Share

Kedatangan Maut

Penulis: Skavivi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 23:47:26

Aku meletakkan sepucuk surat yang Ibu katakan sebagai daftar hutangnya kepada Joe dan surat pribadinya untuk Bapak—surat permohonan cerai. Aku jamin surat-surat itu akan membuat keributan sengit yang berdampak pada kebencian.

“Sehari saja nggak ada masalah di dunia ini. Orang-orang sepertiku pasti senang.”

Aku memutuskan menyandarkan punggung pada tembok, dua hari ini seperti mimpi buruk yang membuatku sulit istirahat dengan santai.

Kamar Ibu memang memakai air conditioner yang sejuk, sesuatu yang lebih berkelas daripada kamarku yang hanya memakai kipas angin karakter di bawah harga seratus ribu. Tetapi aku merasa seperti berada ruang arsip yang menyimpan sejarah panjang Indonesia, yang membuatku ingin cepat-cepat keluar dari sana.

“Apa susahnya...”

“Biaya kuliahmu sebagian hutang dari dia, Ran!” sahut Ibu dengan cepat. Aku jadi tidak yakin kalau Ibu betul-betul sakit jika marah begitu.

“Tolong Ibulah, Ran. Cuma kamu satu-satunya yang bisa bantu!”

Sial. Jadi aku di suruh secepatnya ke sini untuk mengganti uang-uang Ibu karena biaya kuliahku tidak sedikit? Ya ampun.

“Bapakmu juga tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga kita, Ran. Apa-apa Ibu, tapi giliran Ibu sakit, mereka mana ada yang kirim uang ke sini! Mereka mana peduli.”

Oh perih sekali fakta ini. Aku terjerumus dalam hutang piutang yang tidak aku lakukan walaupun aku juga ikut menggunakannya. Pusing kepalaku. Dan di masa sekarang, di mana aku tidak memiliki masa depan kecuali sebagai pembantu seorang Joe Abrizam Sky? Berapa sih gaji yang akan aku terima?

Aku tidak ingin menangis. Tapi mataku berkaca-kaca. Dadaku sakit tak karuan. Ya Tuhan. Pameran apa ini? Kurator manapun tidak suka pameran macam ini. Tidak ada seseorang yang suka dengan rencana yang serba mendadak, tidak ada seseorang yang senang pameran yang bernama kabar buruk, dan aku termasuk seseorang itu.

Ini kabar buruk yang benar-benar buruk sekali. Tapi aku paham, kebencian Ibu terhadap Bapak memang mendarah daging, tapi mengapa Ibu ikut menumpahkan kebencian itu padaku?

Ibu memang tulang punggung dua keluarga, dan Bapak adalah contoh pria yang tidak bertanggung jawab. Sementara aku hanyalah anak yang sedang terpesona dengan duniaku sendiri yang jauh dari kata bayar hutang! Jumlahnya mungkin puluhan juta. Sumpah, dari mana aku bisa membayar sebanyak itu?

Buat puisi, esai, majalah dinding, kerja serabutan, melukis?

Aku keluar dari kamar Ibu. Di tempat asing ini, aku merasakan kombinasi rasa penasaran dan keberanian yang seimbang.

Aku menelusuri ruangan demi ruangan yang aku anggap terlalu monoton untuk mengistirahatkan benak.

Rumah ini memang rumah laki-laki single, yang tidak suka printilan aneh-aneh yang akan mempersulit hidupnya. Tapi Joe amat menyia-nyiakan tembok yang harusnya bisa dipasangi beberapa lukisan Pablo Picasso yang legendaris itu atau lukisan Basuki Abdullah yang bertema tokoh politik masa lalu dan tokoh pewayangan itu untuk menunjang estetika temboknya yang putih bersih.

Barangkali tidak masalah kalau hanya di hiasi lukisan-lukisan dari pasar seni yang tidak mempermasalahkan makna dan nilai estetika dari lukisan tersebut.

Aku mengeluarkan rokok elektrik yang tersimpan di celana jinsku di depan satu-satunya hiasan dinding yang menampilkan potret keluarga pemilik rumah, di ruang tamunya yang luas dan sepi.

“Aku rasa Joe tidak keberatan dengan asap rokok. Toh dia entah di mana!”

