Hari demi hari perut Akira semakin membesar seiring bertambah usia kandungannya. Hal itu membuat Akira mulai kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas. Tidur pun tak nyaman. Sesekali ia juga merasa bayinya menendang. Ia begitu antusias menikmati masa-masa itu dengan kehadiran Albert yang masih selalu perhatian.Tanpa terasa kehamilan Akira mulai memasuki usia tujuh bulan. Seisi rumah itu sangat bersemangat merencanakan acara tujuh bulanan. Clarissa, Bibi Lastri dan juga Dewi. Mereka bertiga membujuk Albert dan Akira agar menyetujui rencana itu. Albert hanya menurut saja dan menyerahkan segala perencanaan acara pada mereka para perempuan.Konsep acara mulai disusun walau hanya dilaksakan secara sederhana. Tak banyak berbeda seperti ketika mereka mengadakan perayaan saat pengumuman kehamilan Akira waktu itu. Bibi Lastri dan Dewi sudah menyatakan kesiapannya untuk urusan masak memasak.Clarissa berpikir acara itu tidak akan seru jika hanya melibatkan para pekerja di rumah. Semakin ban
Setelah acara usai dan para tamu sudah pulang, perdebatan itu kembali berlanjut. Akira, Albert dan Clarissa berada dalam satu ruangan. Akira menumpahkan kekecewaan. Albert sibuk membuat pembelaan. Sementara Clarissa hanya tertunduk diam.“Sekarang jelaskan semuanya padaku. Sebenarnya ada hubungan apa antara kalian berdua yang tidak aku ketahui? Sudah sejak kapan kalian berdua berkhianat di belakangku?” tanya Akira pelan namun penuh penekanan. Dia tidak menyangka akan mendapatkan pengkhianatan sebesar itu dari suami dan sahabat yang begitu ia percaya selama ini.“Maafkan aku, Ra. Aku memang salah. Tapi aku juga punya alasan untuk semua ini,” jawab Albert.“Alasan apa, Al? Apa yang membuatmu tega berselingkuh dengan sahabatku sendiri? Apa yang kurang dari cintaku?” teriak Akira seolah tidak terima dengan alasan apa pun yang Albert simpan sebagai pembelaan.“Aku tidak sadar dan mulai terbawa suasana dengan keakrabanku dengan Clarissa. Kau tahu aku ini laki-laki normal. Aku lepas kendali.
Saat hendak keluar dari rumah, Akira tak sengaja bertemu dengan Bibi Lastri. Perempuan paruh baya itu merasa aneh sebab melihat majikannya membawa sebuah koper besar. Bibi Lastri sempat bertanya ke mana Akira hendak pergi. Tapi bukannya menjawab, Akira justru mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal.Bibi Lastri merasa khawatir saat melihat Akira juga sedang menangis. Pembantu itu tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dia juga tidak bisa mencegah Akira untuk pergi.Bibi Lastri yang kebingungan kemudian tergopoh-gopoh mencari Albert. Bermaksud untuk meminta Albert untuk menghentikan tuan putrinya. Bibi Lastri mendapati Albert berada di kamar Clarissa. Tanpa pikir panjang, dia langsung menuturkan apa yang dilakukan Akira.Albert tidak bisa tinggal diam saat mendengar Akira akan pergi dari rumahnya. Dia langsung menyusul sebelum langkah gadis itu semakin jauh. Albert tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Bukan demi Akira melainkan dia tidak ingin kehilangan calon anaknya. Al
Pandangan Akira lansgung menabrak langit-langit bercat putih saat pertama kali membuka mata. Aroma khas rumah sakit sudah menyeruak membuatnya mengerti di mana dirinya kini berada. Jarum infus juga tertancap di tangan kirinya. Silau mentari menerobos masuk lewat celah-celah jendela.Akira teringat kejadian terakhir yang menyebabkan dirinya kini berada di tempat itu. Perselingkuhan Albert dan Clarissa, keinginannya untuk pergi dari rumah, pertengkaran dengan Albert hingga dirinya merasa sakit perut dan Albert membawanya ke rumah sakit. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan tidak menemukan seorang pun di sana. Tidak juga ada Albert.Akira merasa perutnya sudah tidak sakit seperti tadi malam. Meski tak dapat dipungkiri badannya masih sedikit lemah. Setelah memastikan diri bahwa ia memiliki kekuatan yang cukup, Akira tak mengurungkan niatnya lagi untuk pergi. Dia harus memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin selagi Albert tidak ada. Jika tidak, laki-laki itu pasti akan me
