Usai mengajar, Arabelle akhirnya mendapatkan pesan dari Christian bahwa dirinya tak bisa menjemput karena banyak urusan yang tengah dilakukannya. Ia pun menitipkan pesan pada Chloe untuk membantunya mengantarkan Ara dan Christoph kembali ke penthouse.Namun, belum sempat ia menghubungi Chloe, tiba-tiba saja Christopher mengajaknya keluar karena Leonard sudah tiba di depan. Pada akhirnya Arabelle tetap menghubungi Chloe agar tidak perlu menjemputnya.Arabelle sempat bingung kenapa Christian malah meminta Chloe bukannya Leon. Walau ia tahu jawabannya tentu karena Leonlah inti pertengkaran mereka, tapi rasanya aneh karena tahu Chris dan Chloe tak sedekat itu untuk meminta bantuan sahabatnya hanya demi mencegahnya bertemu Leon.Dari mana Christian tahu nomor Chloe dan kapan mereka bertukar nomor? batin Arabelle melamunkan hal tersebut cukup larut sampai membuat Leon menoleh dan membuka pembicaraan."Hei, jangan terlalu dipikirkan." Ucapan Leon membuyarkan lamunannya tentang Christian yang
"Christian?" balas Arabelle.Christian tak menjawab dan malah melihat kekacauan yang terjadi di dapur mereka seraya mengernyitkan dahi, ia kembali menatap Leonard dan Arabelle secara bergantian.Sementara Leonard memberikan kacamata Arabelle ke tangan wanita itu yang tak sadar bertatap muka tanpa mengenakan kacamata membuat Leonard mengernyit. Akan tetapi, karena merasakan keanehan pada ekspresi Christian, ia pun memilih mendekati sang kakak lebih dulu."Kemana saja kau?" tanya Leonard."Melakukan pekerjaan penting. Tadinya aku cukup khawatir pada Christoph dan Arabelle akan mencemaskanku karena tak memberikan kabar apa pun, tapi kurasa tidak ada kecemasan padamu Arabelle," sindirnya sinis lalu menatap Arabelle yang sudah mengenakan kacamatanya kembali. "Sepertinya kalian malah menikmati kebersamaan tanpaku."Christian meletakkan kantong kertas belanjaan berisi bahan masakan ke meja yang berantakan tepung dan pewarna kue lalu menuju lemari pendingin dan mengambil air mineral serta mene
"Hei, Leon!""Ya?" jawab Leonard sontak mengurungkan niat karena terkejut akan kehadiran Arabelle."Syukurlah kau belum pergi." Arabelle mendekatinya dan mengambil ponsel yang hendak diambil oleh Leon. "Aku lupa kue yang tadi kita buat sudah aku pisahkan untukmu sebagian.""Oh, ya? Seharusnya kau tak perlu repot-repot. Lagi pula besok aku ada pemotretan." Leonard menjawab sembari memerhatikan Arabelle lebih lekat. Pikirannya terganggu pada ponsel dan kemiripan Arabelle siang tadi. Sehingga akibat kecurigaannya kini tanpa sadar membuat tatapan Leon begitu menyelidik."Ini sama sekali tak merepotkan justru aku ingin berterima kasih untuk hari ini karena kau ...." Arabelle menggantung kalimatnya saat menyadari tatapan Leonard yang memicing curiga padanya.Hal tersebut membuat Arabelle membatin ketakutan, Ya, ampun apa Leon menyadari aku adalah Eve?"A-ada apa Leon? A ..., apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" tanya Arabelle tampak gugup perlahan menunduk sembari membetulkan kacamatanya.