Untuk beberapa saat aku tenggelam dalam keprihatinan, terutama pada diri sendiri. Ibu sakit kanker, beberapa prosedur kesehatan pasti akan dilakukan dan itu membutuhkan uang besar. Gajiku sebagai kurator hanya mampu menopang pengeluaranku sendiri dan mengisi sekarung beras. Itupun baru gajian dua kali. Alamak...

Bapak tak mungkin ke sini, tak mungkin menjual harta bendanya untuk pengobatan Ibu sebagai pengorbanan atas nama cinta. Jika itu terjadi aku lantas sujud syukur, walau sekali lagi itu mustahil. Mungkin Bapak sudah tahu kisah main serong Ibu bersama Zainuddin, mungkin dia justru sudah atur strategi mencari wanita beruang banyak karena Ibu sudah tidak menjadi donatur resmi.

Aku menghela napas. Aku paham pertikaian rumah tangga mereka karena pendapat-pendapat gila selalu mereka utarakan setelah bertengkar melalui telepon. Aku yakin memang keluarga ini tidak baik-baik saja dan tidak bisa diperbaiki.

Aku bersumpah, tidak hanya aku yang merasakan keprihatinan macam ini. Banyak orang, banyak alasan yang mendasarinya dan banyak solusi yang diberikan. Dan solusi yang aku sukai adalah mengagungkan rokok dan kopi sebagai pembuka diskusi dan tukar pikiran untuk mengusir kegelisahan, mengeluarkan uneg-uneg dan mencari semangat.

Tapi dengan keluarnya asap rokok dari tubuhku, kegelisahanku tidak pergi, kegelisahan itu masih bersamaku dan rupanya sudah menabrak dan memasuki rongga hidung Joe Abrizam Sky.

Laki-laki itu menghampiriku sambil berkata,

“Polusi macam apa yang kamu lakukan di sini!” Suaranya membentak galak.

Aku menyembunyikan alat pembuat polusi di kantong celanaku setelah mengisapnya sekali lagi.

Aku menghadapnya sambil terpukau melihat maskulinitas yang terpampang jelas di depan mataku.

Joe tidak memakai baju, dan hanya celana hitam khas celana boxer itu membungkus tubuhnya yang berkeringat. Aku yakin dia habis berolahraga, mengingat ada alat treadmill di kamarnya. Kulitnya yang coklat muda itu tak mampu menyembunyikan beberapa otot badannya yang kekar. Uh... Seksi.

“Polusi macam apa yang aku lakukan? Apa tuan tidak tahu rokok elektrik?” cibirku. Dan keberanianku langsung mati ketika Joe menghampiriku dengan sorot mata tajam seakan hendak menerkam nyaliku dengan tubuhnya yang seksi itu.

Aku deg-degan. Sakaratul maut tampaknya sudah mengincarku lebih dulu daripada mengincar Ibu.

“Kamu hanya menjadi pembantu di sini, tidak perlu berbuat ulah!” Joe menekankan nada suaranya sambil mengambil rokok elektrik dikantong celanaku.

Aku mendengus. Lancang sekali dia dan aku berusaha merebutnya. “Kembalikan, Tuan. Itu bukan milikmu!” teriakku berang.

Joe mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah bergurau dengan pembantu lama dan bukan anak Suminah Andari yang berhutang banyak kepadanya.

Joe memainkan perannya tanpa jarak seolah sudah lama mengenalku, tetapi keprihatinan dan rasa jengkel pada hutang-hutang yang diberikan Ibu membuatku betul-betul menjotos perutnya.

Joe tersentak kaget. Jotosan itu memancing amarahnya yang lebih menyeramkan daripada kedatangan sakaratul maut. Dia menyeretku ke kamarnya.

