“Sial! Kenapa aku merasa aneh seperti ini saat berdekatan dengan Akira. Big no, Albert. Kamu harus fokus dengan tujuanmu untuk balas dendam. Kamu harus membuat perempuan itu merasakan sakit dan tersiksa seperti yang pernah ibumu rasakan dulu,” ucap Albert dengan tangan mengepal pada pagar pembatas balkon.Malam itu dia tidak bisa tidur setelah apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Akira. Dia menghabiskan waktu malam yang tersisa dengan termenung di balkon kamarnya. Berharap tempat itu dapat memupuk kembali dendamnya yang membara agar tidak pernah padam.Albert melakukan itu karena bayang-bayang Akira mulai terasa mengganggunya. Melihat tubuh gadis itu saat menggantikan bajunya cukup membuat getaran aneh bergejolak dalam jiwanya. Albert menjadi teringat pada kejadian malam itu saat dia merenggut hal berharga dalam hidup Akira. Albert tidak mau hal itu melemahkan dirinya.“Jika kau membutuhkan wanita, kau bisa saja mencari perempuan lain di luar sana yang bisa kau bayar untuk
Sepanjang perjalan, Akira merasa tidak tenang. Dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Clarissa. Hanya saja kecemasan dalam suara sahabatnya itu tergambar nyata. Akira begitu peduli pada Clarissa sama seperti Clarissa peduli padanya. Dia tidak akan lupa bagaimana kebaikan yang pernah dilakukan Clarissa terutama ketika ia sedang dalam kesulitan.Albert sempat mempertanyakan keinginan Akira untuk pergi ke rumah sahabatnya itu sebab Akira sedang tidak begitu sehat. Tapi kecemasan gadis itu terlalu besar dan tidak bisa dikalahkan dengan bujukan Albert. Dia tetap bersi keras untuk pergi menemui Clarissa. Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di sana.Akira mengetuk pintu dengan panik. Sebuah pelukan langsung menyambutnya saat pintu terbuka. Clarissa menangis dalam dekapan Akira.“Kenapa kamu menangis, Cla? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Akira melihat wajah kusut Clarissa.“Aku tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa, Ra. Semua berubah
Akira memperkenalkan Clarissa pada kedua pembantu di rumah Albert. Dia kemudian meminta Dewi untuk menyiapkan sebuah kamar untuk Clarissa. Satpam juga ia perintahkan untuk membawakan barang-barang Clarissa ke dalam rumah. Sementara Albert hanya menatap malas semua adegan yang sedang terjadi di rumahnya sendiri.Akira mengantar Clarissa ke kamar tamu yang sudah disiapkan. Dia bahkan ikut membantu Clarissa menata barang-barangnya di ruangan itu. Terakhir sebelum pergi, Akira mengucapkan ungkapan semoga Clarissa betah tinggal di sana. Akira pun berlalu dan membiarkan Clarissa untuk beristirahat.Akira kemudian menyusul Albert yang sudah pergi ke kamarnya lebih dulu. Ia bisa merasakan bahwa suaminya itu masih merasa kesal. Dugaan Akira benar, Albert sedang duduk pada sebuah kursi di balkon kamarnya. Akira pun menghampiri dan berdiri tepat di belakang laki-laki itu.“Kamu masih merasa kesal?” tanya Akira.“Lupakan saja. Semua juga sudah terjadi,” jawab Albert ketus menyiratkan tidak suka.
