengumumkan kepada semua orang bahwa mereka adalah suami istri. Dania merasakan jantungnya berdebar kencang, tidak tahu harus merasa lega atau marah.

“Suami ...?” bisik Marsha pelan, matanya membesar seperti bulan purnama, terpaku pada Mark yang berdiri dengan tenang, seolah-olah segala hal yang terjadi ini adalah bagian dari rencana yang telah lama direncanakannya.

Mark tidak memperhatikan keterkejutan yang jelas tergambar di wajah Marsha dan Kevin. Ia memegang erat tangan Dania, menariknya lebih dekat, seakan menegaskan kepemilikannya.

“Ya, suami,” ulangnya,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
gimana dan pilih kerja apa hamil? tapi kenapa harus milih sih??klo bisa 22nya
goodnovel comment avatar
MAIMAI
wow ancaman mark di luar nurul. beda dr yg lain nya. ayo loh dania kamu pilih mana, gak usah kerja apa di hamili mark?
goodnovel comment avatar
Widia Anaska
naah ya udah Mark.. buat Dania hamil, ...... biar dia nurut Ama kamu . ngeyel banget diaaa....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 11: Sebaiknya Pergi dari Rumah ini

    Dania mengepalkan tangannya kuat-kuat, mencoba menahan ledakan emosi yang terus membara di dalam dirinya. Setiap kata yang keluar dari mulut Mark tadi terasa seperti duri yang menusuk hatinya, membuat luka yang semakin dalam."Kenapa kau terus mengancamku seperti ini, Mark?" suaranya meninggi, penuh dengan kemarahan yang tak lagi bisa ia bendung.Dia ingin berteriak, ingin membalas segala kekangan yang selama ini mengikatnya. “Aku bukan hewan peliharaanmu yang harus patuh pada tuannya! Aku punya hak untuk melakukan apa pun yang aku inginkan!”Mark hanya berdiri di sana, tatapannya dingin dan datar, seolah-olah apa yang dikatakan Dania tidak memiliki arti apa pun baginya. Kesunyian di antara mereka terasa begitu mencekam, seperti badai yang akan segera meledak namun tertahan di ujung angin.Dania merasakan jantungnya berdebar semakin kencang, bukan hanya karena kemarahan, tetapi juga karena perasaan kecewa yang semakin mengakar dalam hatinya. Di hadapan tatapan kosong Mark, dia merasa

    Last Updated : 2024-08-28
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 12: Apa yang Dia Temukan?

    “Argh! Mark membuatku frustasi!”Dania menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tengah, frustrasi dan lelah. Kegagalannya untuk melarikan diri tadi sore membuat pikirannya terus berputar mencari jalan keluar lain.Dia tidak pernah menyangka bahwa Mark akan begitu cerdik dan menjaga rumah dengan ketat, seperti benteng yang mustahil ditembus. Dia melihat keluar jendela, menatap ke arah gerbang depan yang sekarang dijaga oleh dua orang pria berbadan tegap.Bahkan pintu gerbang otomatisnya pun tampaknya telah diprogram untuk menolak setiap upaya pelarian. Bagaimana Mark bisa tahu? pikirnya. Dania menggigit bibir bawahnya, merasakan adrenalin mengalir dengan cepat di nadinya.Sore itu, saat dia mencoba menyelinap keluar melalui pintu belakang, tiba-tiba seorang pria berbadan besar menghadangnya. Dengan tatapan dingin dan suara rendah, pria itu memerintahkannya untuk kembali ke dalam rumah.Tanpa banyak pilihan, Dania terpaksa menurut. Hatinya be

    Last Updated : 2024-08-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 13: Ocehan Tak Bermutu

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai yang masih tertutup sebagian. Kamar terasa sepi, hanya suara detak jam dinding yang mengisi keheningan.Dania masih terbaring di tempat tidur, pikirannya dipenuhi oleh kejadian semalam. Mata yang lelah menatap kosong ke langit-langit, mencoba mencari ketenangan yang tak kunjung datang.Pintu kamar terbuka perlahan. Mark masuk dengan langkah tenang, ekspresinya tampak lebih lembut daripada biasanya.Di tangannya, dia membawa sebuah kartu kecil berwarna hitam yang berkilauan di bawah cahaya matahari pagi. Black card, simbol kekayaan tanpa batas, sebuah kartu yang memberi akses ke segala kemewahan dunia.Mark mendekat, menyodorkan black card itu ke arahnya. “Ini. Pergilah belanja, semaumu. Beli apa pun yang kau inginkan.”Dania menatap kartu itu dengan alis terangkat. Dia tahu Mark berusaha menenangkan suasana, berusaha membeli kedamaian dengan cara yang paling mudah baginya.Tapi baginya, kartu itu hanya simbol lain dari kendali y