-

next, happy reading.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Bermain Pilihan

    Tubuhku terjatuh di ranjang empuk setelah didorong dengan kasar oleh Joe. Ranjang ini nyaman, beralaskan kain halus tanpa corak. Rasanya aku ingin tidur-tiduran di sini, nyenyak pasti tidurku. Tapi secepat mungkin aku bangkit, menentang kekuasaannya dengan cepat. “Kamu memang akan menjadi bos saya, ya. Tapi perlakukan aku seperti orang asing saja. Tidak perlu ada sentuhan fisik begini. Sialan! Aku bukan binatang jalang.” Joe mengernyit heran. Jelas dia tidak tahu maksudku, dia pasti hanya memahami seni berhitung dan mengatur karyawan. “Siapa yang menganggap kamu binatang jalang? Kamu sendiri!” Aku mengepalkan kedua tangan sambil menatap Joe dengan berani setelah dia menganggap ucapanku tidak sepenting niat hatinya membawaku ke kamarnya.“Ini penting, dengar sajak ini.” Aku memuntahkan sajak Chairil Anwar berjudul Aku, Joe layaknya meresapi baik-baik ucapanku dan memahaminya. Aku sungguh-sungguh berlari ke sini tanpa berniat menebus peluru yang dilepaskan Ibu. Aku tidak mau ku

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Aku Mati Kata

    Joe Abrizam Sky agaknya memang pria serampangan yang bisa bersenang-senang dengan banyak perempuan tanpa menggunakan perasaan. Pria yang tidak mempedulikan kesehatan seksual. Pria yang tidak peduli tubuh perempuan itu milik siapa, dan tidak peduli diberi izin atau tidak. Pria ini mungkin pengelana yang sedang mencari wadah yang tepat untuk melekatkan hasratnya yang tinggi. Mencari rumah yang nyaman untuk digenapi. Dan rumah itu jelas bukan aku sekalipun malam ini aku kurang mahir melawan ciuman yang mendadak. Joe mengusap bibirku yang basah dengan ibu jarinya seraya mengangkat tubuhnya yang menindihku. “Keluar!” “Tuan penjahat!” Aku membetulkan pakaianku seraya bangkit dan menamparnya. Tak kulihat pembalasan, Joe justru membiarkan aku keluar kamar dan membanting pintu kamarnya kuat-kuat. Aku mengatur napas, berusaha tidak terhanyut oleh rasa bibirnya yang lembut dan sentuhan tangannya yang pintar di dadaku. Di kamar, aku segera membersihkan diri dan mengurus Ibu sebisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Obesesi Tuan Joe

    Jika direnungkan kembali, tidak rugi bila aku menikah dengan Joe. Bila aku memasrahkan diri terjebak dalam permainannya. Aku akan tetap menjadi Rania Zaskia Putri yang merana, yang tidak merdeka dalam memilih pilihan meski perutku akan kenyang, pakaianku akan menawan dan isi dompetku tidak kering kerontang. Untuk sesaat gambaran tentang masa depan bersama Joe menyelinap di benakku. Aku resah. Sialnya mengapa aku justru berpikir dengannya adalah permainan panas yang menjanjikan kenikmatan dunia? Aku menurunkan sedikit kaca mobil seraya menghela napas. Setelah diskusi panas di ruang kerjanya, Joe mengajakku untuk berbelanja.Menyenangkan juga rayuannya. “Menurut tuan, operasi dan kemoterapi bisa membuat Ibu hidup lebih lama?” “Itu tergantung daya tahan dan daya juang Bu Minah.” Joe membiarkan fokus kemudinya beralih kepadaku sejenak. “Bu Minah satu-satunya orang tuamu bukan?” tukasnya dengan ragu. Aku mengulum bibir sambil menggeleng. “Aku masih punya Bapak dan adik.” Mataku mena

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Rania Si Mat Keluh

    Joe menatapku dengan wajah terkejut, lalu tanpa mempedulikan sekitarnya, dia tetap mengoceh hal-hal yang seharusnya aku lakukan dan aku patuhi sebagai calon istrinya kelak. Aku menghela napas, banyak sekali peraturannya. Namun satu yang paling sering Joe ingatkan, aku harus banyak-banyak bersabar. Bersabar katanya? Halo, sabar hanya untuk orang-orang penyabar, sedangkan aku? Aku sabar kok meski kadang-kadang. Joe tersenyum cerdik seraya berbisik, “Kamu jangan berpikir keras, Rania. Santai saja, cukup aku yang kacau sekarang.” Aku melengos pergi untuk menyudahi tingkahnya, namun Joe tetap getol memberi kegelisahan. “Bicaramu tadi terlalu kasar, kamu bisa aku hukum!” Aku segera menoleh, “Aku bicara kenyataan, apa serunya menikahi laki-laki impoten? Mirip agar-agar begitu?” Tatapanku pindah ke kaki jenjangnya yang terbungkus celana jins lalu pindah ke wajahnya. Rahang Joe mengeras, ekspresinya yang santai berubah drastis seolah tertekan sesuatu. “Apa kamu lupa dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Merasakan Kehadiranmu