Pagi itu Albert sudah bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Dia ingin melihat kondisi Akira. Semalam dia pulang cukup larut dengan tubuh begitu lelah. Ia akhirnya tertidur dan tidak kembali lagi untuk menemani Akira di sana.Saat hendak pergi, Clarissa tiba-tiba mengekor di belakangnya. Gadis itu mengatakan ingin ikut menjenguk Akira di rumah sakit. Awalnya Albert sempat menolak keingin Clarissa karena tidak ingin kehadirannya di hadapan Akira akan membuat istrinya kembali merasa stres. Albert masih hafal anjuran dokter untuk menjaga Akira dari hal-hal yang bisa memicu beban pikiran.Meski sudah mengatakan hal itu, nyatanya Clarissa tetap mengatakan ingin pergi ke rumah sakit bersama Albert. Akhirnya Albert tidak bisa menolak dan membiarkan Clarissa ikut dengannya. Namun setelah tiba di rumah sakit, mereka justru dibuat bingung karena Akira tidak ada di kamarnya.Albert mulai gusar mencari ke kamar mandi tapi Akira juga tidak ada di sana. Dengan geram laki-laki itu memanggil suster dan
“Kamu sudah sadar, Nak?” ujar Maria saat melihat Akira mulai membuka mata. Sementara yang ditanya masih mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan penuh tanda tanya. Akira tidak tahu di mana dirinya kini berada.“Maaf tapi anda siapa dan saya ada di mana?” tanya Akira kebingungan.“Saya Maria. Tadi anak saya yang menemukanmu saat kamu tidak sadarkan diri. Dia tidak tahu identitas dan juga alamatmu. Sebab itulah dia membawamu ke rumah kami. Oh ya, siapa namamu?” tanya Maria dengan ramah dan menampilkan senyuman. Penjelasan Maria membuat Akira kembali teringat usahanya kabur dari rumah sakit.“Saya Akira, Tante. Terima kasih banyak karena tante dan anak tante sudah mau membantu saya,” kata Akira merasa sungkan.“Tidak apa-apa. Lebih baik lanjutkan dulu istirahatmu. Tante ambilkan makanan dulu ya. Kamu harus mengisi perutmu agar segera pulih,” ucap Maria kemudian beranjak meninggalkan kamar. Akira sempat menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan. Tapi Maria mengatakan sama sekali tida
Akira cukup menikmati hidup tinggal di rumah Dannish. Tidak ada yang membuatnya merasa tidak betah tinggal di sana. Maria dan Dannish sama baiknya. Mereka memperlakukan Akira seperti keluarga sendiri. Hal itu sedikit banyak bisa menghibur kesedihan Akira. Sejenak mengalihkan perhatiannya dari permasalahan yang terjadi antara dirinya dengan Albert.Sejak pergi dari rumah sakit, Akira tidak pernah mendengar kabar lagi tentang Albert dan Clarissa. Akira sempat berpikir mungkin dua orang itu justru merasa senang atas kepergiannya. Dengan begitu mereka akan lebih leluasan untuk melanjutkan perselingkuhan mereka.Maria begitu perhatian. Tak jarang ibu itu memberikan tips menjelang persalinan pada Akira. Akira merasa bahagia dan mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama ia rindukan dari Sofia. Terkadang mereka juga menghabiskan waktu untuk memasak atau mengurus kebun bunga bersama.Tidak hanya dengan Maria, Akira juga mulai berteman baik dengan Dannish. Akira baru tahu bahwa terny
Dannish segera memutar otak untuk membantu Akira. Tiba-tiba sebuah ide tentang penyamaran terlintas di kepalanya. Laki-laki itu kemudian pergi ke sebuah toko pakaian dan aksesoris wanita yang jaraknya tak jauh dari sana. Dannish membeli beberapa perlengkapan yang dia pikir bisa digunakan untuk menyamarkan identitas Akira.Setelahnya, Dannish kembali mengirim pesan kepada Akira dan bertanya di meja nomor berapa gadis itu berada. Dannish masuk ke dalam saat mengetahui posisi Akira dengan pasti. Di sana dia dapat melihat dua orang berpenampilan seperti preman yang tampak sedang mengintai seisi ruangan. Dannish berjalan santai dengan membawa sebuah paper bag di tangan.Dannish duduk di kursi yang merupakan satu kesatuan dengan meja tempat Akira bersembunyi. Perlahan dia menyelipkan paper bag itu ke bawah meja. Dia mengirimkan pesan pada Akira agar menggunakan barang-barang yang ada di sana.Sementara Akira tidak menunggu lama dan langsung melihat isi paper bag itu setelah menerima pesan d