    Last Updated : 2024-08-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 14: Bisa-bisanya Mencintai Pria Bodoh

    Sorot mata Mark tajam, seakan mencoba menembus pertahanan rapuh wanita itu, sementara bibirnya menyunggingkan senyum dingin penuh sinisme.“Mulut kotormu dan caramu menghina istriku semakin jelas menunjukkan bahwa kau bukan wanita baik-baik,” katanya dengan nada sarkastis, kata-katanya menusuk seperti belati yang menggores hati, meninggalkan luka yang tak terlihat namun terasa pedih.Marsha terperanjat, seolah tidak percaya bahwa kata-kata kasar itu ditujukan padanya. Mark melanjutkan ucapannya, kali ini mengalihkan tatapannya ke arah Kevin, yang masih terpaku dengan wajah yang kini semakin memerah karena amarah yang tak bisa ia ungkapkan.“Kalian berdua memang cocok, serasi sekali,” lanjut Mark, nada suaranya semakin tajam, penuh dengan ejekan yang menambah rasa malu dan kemarahan Kevin.“Mark?” Dania mencelos mendengar hinaan yang keluar dari mulut suaminya itu. Sejenak, ia merasa terguncang, tetapi di sisi lain, ada perasaan lega yang tak dapat ia pungkiri.Meski kata-kata Mark kas

    Last Updated : 2024-08-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 15: Ketakutan Dania

    Setelah tiba di rumah, Mark dengan tenang menyerahkan sebuah paper bag berwarna perak berkilau kepada Dania.Wajah Dania menampakkan kebingungan yang mendalam, alisnya bertaut, dan matanya menatap Mark dengan tatapan penuh tanda tanya. Suaranya sedikit serak, melafalkan, “Ini apa?”Mark menatap Dania dengan tatapan khasnya—datar dan dingin, seolah menyembunyikan apa pun di baliknya. “Nanti malam ada pesta di Silver Hotel,” jawabnya singkat, seolah itu sudah menjelaskan segalanya tanpa perlu elaborasi lebih lanjut.“Kenapa aku harus ikut?” tanya Dania lagi, kali ini suaranya lebih tajam, penuh dengan rasa tak sabar yang hampir meledak.Dia sudah muak dengan rencana-rencana mendadak yang selalu muncul tanpa sepengetahuannya, seperti potongan-potongan teka-teki yang tidak pernah lengkap dan tidak pernah membuatnya merasa nyaman.Mark mengangkat bahu dengan ringan, pandangannya sedikit mengendur namun tetap men

    Last Updated : 2024-08-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 16: Jangan Khawatir

    Mark merasakan tatapan tajam dari Alex yang penuh dengan kecurigaan yang terpendam. Dia tahu betul bahwa Alex tidak pernah sepenuhnya menerima pernikahannya dengan Dania.Bagi Alex, Dania adalah sebuah variabel yang tidak pasti, sesuatu yang tidak pernah bisa ia kendalikan. Namun, Mark tetap tenang di hadapan ayahnya, menjaga wajahnya tetap tanpa ekspresi seperti topeng yang sudah terlatih."Ayah Dania tidak tinggal di kota ini," kata Mark dengan nada datar, suaranya tetap tenang meskipun ada sedikit ketegangan yang merayap di sudut bibirnya."Perusahaannya berada di luar negeri, jadi dia tidak bisa datang ke acara pesta yang hanya mengundang relasi di kota ini." Mark menatap Alex langsung di mata, berharap penjelasannya cukup untuk meredakan keingintahuan ayahnya yang mengganggu.Alex memandang Mark dengan tatapan yang sulit diuraikan, senyumnya samar dan penuh dengan maksud tersembunyi. "Oh, begitu ya?" gumamnya, seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu.Namun, ada sesuatu dalam n