    “Apakah tuan akan menambah daftar panjang hutang Ibu dengan judul belanja baju baru di plaza Senayan?” tanyaku sewaktu perjalanan pulang. “Untuk ini tidak sama sekali.” Joe tersenyum simpul, tidak masalah kalau saja setumpuk baju baru itu hanya akan teronggok di lemari. “Cadangan kesabaranku masih banyak. Kamu mau apalagi setelah ini?” “Mau pulang. Ibu tidak ada yang jaga!” Joe menghela napas dengan pasrah. “Kamu sungguh-sungguh percaya Bu Minah tidak ada yang menjaganya?” Pertanyaan itu membuatku semakin mengerti, aku mudah dibodohi dan aku percaya. “Kakimu halus seperti cara berpikirmu, Rania. Manis sekali!” Joe mengacak-acak rambutku sambil tersenyum lebar. “Pakai rok tadi untuk malam nanti, di kamarku!” Huh, betapa ingin aku mempertanyakan bahwa permintaan itu benar-benar nyata, benar-benar boleh dimiliki gadis sepertiku? Sungguh anugerah. ”Jam berapa undangan itu, tuan?” “Sepuluh!” Aku mengangguk, Joe tertawa. Idih, apanya yang lucu? “Kamu peduli dengan B

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Berikan Aku Anak

    Kupikir, jika aku menikah—baik demi melunasi hutang dan kesehatan Ibu, atau meringankan beban Joe yang dianggap gay dan impoten itu—aku tetap perlu mengenali Joe secara pribadi. Artinya aku harus ramah seperti customer service. Astaga... Sibuk sekali hidupku kini. Selain lebih rajin memasak dan merapikan rambut, aku perlu mengenali seseorang yang ingin sekali aku jotos lagi. Joe hanya duduk manis di kursi dapur setelah semalam aku sudah menjadi kawan tidurnya. Joe pula memintaku agar menganggap rumah yang baru sebulan ditempatinya sebagai rumahku juga. Aku langsung tertarik untuk membeli beberapa lukisan, hiasan meja, patung-patung abstrak nan lucu atau piring-piring klasik khas tionghoa untuk memberi sentuhan seni di rumahnya yang sepi. Aku akan mengemukakan pendapat ini setelah makan siang nanti. “Kenapa tuan hanya melihat saja? Mengapa tidak membantu aku memasak?” “Hmm...” Joe meletakkan ponselnya di meja seraya pindah ke sampingku. “Apa ini salah satu kesepakatan di dapur? K

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Joe Yang Mengatur

    Kesepakatan bersama Joe dan Ibu pada akhirnya menjadi bagian dari hidupku, sekarang aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada kebebasan. Aku tahu ini sembrono, mirip waktu aku tidur dengannya. “Ayo, ke bawah.” Joe menghampiriku yang duduk di sofa ruang kerjanya. “Kamu terlihat tidak ikhlas mendatangi surat perjanjian tadi, Rania.” Joe terkekeh, memprovokasi perasaanku. “Boleh aku berterima kasih dengan mencium tanganmu sekarang?” Aku mengangguk, lalu melihat Joe berlutut bagai pangeran yang hendak melamar kekasihnya dan mencium punggung tanganku mesra. “Milikku.” Joe tersenyum. “Besok kita pergi ke rumah sakit, sekarang aku harus pergi kerja. Bisa kamu baik-baik di rumah?” Alisku berkerut, dan butuh beberapa detik sebelum memutuskan untuk memintanya agar tidak usah pulang saja. Joe kembali terkekeh sebelum berdiri. “Aku yang mengaturmu, Rania! Pergilah ke kamar Ibumu.” Aku mengangguk tanpa bertele-tele, tapi Joe segera mendekat untuk mencegahku pergi dari ruang ker