Pemandangan luas dengan kumparan pasir menjadi sorotan dari retina setiap pasang mata yang baru tiba di tempat pemotretan. Tak terkecuali Leonard dan Eve yang secara kebetulan tiba secara bersamaan dan langsung diarahkan ke backstage masing-masing selama persiapan properti mereka pun diberikan waktu menyiapkan diri.Beberapa menit kemudian keduanya sama-sama keluar dari ruangan pribadi dan menabrakan tatapan. Leonard melemparkan senyum pada Eve dan hanya membalasnya dengan seulas senyum tipis lalu kembali masuk ke ruangannya. Hal tersebut membuat Leonard mengerutkan keningnya heran.Lantas dirinya pun bergegas mendekati ruangan pribadi Eve yang berbentuk minibus berwarna putih seperti kendaraan van tanpa roda. Tepat sebelum Eve menutup pintu itu, Leonard sudah lebih dulu menahan dan menatap Eve yang terkejut."Hei, apa kau baru saja menghindariku? Apa aku membuatmu marah?""Apa maksudmu, Leon?" tanya balik Eve. Sejujurnya Eve sengaja melakukan hal tersebut karena tekadnya yang tak ing
Kondisi antara Eve dan Leon kembali pada masa pertemuan pertama mereka. Tiada hari tanpa keributan sehingga Paul dan Jayden tampak lebih lelah dibanding pemotretan sebelumnya saat kedua model tersebut terbilang akur dan memiliki kedekatan khusus. Namun, tak peduli seberapa ribut Eve dan Leon. Mereka berdua tetap harus menyelesaikan pemotretan tersebut.Setelah sebelumnya mereka terlihat begitu memanas saat berada di tengah padang pasir buatan dengan beradegan intens karena mengusung tema hot and sexy demi menyesuaikan kebutuhan produk. Tak tanggung keduanya hampir menggila dalam lumatan yang berlangsung di atas pasir dalam posisi berhadapan Eve berada di pangkuan Leon sambil berpagutan mesra. Mereka hampir lepas kendali seandainya sang sutradara tak menyudahi pengambilan gambar dan video mereka.Kini berbanding dengan tema sebelumnya yakni keduanya harus bermesraan di dalam lautan bening di pesisir pantai pasir putih. Cuaca saat ini sangat terik ketika mereka tiba. Matahari bahkan mas
"Leon?" kening Eve berkerut, tetapi tak menutupi tatapan sendunya pada pria itu.Jauh di lubuk hati Eve, ia sangat merasa sedih dan tak rela harus berakhir seperti ini. Jatuh cinta pada Leon bukanlah bagian dari rencana Eve. Namun, pertemuan dan kedekatannya tak bisa terelakkan. Terlebih kini pria itu pun memiliki rasa yang sama.Tergambar jelas dari tatapan netra abu milik Leon. Pria itu melangkah ke arahnya semakin dekat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Eve tahu dan sadar bahwa tatapan penuh cinta itu tak dapat disembunyikan oleh Leon.Hal tersebut membuat Eve tersadar ia harus segera mengakhiri itu. Lantas dirinya berbalik saat jarak Leon hanya tinggal beberapa langkah."Kenapa kau ke sini? Aku hendak mengganti pakaian," cicit Eve tak dapat menutupi kegugupannya.Semua itu tercetak dari pantulan wajahnya pada cermin di hadapannya. Wajah yang gelisah dan tatapan redup Eve membuat Leon tak sanggup lagi untuk bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.Alih-alih pe
"Benar bahwa hatiku menginginkan ini!" sahut Eve menatap tegas Leonard yang tercengang dengan pengakuannya.Sontak membuat Leonard tak tahan dan langsung memagut kembali bibir menggemaskan itu. Melumat dalam dan meraih pinggang Eve guna mempererat dekapan sampai melupakan kondisi air jernih menunjukkan setiap sentuhan yang ia berikan pada Eve terlihat jelas betapa Leon tampak geram pada keadaan mereka.Terbukti dari lumatan kuat dan tuntutan serta remasan tangannya pada bokong Eve membuat ia terlihat begitu berengsek. Leon memaksa otaknya untuk mengendalikan diri dari hasrat sialan yang menginginkan lebih. Lantas dengan sangat terpaksa ia melepaskan pagutan berhasrat itu dan menatap bibir Eve yang membengkang.Napas tersengal membuat keduanya terkekeh sesekali saling mengecup kecil diselingi senyum. "Kau dan semua hal yang membuatku tak habis pikir. Kau tahu aku sangat gemas akan keadaan kita saat ini dan berpikir apa kau sengaja harus mengatakannya di sini, di depan semuanya agar aku
Malam hari seperti tradisi setelah selesai melakukan syuting semua pekerja akan merayakannya dengan makan malam besar-besaran. Semua orang tampak senang dan menikmati makan malam yang diselingi musik serta beberapa ada yang menari juga melakukan kegiatan konyol hingga menambah semarak perayaan berakhirnya project varian parfum tersebut.Namun, berbeda dengan Leon dan Eve yang masih dilanda asmara. Keduanya memilih makan malam berdua di tepi pantai dengan suasana romantis. Meski masih dalam satu area pantai yang sama, tetapi setidaknya mereka memiliki privasi untuk bicara lebih tenang.Menikmati hembusan lembut angin laut dan ombak yang cukup tenang, keduanya tampak bahagia menyantap hidangan yang tersedia. Seusai memakan hidangan penutup, Leon menyetel musik jazz dari ponselnya untuk mengajak Eve berdansa.Awalnya Eve terkekeh geli melihat Leonard bertingkah begitu romantis. Akan tetapi, karena ia tak ingin merusak usaha pria itu untuk membuatnya terkesan, Eve hanya mengikuti arahan d