Usai percintaan panas Leon dan Eve berakhir kini keduanya mengenakan pakaiannya kembali."Maaf tak bisa bermalam, Eve. Panggilan Christopher adalah emergency. Aku tak ingin dia merajuk.""Tak masalah," ujar Eve tersenyum sembari bersandar pada pintu kamar mandi yang di dalamnya terdapat Leon baru selesai merapikan dirinya kembali. "Apa kau pernah mengabaikan permintaannya?"Dirinya sudah berganti pakaian dengan mengenakan kaos putih kebesaran yang mungkin milik Nick selama menginap di sana lalu dipadukan dengan celana pendek berenda milik Kim. Karena ia sama sekali tak menyiapkan pakaian yang menggambarkan sosok Eve di apartemen, semua baju santainya hanya akan mencerminkan sosok Arabelle."Ya, sempat satu dua kali dan berakhir dia tak ingin bicara denganku. Sebenarnya salahku yang sudah berjanji, tapi tidak menepatinya. Lain hal jika aku sedang bekerja dia akan lebih mengerti dan karena besok hari terakhir aku memiliki waktu jadi dia memintaku datang untuk menemaninya seharian," jela
Christian duduk di sofa sambil melamun dan memikirkan ulang tindakannya saat ini. Apakah dia harus berhenti atau terus berpura-pura tak tahu sampai Arabelle mengakuinya sendiri. Ada rasa tak terima di sudut hati kecilnya. Dirinya terdidik untuk selalu memenangkan sesuatu baik dalam pekerjaan atau pun wanita di dalam hidupnya.Christian tak pernah mengalah atau pun dikalahkan secara terang-terangan seperti ini. Dia hanya pernah mengalami kemenangan palsu saat mengetahui Lily ternyata mencintai Leonard. Meski saat itu posisi Lily sudah terlambat untuk berpaling kepada Leon.Tidak, aku tak bisa menerima ini. Kau mencurangiku, Arabelle! Tadi kau baru mengatakan belum bisa menentukan lalu kini kau terlihat sudah menentukan. Christian bergelut dalam batin sampai tak terasa kedua tangannya mengepal kuat pada pegangan sofa hingga tak menyadari sosok wanita yang sedang dipikirkannya sudah kembali."Christian?" panggil Arabelle mengerutkan keningnya.Pria itu menatap ke arah pintu di mana Arabe
Christian menggendong Arabelle masuk ke kamar mandi setelah mengeluarkan cairannya wanita itu bahkan kesulitan berdiri dan dirinya yang masih membisu sambil membawanya ke dalam bathtub yang sudah terisi air hangat karena tadinya memang dirinyalah yang ingin berendam.Ia membasuh punggung Arabelle secara perlahan tanpa mengatakan sepatah kata pun karena tahu wanita itu tengah menahan rasa sakit luar dalam. Christian yakin diamnya Arabelle saat ini karena tengah menahan tangis.Usai membasuh diri, ia membawa wanita itu ke ranjang dan membaringkan tubuh berbalut bathrobe itu secara perlahan. Lalu dirinya juga turut membaringkan tubuh lelahnya di samping wanita itu.Arabelle jelas tak ingin menghadap wajahnya. Wanita itu meringkuk memiringkan tubuhnya ke arah berlawanan. Christian menoleh dan tak tahan dengan tatapan terluka yang sejak tadi ditunjukkan Arabelle padanya meski menghindari temu tatap, tetapi pria itu melihatnya dari pantulan kaca.Christian pun mendekat dan memeluk tubuh Ara
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan hubungi beberapa-"Leon mematikan panggilannya pada Eve dan menatap benda pipih itu dengan alis naik sebelah. "Kemana dia sebenarnya?" gumamnya bertanya sendiri.Leonard berbalik dari pintu apartemen Eve hendak kembali ke mobil seraya melangkah menuju lift, ia pun menerka dalam benaknya. Eve selalu menghilang pada pagi hingga siang. Baik itu panggilan telepon maupun keberadaannya. Sebenarnya apakah ada tempat lain yang dia tempati selain apartemen ini?Bunyi pada pintu lift terdengar membuyarkan lamunan Leon. Ia menoleh dan terkejut mendapati Nick dan Kim dari dalam sana."Hei, My Brother!" seru Nick saat mendapati Leon termangu berdiri di depan lift."Nick," balas Leon.Beberapa menit kemudian Leon akhirnya bergabung dengan dua sejoli yang sangat kasmaran dan cukup memuakkan bagi Leon jika berada dalam radar mereka. Kalau tidak mengingat niatnya untuk mengajak Eve keluar, tentu saja ia sudah minggat sebelum Nick mengajaknya mampir."O