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Sialnya Aku

    Sepotong kegelisahan mengiringi jawaban atas pertanyaanku yang gamblang. Joe mengangkat bahu seolah menyepelekan tindakannya yang tidak akan menyakitiku.“Aku serius dengan usaha ini, Ran. Kalau saja aku menyakitimu, mungkin aku terlalu marah dengan kesalahanmu!” “Kesalahanku? Contohnya?” “Selingkuh.” Sebagai mantan mahasiswa seni rupa kontemporer yang cinta mati pada pekerjaan dan hobinya, selingkuh dengan manusia tidak pernah aku lakukan.Selingkuhanku biasanya berupa imajinasi, patung, lukisan dan pekerjaan-pekerjaan yang membuatku menjadi palugada berhati riang gembira yang berujung gila sesaat. Dan mantanku akan marah-marah tak karuan, lalu pergi mencari pelampiasan. Huhuhu. “Aku tebak, tuan pernah diselingkuhi?” “Untuk kondisiku, itu sudah pasti!” Joe mendengus tidak senang. “Jangan dibahas, aku tidak senang.”Aku juga tidak senang, cerita perselingkuhan selalu menjadi cerita rumit yang jarang berakhir dengan kedamaian hati. Dan payahnya ‘monster’ itu akan hidup lebih lama

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Mau elo labrak?

    Perlu satu jam aku bersabar menghadapi antusiasme dalam diri, tapi si begundal berjambul pirang itu agaknya tidak memperbolehkan aku diam sejenak dan menikmati kebebasan. “Elo belajar seni rupa kontemporer doang atau ada jurusan lain?” Realino menatapku dengan lancang seolah tidak percaya aku lulusan institut seni rupa. Aku menghela napas lalu membuatnya geregetan. “Menurutmu apa lucunya aku ini gara-gara aku anak seni?” “Kalau dilihat-lihat sih enggak ya, elo lebih mirip anak akutansi, terlalu serius!” Realino cekakan. “Mikirin Joe?” Bohong kalau aku tidak memikirkan Joe Abrizam Sky. Aku bertanya-tanya apakah dia menyesal sudah menamparku? Ataukah dia tidak peduli mengingat tamparan keras yang dialami di masa lalu lebih kejam dari yang dia lakukan padaku? “Aku membuang koleksi foto perempuan bernama Sabrinna ke toilet, itu alasan Joe menamparku!” ucapku lalu meringis. “Aku jamin kamu saksi perjalanan cinta mereka, Realino. Ceritakan padaku.” Realino bersandar di kursinya

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Bawa Aku Pergi

    ”Oi, Rania...” seru Realino. Buru-buru aku mempercepat langkahku di lorong apartemen. Aku tidak ingin menjadi bahan pembicaraan batin dan isi kepala Realino, terlebih-lebih kejahatan Joe akan menjadi bumerang baginya sendiri. Aku tidak ingin laki-laki itu merasa malu. Meski dalam hati aku berharap sebuah balasan menimpanya. Sebab, akan jauh lebih menyenangkan bila rasanya satu sama. Dan ketika aku berpikir keras untuk memutuskan sesuatu yang merepotkan dan menyakitkan, langkah Realino semakin terasa dekat. “Elo nggak apa-apa?” Realino menyentuh bahuku dan menahannya. “Rania... Oi... Elo nggak mau ketemu gue? Apa jangan-jangan elo lupa? Gue Realino, teman Joe!” Aku tidak lupa, dan aku jelas-jelas ingin bertemu dengan Realino. Tapi kawannya yang tidak menyenangkan itu akan menjadi pengganggu dan akan menjadi orang yang aku hindari hari ini. “Boleh bawa aku pergi secepatnya dari sini?” ucapku terbata-bata sambil menatap Realino dengan ragu-ragu. “Sebelum tuan... eh, Pak Ahm