    Last Updated : 2024-08-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 17: Fitnah Keji

    "Mohon perhatian semuanya. Aku membawa kabar yang mengejutkan di malam ini." Dania dan Mark kompak menoleh ke arah sumber suara. Dania mengerutkan keningnya ketika melihat wanita yang tengah menjadi pusat perhatian di sana. "Apa lagi yang ingin dia lakukan kali ini?" gumam Dania. Marsha berdiri tegak dengan anggun di tengah ruangan, gaun merahnya yang mencolok seperti nyala api yang membakar malam itu, membedakannya dari para tamu lainnya.Senyum licik yang menghiasi wajahnya seolah-olah mengisyaratkan bahwa ia adalah ratu malam ini, pengendali tunggal narasi yang sedang bergulir. Mikrofon di tangannya seakan menjadi tongkat sihir yang siap mengeluarkan mantra penuh kebencian dan cemoohan."Apa yang sebenarnya ingin kau capai dengan ini, Marsha?" pikir Dania, tubuhnya menegang, tangannya yang menggenggam erat lengan Mark bergetar halus.Matanya yang besar memantulkan kecemasan dan ketakutan yang tak mampu ia sembunyikan. Wajahnya pucat, namun ada api yang membara di dalam hatinya. "

    Last Updated : 2024-08-31
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 18: Semakin Kacau

    “Baik, Tuan. Anda jangan khawatir. Saya akan mengurus semuanya,” ucap Vicky meyakinkan Mark yang kini terlihat murka melihat Marsha yang dengan sengaja memberi pengumuman seperti itu. “Aku ingin pulang, Mark,” lirih Dania menatap Mark dengan tangan mengepal erat menahan malu. Sebab semua mata kini tertuju padanya. Mark menghela napasnya dengan panjang lalu menggenggam tangan Dania. Punggungnya tegap menatap semua tamu yang kini tengah berbisik-bisik membahas tentang Dania. “Tuan Mark. Apa itu benar? Mengapa Anda memilih wanita seperti itu?” tanya salah satu tamu yang menghampirinya. Dan beberapa pertanyaan yang mengintimidasi Dania seolah-olah Dania tidak layak menjadi istri seorang Mark. “Maaf, kami harus pulang.” Mark menarik tangan Dania dan meninggalkan tempat itu. Ia tak ingin semuanya menjadi kacau apabila tetap berada di sana. Sesampainya di rumah, Dania segera berlari ke dalam, meninggalkan pintu terbuka begitu saja. Suara langkah kakinya yang terburu-buru bergema di sepa

    Last Updated : 2024-08-31

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   END~

    Satu tahun kemudian ….Clara berdiri di depan jendela apartemen milik Stevan. Lalu pria itu menghampirinya dan memeluk wanita itu dari belakang dan mencium pipinya dengan lembut.“Hi, Stev.”“Hm. Kau tahu? Apa yang sudah ayahmu bicarakan tadi di ruang meeting?” ucap Stevan dengan suara beratnya.“Apa?” tanyanya ingin tahu.Stevan menghela napasnya dengan panjang. “Dia menagih cucu padaku.”Clara yang mendengarnya sontak tertawa. Ia kemudian membalikan badanya dan menatap Stevan.“Lalu, apa jawabanmu?” tanyanya kemudian.Stevan mengendikan bahunya. Ia lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan membukanya.Sontak Clara menutup mulutnya dengan mata membola melihatnya. “Stevan ….”“Clara. Kita sudah melewati perjalanan yang cukup panjang. Aku telah mencintaimu sejak kau masih remaja, aku telah menyayangimu sejak kau lahir ke dunia. Aku tahu, kau adalah takdir yang telah Tuhan tentukan untukku.“Meski us

