Akira memperkenalkan Clarissa pada kedua pembantu di rumah Albert. Dia kemudian meminta Dewi untuk menyiapkan sebuah kamar untuk Clarissa. Satpam juga ia perintahkan untuk membawakan barang-barang Clarissa ke dalam rumah. Sementara Albert hanya menatap malas semua adegan yang sedang terjadi di rumahnya sendiri.Akira mengantar Clarissa ke kamar tamu yang sudah disiapkan. Dia bahkan ikut membantu Clarissa menata barang-barangnya di ruangan itu. Terakhir sebelum pergi, Akira mengucapkan ungkapan semoga Clarissa betah tinggal di sana. Akira pun berlalu dan membiarkan Clarissa untuk beristirahat.Akira kemudian menyusul Albert yang sudah pergi ke kamarnya lebih dulu. Ia bisa merasakan bahwa suaminya itu masih merasa kesal. Dugaan Akira benar, Albert sedang duduk pada sebuah kursi di balkon kamarnya. Akira pun menghampiri dan berdiri tepat di belakang laki-laki itu.“Kamu masih merasa kesal?” tanya Akira.“Lupakan saja. Semua juga sudah terjadi,” jawab Albert ketus menyiratkan tidak suka.
Albert dan Akira tiba di rumah saat matahari tepat berada di tengah-tengah langit. Panas yang begitu terik membuat mereka langsung merebahkan diri di sofa ruang depan. Albert meminta Bibi Lastri membawakan barang belanjaan mereka yang masih ada di mobil. Sementara pada Dewi dia memerintahkan untuk dibuatkan minuman dingin untuknya dan Akira.“Oh ya, di mana Clarissa?” tanya Akira saat Dewi membawakan minuman untuk mereka berdua. Akira tidak melihat keberadaan temannya itu.“Mbak Clarissa baru saja keluar. Katanya ada urusan dengan temannya sebentar,” tutur Dewi membuat Akira mengernyitkan kening. Teman yang mana yang dimaksud oleh Clarissa dan ada urusan apa mereka bertemu.“Ada apa, Akira?” tanya Albert saat melihat Akira terdiam.“Hanya merasa aneh. Sebenarnya teman yang mana yang sedang ditemui oleh Clarissa.”“Sudahlah. Tidak perlu selalu memikirkan banyak hal. Temanmu itu juga bukan anak kecil lagi yang harus selalu kamu perhatikan gerak-geriknya. Ingat kesehatanmu dan anak kita,
Sejak Clarissa dirawat di rumah sakit, hampir setiap hari Akira menjadi pengunjung setia ke tempat itu. Dia merasa bertanggung jawab sebab tidak ada keluarga Clarissa yang lain yang bisa merawatnya. Tak jarang Akira juga membawakan makanan dari rumah. Ia tahu temannya itu pasti merasa bosan jika terus menyantap makanan rumah sakit yang seringkali terasa hambar.Seperti hari itu, Akira kembali menjalani rutinitasnya untuk menjenguk Clarissa. Albert sudah berangkat ke kantor sejak beberapa jam yang lalu. Akira hanya meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Kehamilannya yang sudah semakin membesar membuat gadis itu mulai merasa kesulitan untuk melakukan banyak aktivitas.Sesampainya di rumah sakit, Akira begitu bersemangat mendatangi kamar Clarissa. Dia melangkah ringan dengan senyum yang tak pernah surut. Namun saat membuka pintu kamar itu, Akira dibuat terkejut karena melihat pemandangan yang tidak terduga.Ada perasaan tidak nyaman saat Akira mendapati Albert tengah menyuapi sahabat
“Albert laki-laki yang baik ya, Ra” ujar Clarissa pada suatu ketika saat kedua sahabat itu sedang menikmati teh di halaman samping rumah pada sore hari.“Awalnya aku merasa sikapnya begitu sinis padaku. Aku sempat berpikir dia tidak menyukai kehadiranku di rumah ini. Tapi ternyata aku salah menduga. Dia adalah sosok yang penuh tanggung jawab,” tutur Clarissa memuji Albert di hadapan Akira.Tanpa disadari Clarissa, perkataannya itu sudah membuat perasaan Akira terusik. Dia tidak senang jika ada perempuan lain yang memuji suaminya. Kecurigaan Akira kembali mencuat setelah mendengar pandangan Clarissa tentang Albert.“Kamu sangat beruntung memiliki suami seperti Albert. Aku tidak merasa ragu lagi. Selama ini dia pasti sangat perhatian padamu,” ujar Clarissa lagi. Ia tidak bisa menangkap perubahan ekspresi di wajah Akira untuk sesaat.“Kenapa sepertinya kamu sangat memuji-muji Albert sekarang?” tanya Akira seolah sebuah sindiran. Setelah mendengar pertanyaan bernada sinis itu, barulah Cla