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Tidak Terima, Rania Durhaka

    Aku menjauh sambil menatapnya tak percaya. Sungguh. Apa semua detail aktivitasku dilaporkan tanpa dusta sedikit saja? Apa Pak Ahmad adalah mantan jurnalis yang merangkap sebagai penjaga? Kenapa mereka tidak bekerja layaknya orang pemakan gaji buta saja sih? Atau palingan bisa memberi sedikit dusta? “Tuan ingin menghukumku?” ucapku tanpa rasa takut. Joe bersedekap sambil mengamatiku dengan seksama. “Kamu sudah tahu kesalahanmu?” Nada suaranya yang dingin menyebabkan kesunyian di antara kami selama beberapa menit. Joe masih dengan baju tidur katun biru tua dan masih tampak mengantuk. Tanda bahwa begadang dan belum lama terjaga. Hal itu membuatku malas menjawab kesalahanku apa, sebab, setelah menemani Ibu cek kesehatan dan mengetahui fakta bahwa hasilnya kurang baik, aku kurang berselera membela diri. “Tuan hukum saja aku!” Joe terkejut dengan dibuat-buat lalu tertawa renyah. “Kamu benar-benar mau aku hukum? Keterlaluan kamu, Rania!” Sebelum berdiri untuk mengambil koleksi

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Aturanmu Membunuhku

    Pagi hari yang mendung. Secangkir susu vanila dan roti tawar bakar yang diberi lelehan madu dan alpukat kocok disajikan pelayan rumah di balkon kamarku. “Nona harus menghabiskannya, dan berfoto sesudah dan sebelum sarapan. Tuan Joe akan senang melihatnya!”Aku mengangguk dan tidak peduli dengan sikap memaksa para antek-antek Joe tersebut, mereka akan tetap begitu sekalipun aku protes.“Terima kasih. Ibu bagaimana, sudah makan?” “Sudah, Nona.” sahutnya pendek. “Ibu Minah akan melakukan cek kesehatan jam delapan di rumah sakit, Nona sebaiknya segera mandi dan berdandan!”Aku mengangguk dan memfoto diriku sendiri sambil menunjukkan sarapan pagiku. “Aku sendiri atau Mbak yang kirim foto ke tuan Joe?” “Kirimkan ke Pak Ahmad, seluruh koneksi ke atasan hanya beliau yang diizinkan!”Oh, jadi semua orang yang ada di rumah ini harus tunduk pada Pak Ahmad. Kalau dia dikurung dikamarnya saja bagaimana? Atau sarapannya diberi racun? “Aku akan melakukannya. Mbak juga sarapan dulu sana.”“Saya

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Pak Ahmad

    Rumah baru yang diperuntukkan bagi keluargaku rupanya ikut menginjak-injak kesabaranku setelah koleksi foto perempuan yang Joe simpan.Bagaimana mungkin Joe dan keluarganya memilih rumah yang sangat jauh dari pusat kota, dan di kawasan rawan bencana banjir. Aku dan keluargaku seolah diasingkan dari orang-orang yang bisa mengendus identitas asli kami.Aku sungguh-sungguh terkesan dan dongkol, karena itu aku langsung memberondong pertanyaan ke sopir pribadiku. Namanya Pak Ahmad. Usianya sekitar lima puluh tahun, meski sudah berumur, dia tampil necis dan sangar. “Apa Pak Joe akan ke sini, Pak?” tanyaku jengkel. Sudah beberapa kali aku mengirim pesan ke Joe, tapi tak kunjung datang balasan yang menyenangkan. Pesan dariku hanya centang satu.Tidak mungkin Joe mengurus Bapak sebab pertandingannya akan dijadikan ajang judi yang di urus pihak kelab. Ronald Sky menjanjikan itu bukan sekedar pertandingan harga diri, melainkan bisnis. Kemenangan Bapak atau kekalahannya tetap akan menghasilkan

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Teror Ibu Mertua

    Siapa yang memelihara ayam jantan di perumahan mewah sebagus ini? Perasaan tidak mungkin tetangga Joe yang memiliki Lamborghini itu memelihara ayam jantan. Tapi kenapa berisik sekali suaranya? Apa jangan-jangan Bapak beli ayam untuk hiburan waktu di sini? Kapan belinya? Aku menutup telingaku, tidak nyaman. Akan tetapi, dugaan-dugaan tentang ayam jantan yang berkokok terus-menerus seperti suara alarm itu bukan sekedar mimpi. Tanganku dipegang oleh seseorang yang memiliki tangan halus dan ditariknya menjauh dari telinga. “Ini sudah siang! Buka matamu.” Seketika aku membuka mataku lebar-lebar dan semakin terkaget-kaget melihat wajah Rebbecca yang menaungi wajahku. “Gila.” katanya. Aku tertegun beberapa menit seraya berusaha bangkit dari tidurku yang terasa sangat melelahkan. “Maaf, nyonya.” ucapku serak, tenggorokanku terasa kering sekali. Terlebih-lebih matahari yang sudah terang benderang di luar rumah, membuatku yakin aku bangun sangat kesiangan. Rebbecca ber