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Permintaan Clara

    Tiba-tiba, suara dentingan terdengar. Begitu cepat. Tanpa Emma sadari. Mike menendang meja. Meja menjadi miring lalu membuat pisau di tangan Emma terpental.Tring! Pisau menjauh dari Emma. Stevan bergerak dalam hitungan detik.Ia meraih lengan Emma, memelintirnya ke belakang, membuat wanita itu berteriak kesakitan.Clara tersungkur ke lantai saat Stevan berhasil menjatuhkan Emma.Napasnya memburu. "Mmmh ..." mulut itu terikat. Clara tak bisa bicara apapun.“Permainanmu selesai,” desisnya.Emma menatapnya, matanya dipenuhi amarah dan kepedihan.“Tapi aku mencintaimu …”Stevan memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam.“Tidak, Emma.” Ia menatapnya tajam. “Ini bukan cinta, tapi obsesi. Aku tidak pernah mencintaimu dan kau salah mengartikan semuanya. Bahkan kau pun tahu sejak dulu pun aku hanya mencintai Clara.”“Sekali lagi kutegas

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Ancaman Gila

    Emma menyimpan pisaunya kembali, tetapi sorot matanya tetap menakutkan. Clara menelan ludah dengan susah payah, merasakan jantungnya berdegup begitu keras seakan ingin menerobos keluar dari dadanya.Keringat dingin mengalir di pelipisnya, membasahi kulitnya yang sudah pucat.Emma berjalan ke pintu dengan langkah santai, seolah semua ini hanya permainan baginya. Namun, sebelum keluar, ia berhenti dan berbalik."Oh, dan satu hal lagi, Clara …"Clara menahan napas, tubuhnya menegang. Tenggorokannya terasa kering, seolah ada simpul yang mengikatnya erat dari dalam."Aku ingin dia melihatmu dalam keadaan paling menyedihkan sebelum akhirnya aku menghilangkanmu dari dunia ini."Senyuman Emma penuh kepuasan, seperti seorang seniman yang baru saja menyempurnakan mahakaryanya yang keji.Kemudian, dengan gerakan lambat yang disengaja, ia mendorong pintu gudang hingga tertutup dengan suara berderak, menggema di ruang kosong yang dingin.

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Sudah Dalam Perjalanan

    "Hahaha, lelaki lemah. Kau mau apa? Menangisi wanitamu? Kau memang pantas ku buang sebagai rekanku. Aku tidak suka lelaki lemah sepertimu." Emma merasa menang. Desain tawanya begitu liar."Clara? Ini berbahaya, Emma. Kendalikan dirimu!""Mike, aku ... Aku hanya mengajaknya bermain. Kau tahu, dia selalu menghalangi jalanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran." Suara Emma santai tanpa rasa bersalah sama sekali."Emma, jangan lakukan ini!" suara Mike meninggi, tangannya mengepal. "Kau sudah cukup membuat kekacauan!""Oh, Mike, kau selalu terlalu baik l… atau terlalu bodoh? Aku ingin melihat sampai sejauh mana kau dan Stevan bisa melindungi wanita ini. Sekarang dia ada di tanganku. Jika kau ingin menolongnya, ajak Stevan dan temui aku."“Apa yang kau lakukan pada Clara?” Mike menggertakkan giginya.Tawa Emma terdengar lebih keras. "Ah, kau akan melihatnya sendiri. Aku akan mengirim lokasi. Tapi jangan terlambat… atau

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hanya Ingin Berbagi Kebahagiaan

    Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar."Seperti yang kau minta. Semuanya akan berjalan lancar."Emma tersenyum puas. Ia meletakkan ponsel itu kembali dan merapikan rambutnya di depan cermin."Malam ini akan menjadi malam yang panjang," bisiknya.Ia meraih mantel, mengenakannya dengan gerakan anggun, lalu mengambil kunci mobilnya dari meja. Satu tarikan napas panjang, satu langkah menuju pintu.Ia keluar dari kamar, menutup pintu dengan tenang.Ponselnya ia tekan. Bukan ponsel yang biasa ia gunakan. Ponsel lain dan nomor ponsel yang baru, telah ia siapkan kemarin."Nona Clara. Apa anda putri dari Tuan Mark? Papa Anda mengalami kecelakaan lalu lintas, saya menolongnya dan tuan Mark sekarang ada di Alvarado hospital medicare center. Tolong datang segera, karena saya harus mengejar jadwal penerbangan saya.""APAA?! ba-baiklah saya segera datang. Terima kasih Nona telah menolong Daddy." Hiks."Apakah Daddy baik-baik saj