Usai mengajar, Arabelle akhirnya mendapatkan pesan dari Christian bahwa dirinya tak bisa menjemput karena banyak urusan yang tengah dilakukannya. Ia pun menitipkan pesan pada Chloe untuk membantunya mengantarkan Ara dan Christoph kembali ke penthouse.Namun, belum sempat ia menghubungi Chloe, tiba-tiba saja Christopher mengajaknya keluar karena Leonard sudah tiba di depan. Pada akhirnya Arabelle tetap menghubungi Chloe agar tidak perlu menjemputnya.Arabelle sempat bingung kenapa Christian malah meminta Chloe bukannya Leon. Walau ia tahu jawabannya tentu karena Leonlah inti pertengkaran mereka, tapi rasanya aneh karena tahu Chris dan Chloe tak sedekat itu untuk meminta bantuan sahabatnya hanya demi mencegahnya bertemu Leon.Dari mana Christian tahu nomor Chloe dan kapan mereka bertukar nomor? batin Arabelle melamunkan hal tersebut cukup larut sampai membuat Leon menoleh dan membuka pembicaraan."Hei, jangan terlalu dipikirkan." Ucapan Leon membuyarkan lamunannya tentang Christian yang
"Christian?" balas Arabelle.Christian tak menjawab dan malah melihat kekacauan yang terjadi di dapur mereka seraya mengernyitkan dahi, ia kembali menatap Leonard dan Arabelle secara bergantian.Sementara Leonard memberikan kacamata Arabelle ke tangan wanita itu yang tak sadar bertatap muka tanpa mengenakan kacamata membuat Leonard mengernyit. Akan tetapi, karena merasakan keanehan pada ekspresi Christian, ia pun memilih mendekati sang kakak lebih dulu."Kemana saja kau?" tanya Leonard."Melakukan pekerjaan penting. Tadinya aku cukup khawatir pada Christoph dan Arabelle akan mencemaskanku karena tak memberikan kabar apa pun, tapi kurasa tidak ada kecemasan padamu Arabelle," sindirnya sinis lalu menatap Arabelle yang sudah mengenakan kacamatanya kembali. "Sepertinya kalian malah menikmati kebersamaan tanpaku."Christian meletakkan kantong kertas belanjaan berisi bahan masakan ke meja yang berantakan tepung dan pewarna kue lalu menuju lemari pendingin dan mengambil air mineral serta mene
"Hei, Leon!""Ya?" jawab Leonard sontak mengurungkan niat karena terkejut akan kehadiran Arabelle."Syukurlah kau belum pergi." Arabelle mendekatinya dan mengambil ponsel yang hendak diambil oleh Leon. "Aku lupa kue yang tadi kita buat sudah aku pisahkan untukmu sebagian.""Oh, ya? Seharusnya kau tak perlu repot-repot. Lagi pula besok aku ada pemotretan." Leonard menjawab sembari memerhatikan Arabelle lebih lekat. Pikirannya terganggu pada ponsel dan kemiripan Arabelle siang tadi. Sehingga akibat kecurigaannya kini tanpa sadar membuat tatapan Leon begitu menyelidik."Ini sama sekali tak merepotkan justru aku ingin berterima kasih untuk hari ini karena kau ...." Arabelle menggantung kalimatnya saat menyadari tatapan Leonard yang memicing curiga padanya.Hal tersebut membuat Arabelle membatin ketakutan, Ya, ampun apa Leon menyadari aku adalah Eve?"A-ada apa Leon? A ..., apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" tanya Arabelle tampak gugup perlahan menunduk sembari membetulkan kacamatanya.
Pemandangan luas dengan kumparan pasir menjadi sorotan dari retina setiap pasang mata yang baru tiba di tempat pemotretan. Tak terkecuali Leonard dan Eve yang secara kebetulan tiba secara bersamaan dan langsung diarahkan ke backstage masing-masing selama persiapan properti mereka pun diberikan waktu menyiapkan diri.Beberapa menit kemudian keduanya sama-sama keluar dari ruangan pribadi dan menabrakan tatapan. Leonard melemparkan senyum pada Eve dan hanya membalasnya dengan seulas senyum tipis lalu kembali masuk ke ruangannya. Hal tersebut membuat Leonard mengerutkan keningnya heran.Lantas dirinya pun bergegas mendekati ruangan pribadi Eve yang berbentuk minibus berwarna putih seperti kendaraan van tanpa roda. Tepat sebelum Eve menutup pintu itu, Leonard sudah lebih dulu menahan dan menatap Eve yang terkejut."Hei, apa kau baru saja menghindariku? Apa aku membuatmu marah?""Apa maksudmu, Leon?" tanya balik Eve. Sejujurnya Eve sengaja melakukan hal tersebut karena tekadnya yang tak ing