Malam itu Akira sudah menyiapkan kejutan untuk Albert. Dia berpikir hal itu akan membawa perubahan besar dalam hubungan mereka berdua. Akira akan mengatakan dengan jujur tentang perasaannya yang telah jatuh cinta pada sang suami. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Albert nanti.Akira berencana akan menghabiskan waktu bersama dengan Albert di sebuah hotel. Dia sudah menunggu di sana. Akira meminta pada petugas hotel agar kamar mereka dihias sedemikian rupa. Sementara pada Albert, Akira sudah mengirimkan sebuah pesan agar suaminya itu menyusul ke sana sepulang kerja dari kantor.Kamar itu sudah dihias dengan penuh bunga. Kesan romantisnya tak kalah dari kamar khusus pengantin baru. Sembari menunggu kedatangan Albert, Akira mengambil sebuah paper bag berisi sebuah lingerie yang sudah dia beli.Sebenarnya Akira begitu malu untuk mengenakan pakaian tipis dan kurang bahan itu. Membayangkannya saja sudah membuat Akira bergidik ngeri. Dia akan tampak seperti perempuan penggoda
Hari demi hari perut Akira semakin membesar seiring bertambah usia kandungannya. Hal itu membuat Akira mulai kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas. Tidur pun tak nyaman. Sesekali ia juga merasa bayinya menendang. Ia begitu antusias menikmati masa-masa itu dengan kehadiran Albert yang masih selalu perhatian.Tanpa terasa kehamilan Akira mulai memasuki usia tujuh bulan. Seisi rumah itu sangat bersemangat merencanakan acara tujuh bulanan. Clarissa, Bibi Lastri dan juga Dewi. Mereka bertiga membujuk Albert dan Akira agar menyetujui rencana itu. Albert hanya menurut saja dan menyerahkan segala perencanaan acara pada mereka para perempuan.Konsep acara mulai disusun walau hanya dilaksakan secara sederhana. Tak banyak berbeda seperti ketika mereka mengadakan perayaan saat pengumuman kehamilan Akira waktu itu. Bibi Lastri dan Dewi sudah menyatakan kesiapannya untuk urusan masak memasak.Clarissa berpikir acara itu tidak akan seru jika hanya melibatkan para pekerja di rumah. Semakin ban
Setelah acara usai dan para tamu sudah pulang, perdebatan itu kembali berlanjut. Akira, Albert dan Clarissa berada dalam satu ruangan. Akira menumpahkan kekecewaan. Albert sibuk membuat pembelaan. Sementara Clarissa hanya tertunduk diam.“Sekarang jelaskan semuanya padaku. Sebenarnya ada hubungan apa antara kalian berdua yang tidak aku ketahui? Sudah sejak kapan kalian berdua berkhianat di belakangku?” tanya Akira pelan namun penuh penekanan. Dia tidak menyangka akan mendapatkan pengkhianatan sebesar itu dari suami dan sahabat yang begitu ia percaya selama ini.“Maafkan aku, Ra. Aku memang salah. Tapi aku juga punya alasan untuk semua ini,” jawab Albert.“Alasan apa, Al? Apa yang membuatmu tega berselingkuh dengan sahabatku sendiri? Apa yang kurang dari cintaku?” teriak Akira seolah tidak terima dengan alasan apa pun yang Albert simpan sebagai pembelaan.“Aku tidak sadar dan mulai terbawa suasana dengan keakrabanku dengan Clarissa. Kau tahu aku ini laki-laki normal. Aku lepas kendali.
Saat hendak keluar dari rumah, Akira tak sengaja bertemu dengan Bibi Lastri. Perempuan paruh baya itu merasa aneh sebab melihat majikannya membawa sebuah koper besar. Bibi Lastri sempat bertanya ke mana Akira hendak pergi. Tapi bukannya menjawab, Akira justru mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal.Bibi Lastri merasa khawatir saat melihat Akira juga sedang menangis. Pembantu itu tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dia juga tidak bisa mencegah Akira untuk pergi.Bibi Lastri yang kebingungan kemudian tergopoh-gopoh mencari Albert. Bermaksud untuk meminta Albert untuk menghentikan tuan putrinya. Bibi Lastri mendapati Albert berada di kamar Clarissa. Tanpa pikir panjang, dia langsung menuturkan apa yang dilakukan Akira.Albert tidak bisa tinggal diam saat mendengar Akira akan pergi dari rumahnya. Dia langsung menyusul sebelum langkah gadis itu semakin jauh. Albert tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Bukan demi Akira melainkan dia tidak ingin kehilangan calon anaknya. Al