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Pastikan Semuanya Siap

    Ia memiringkan kepala, tatapannya terpaku pada sosok Stevan di kejauhan. Mata hitamnya membesar, membulat seakan ia baru saja melihat sesuatu yang indah.Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya merona."Ah, Stevan …" gumamnya, suaranya terdengar seperti seorang gadis jatuh cinta. "Kau masih tampan sekali. Bahkan dari kejauhan sekalipun!"Ia menempelkan telapak tangan ke pipinya sendiri, memejamkan mata, membayangkan sesuatu.Pernikahan mereka. Stevan di altar, mengenakan jas putih. Ia di sisinya, mengenakan gaun yang memesona. Semua orang tersenyum bahagia.Ya … itulah yang seharusnya terjadi setelah ini.Emma membuka matanya, ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras, napasnya semakin cepat."Tapi sebelum aku menjemputmu, sayang …"Tangannya menyelip masuk ke dalam tas kecilnya. Jemarinya bergerak lincah, mencari sesuatu.Lalu, sesuatu berkilau di bawah lampu. Pisau kecil dengan ukiran indah di gagan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Jaga Clara

    Bodyguard pertama yang mencoba melawan. Namun, Randy dengan cepat menghindar dan menghantamkan pukulan yang kuat.Pria itu jatuh ke lantai mengerang. Tidak bisa bergerak. Bodyguard kedua mencoba menahan Randy. Tapi tidak berhasil.Seperti seorang pria yang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa anaknya, Randy mengamuk, membabi buta, tidak memberi ampun.Mike tergeletak di tanah. Wajahnya penuh dengan cairan merah pekat. Dan tubuhnya semakin tak berdaya.Di sebelahnya, Randy berjongkok, memeriksa keadaan anaknya. Mike masih bernapas, meskipun dengan susah payah."Mike bertahanlah." Randy berteriak, mengguncang bahu.Mike berharap ada reaksi. Tetapi Mike tidak bergerak. Cairan merah pekat itu mengalir deras dari luka-lukanya. Dan tubuhnya terasa dingin.Emma yang masih berdiri di kejauhan, karena perkelahian bodyguardnya, menyaksikan semua amukan Randy dengan tatapan penuh kebencian."Kau akan mati, Mike. Tidak ada yang bisa m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Semakin Menggila

    Sementara itu, di dalam mobil, Emma duduk dengan gelisah. Matanya menatap tajam ke depan, namun pikirannya jauh melayang.Botol wine di tangan kanannya hampir kosong, dan dagunya basah oleh sisa-sisa cairan yang tumpah.Ia tampak marah, kecewa, dan sangat kesal. Rasa sakit yang menggerogoti dirinya akibat kehadiran Clara begitu menyakitkan."Stevan…!" gumamnya dengan geram, suara hatinya penuh kebencian. "Kenapa dia harus ada di sana? Apa dia pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi?"Emma meneguk wine lagi, tanpa peduli dengan keadaan dirinya yang semakin kacau. Ia merasakan ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi ini."Kau pikir bisa menghindar, Stevan? Tidak. Aku akan pastikan Clara tahu siapa yang sebenarnya dia hadapi. Tidak ada yang akan bisa menghalangi rencanaku!"Tangannya yang gemetar memegang kemudi, namun di dalam dirinya, ada dorongan tak terhentikan untuk melanjutkan permainan berbahaya ini.Ia tahu bahwa j

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Cemas yang Berlebih

    Clara merapatkan mantelnya ketika angin malam menyelinap melalui serat kainnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan kampus setelah menyelesaikan tugas yang tertunda.Tatapan itu. Perasaan diawasi kembali lagi. Bahkan kali ini orang itu mengikutinya.Awalnya, ia mengira hanya kebetulan. Mungkin efek dari kurang tidur, atau mungkin hanya pikirannya yang terlalu waspada sejak Stevan memperingatkannya soal Mike.Tapi semakin hari, semakin sering ia merasakan kehadiran tak kasat mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.Ia menoleh ke belakang.Jalanan kampus hampir sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan jauh di depannya.Lampu jalan menerangi trotoar dengan temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak setiap kali angin menggoyangkan dahan pepohonan.Tidak ada siapa pun di sana.Clara meneguk ludah, mencoba menenangkan dirinya.“Hanya perasaanmu saja,” gumamnya pelan.Namun, saat ia kembali melangkah, bulu kuduknya meremang. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terde

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status