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Dipelintir

    “Kenapa kamu percaya aku impoten dan gay, Rania?” ucap Joe sambil menarik resleting celana dan mengancingkannya.Usai sudah ronde kedua kami yang sangat lama, sampai-sampai aku tidak kuat berdiri. Kakiku masih lemas, napasku masih berantakan dan Joe tetap tampil prima. Aku curiga dia sudah minum susu, telur dan madu sebelum pergi ke villa. “Kenapa kamu begitu polos?” Sambil cengengesan, dia menangkup kedua pipiku. “Kamu mudah di tipu?” Sialan, aku tidak mudah di tipu, aku hanya kurang bergaul dengan orang-orang sepertimu, dan orang-orang penipu sepertimu jarang aku temui kemarin-kemarin di kotaku, tuan!Aku menghela napas, ocehan itu hanya bisa aku ucapkan dalam hati karena tidak mudah bagiku sekarang memarahinya atau mengutuk ucapannya yang mencubit isi hatiku itu.“Tuan memang sejak awal berniat menipuku!” Aku menguncupkan bibir. “Dari mulai aku harus menjadi pembantu dan membayarhutang-hutang Ibuku, tuan sudah menyiapkan skenarionya!” “Jadi, kamu bisa menarik kesimpulannya sen

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Ronde Pertama

    Hanya lima menit saja aku bisa merasakan sensasi menakjubkan dari melepaskan ketegangan otot dan gairah yang tidak terbendung. Hanya lima menit Joe bisa menjadikan aku kanvas yang berkeringat dan bergetar hebat.Tetapi mengapa setelah aku melakukan hal yang sama kepadanya sampai bibirku lelah dan memarahinya, Joe tidak kunjung mencapai puncak kejayaan? Ada yang salah, harusnya dia ejakulasi dini! Bukankah dia memiliki trauma dan impoten? Harusnya puncak itu datang kurang dari lima menit. Atau bahkan tidak sama sekali.“Katanya tuan impoten?” ucapku sambil menggerakkan tangan di bagian tubuhnya yang menjulang tegang. Bibirku yang mengerucut dicium olehnya, dan dilumat sesuka hati, sementara satu jarinya asyik memasuki tubuhku yang bermandikan gairah. Keadaan yang tak kunjung selesai ini sungguh melelahkan, tapi mengapa staminanya tidak kunjung selesai? Joe berkali-kali membuatku mendesah nikmat hanya dengan jari dan bibirnya saja. Sementara tak cukup baginya jari dan bibirku yang me

  • Terjerat Cinta Atasan Nakal    Panas Sekujur Tubuh

    Aku menyunggingkan senyum sambil membantunya melepas jas kerja dan kancing kemejanya ditengah gangguan tangannya yang meraba ke seluruh tubuhku. Dan kesuksesan untuk membuatnya terlihat sempurna, seksi dan bisa dimiliki seutuhnya untukku sendiri nyatanya malah membuat sore hari yang sejuk ini kurang nyaman. Joe memandangi adik kecilnya yang lucu dengan tidak percaya diri. Sambil menggerutu karena ciumanku kurang pandai, sentuhanku kurang liar, Joe menyeretku ke ranjang. Dia duduk di tepi ranjang, “Kamu harus menjadi wanita penghibur, Rania. Jangan hanya pandai melukis!” Aku merasa tersinggung, sialan. Aku tidak ahli menjadi wanita penghibur yang mirip di kelab malamnya, yang geol-geol dengan busana minimalis, yang menampilkan wajah erotis menggoda dan merendahkan diri untuk bisa di bawa ke kamar penikmatnya. Aku Rania. Apa Joe lupa siapa aku? Melihatku murung, Joe jelas-jelas ingin melontarkan sesuatu yang bernada sinis, dan sebelum itu terjadi aku mengomelinya. “Aku

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status