Albert dan Akira tiba di rumah saat matahari tepat berada di tengah-tengah langit. Panas yang begitu terik membuat mereka langsung merebahkan diri di sofa ruang depan. Albert meminta Bibi Lastri membawakan barang belanjaan mereka yang masih ada di mobil. Sementara pada Dewi dia memerintahkan untuk dibuatkan minuman dingin untuknya dan Akira.“Oh ya, di mana Clarissa?” tanya Akira saat Dewi membawakan minuman untuk mereka berdua. Akira tidak melihat keberadaan temannya itu.“Mbak Clarissa baru saja keluar. Katanya ada urusan dengan temannya sebentar,” tutur Dewi membuat Akira mengernyitkan kening. Teman yang mana yang dimaksud oleh Clarissa dan ada urusan apa mereka bertemu.“Ada apa, Akira?” tanya Albert saat melihat Akira terdiam.“Hanya merasa aneh. Sebenarnya teman yang mana yang sedang ditemui oleh Clarissa.”“Sudahlah. Tidak perlu selalu memikirkan banyak hal. Temanmu itu juga bukan anak kecil lagi yang harus selalu kamu perhatikan gerak-geriknya. Ingat kesehatanmu dan anak kita,
Sejak Clarissa dirawat di rumah sakit, hampir setiap hari Akira menjadi pengunjung setia ke tempat itu. Dia merasa bertanggung jawab sebab tidak ada keluarga Clarissa yang lain yang bisa merawatnya. Tak jarang Akira juga membawakan makanan dari rumah. Ia tahu temannya itu pasti merasa bosan jika terus menyantap makanan rumah sakit yang seringkali terasa hambar.Seperti hari itu, Akira kembali menjalani rutinitasnya untuk menjenguk Clarissa. Albert sudah berangkat ke kantor sejak beberapa jam yang lalu. Akira hanya meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Kehamilannya yang sudah semakin membesar membuat gadis itu mulai merasa kesulitan untuk melakukan banyak aktivitas.Sesampainya di rumah sakit, Akira begitu bersemangat mendatangi kamar Clarissa. Dia melangkah ringan dengan senyum yang tak pernah surut. Namun saat membuka pintu kamar itu, Akira dibuat terkejut karena melihat pemandangan yang tidak terduga.Ada perasaan tidak nyaman saat Akira mendapati Albert tengah menyuapi sahabat
“Albert laki-laki yang baik ya, Ra” ujar Clarissa pada suatu ketika saat kedua sahabat itu sedang menikmati teh di halaman samping rumah pada sore hari.“Awalnya aku merasa sikapnya begitu sinis padaku. Aku sempat berpikir dia tidak menyukai kehadiranku di rumah ini. Tapi ternyata aku salah menduga. Dia adalah sosok yang penuh tanggung jawab,” tutur Clarissa memuji Albert di hadapan Akira.Tanpa disadari Clarissa, perkataannya itu sudah membuat perasaan Akira terusik. Dia tidak senang jika ada perempuan lain yang memuji suaminya. Kecurigaan Akira kembali mencuat setelah mendengar pandangan Clarissa tentang Albert.“Kamu sangat beruntung memiliki suami seperti Albert. Aku tidak merasa ragu lagi. Selama ini dia pasti sangat perhatian padamu,” ujar Clarissa lagi. Ia tidak bisa menangkap perubahan ekspresi di wajah Akira untuk sesaat.“Kenapa sepertinya kamu sangat memuji-muji Albert sekarang?” tanya Akira seolah sebuah sindiran. Setelah mendengar pertanyaan bernada sinis itu, barulah Cla
Malam itu Akira sudah menyiapkan kejutan untuk Albert. Dia berpikir hal itu akan membawa perubahan besar dalam hubungan mereka berdua. Akira akan mengatakan dengan jujur tentang perasaannya yang telah jatuh cinta pada sang suami. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Albert nanti.Akira berencana akan menghabiskan waktu bersama dengan Albert di sebuah hotel. Dia sudah menunggu di sana. Akira meminta pada petugas hotel agar kamar mereka dihias sedemikian rupa. Sementara pada Albert, Akira sudah mengirimkan sebuah pesan agar suaminya itu menyusul ke sana sepulang kerja dari kantor.Kamar itu sudah dihias dengan penuh bunga. Kesan romantisnya tak kalah dari kamar khusus pengantin baru. Sembari menunggu kedatangan Albert, Akira mengambil sebuah paper bag berisi sebuah lingerie yang sudah dia beli.Sebenarnya Akira begitu malu untuk mengenakan pakaian tipis dan kurang bahan itu. Membayangkannya saja sudah membuat Akira bergidik ngeri. Dia akan tampak seperti perempuan penggoda
Hari demi hari perut Akira semakin membesar seiring bertambah usia kandungannya. Hal itu membuat Akira mulai kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas. Tidur pun tak nyaman. Sesekali ia juga merasa bayinya menendang. Ia begitu antusias menikmati masa-masa itu dengan kehadiran Albert yang masih selalu perhatian.Tanpa terasa kehamilan Akira mulai memasuki usia tujuh bulan. Seisi rumah itu sangat bersemangat merencanakan acara tujuh bulanan. Clarissa, Bibi Lastri dan juga Dewi. Mereka bertiga membujuk Albert dan Akira agar menyetujui rencana itu. Albert hanya menurut saja dan menyerahkan segala perencanaan acara pada mereka para perempuan.Konsep acara mulai disusun walau hanya dilaksakan secara sederhana. Tak banyak berbeda seperti ketika mereka mengadakan perayaan saat pengumuman kehamilan Akira waktu itu. Bibi Lastri dan Dewi sudah menyatakan kesiapannya untuk urusan masak memasak.Clarissa berpikir acara itu tidak akan seru jika hanya melibatkan para pekerja di rumah. Semakin ban