Albert dan Akira tiba di rumah saat matahari tepat berada di tengah-tengah langit. Panas yang begitu terik membuat mereka langsung merebahkan diri di sofa ruang depan. Albert meminta Bibi Lastri membawakan barang belanjaan mereka yang masih ada di mobil. Sementara pada Dewi dia memerintahkan untuk dibuatkan minuman dingin untuknya dan Akira.“Oh ya, di mana Clarissa?” tanya Akira saat Dewi membawakan minuman untuk mereka berdua. Akira tidak melihat keberadaan temannya itu.“Mbak Clarissa baru saja keluar. Katanya ada urusan dengan temannya sebentar,” tutur Dewi membuat Akira mengernyitkan kening. Teman yang mana yang dimaksud oleh Clarissa dan ada urusan apa mereka bertemu.“Ada apa, Akira?” tanya Albert saat melihat Akira terdiam.“Hanya merasa aneh. Sebenarnya teman yang mana yang sedang ditemui oleh Clarissa.”“Sudahlah. Tidak perlu selalu memikirkan banyak hal. Temanmu itu juga bukan anak kecil lagi yang harus selalu kamu perhatikan gerak-geriknya. Ingat kesehatanmu dan anak kita,
Sejak Clarissa dirawat di rumah sakit, hampir setiap hari Akira menjadi pengunjung setia ke tempat itu. Dia merasa bertanggung jawab sebab tidak ada keluarga Clarissa yang lain yang bisa merawatnya. Tak jarang Akira juga membawakan makanan dari rumah. Ia tahu temannya itu pasti merasa bosan jika terus menyantap makanan rumah sakit yang seringkali terasa hambar.Seperti hari itu, Akira kembali menjalani rutinitasnya untuk menjenguk Clarissa. Albert sudah berangkat ke kantor sejak beberapa jam yang lalu. Akira hanya meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Kehamilannya yang sudah semakin membesar membuat gadis itu mulai merasa kesulitan untuk melakukan banyak aktivitas.Sesampainya di rumah sakit, Akira begitu bersemangat mendatangi kamar Clarissa. Dia melangkah ringan dengan senyum yang tak pernah surut. Namun saat membuka pintu kamar itu, Akira dibuat terkejut karena melihat pemandangan yang tidak terduga.Ada perasaan tidak nyaman saat Akira mendapati Albert tengah menyuapi sahabat
“Albert laki-laki yang baik ya, Ra” ujar Clarissa pada suatu ketika saat kedua sahabat itu sedang menikmati teh di halaman samping rumah pada sore hari.“Awalnya aku merasa sikapnya begitu sinis padaku. Aku sempat berpikir dia tidak menyukai kehadiranku di rumah ini. Tapi ternyata aku salah menduga. Dia adalah sosok yang penuh tanggung jawab,” tutur Clarissa memuji Albert di hadapan Akira.Tanpa disadari Clarissa, perkataannya itu sudah membuat perasaan Akira terusik. Dia tidak senang jika ada perempuan lain yang memuji suaminya. Kecurigaan Akira kembali mencuat setelah mendengar pandangan Clarissa tentang Albert.“Kamu sangat beruntung memiliki suami seperti Albert. Aku tidak merasa ragu lagi. Selama ini dia pasti sangat perhatian padamu,” ujar Clarissa lagi. Ia tidak bisa menangkap perubahan ekspresi di wajah Akira untuk sesaat.“Kenapa sepertinya kamu sangat memuji-muji Albert sekarang?” tanya Akira seolah sebuah sindiran. Setelah mendengar pertanyaan bernada sinis itu, barulah Cla
Malam itu Akira sudah menyiapkan kejutan untuk Albert. Dia berpikir hal itu akan membawa perubahan besar dalam hubungan mereka berdua. Akira akan mengatakan dengan jujur tentang perasaannya yang telah jatuh cinta pada sang suami. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Albert nanti.Akira berencana akan menghabiskan waktu bersama dengan Albert di sebuah hotel. Dia sudah menunggu di sana. Akira meminta pada petugas hotel agar kamar mereka dihias sedemikian rupa. Sementara pada Albert, Akira sudah mengirimkan sebuah pesan agar suaminya itu menyusul ke sana sepulang kerja dari kantor.Kamar itu sudah dihias dengan penuh bunga. Kesan romantisnya tak kalah dari kamar khusus pengantin baru. Sembari menunggu kedatangan Albert, Akira mengambil sebuah paper bag berisi sebuah lingerie yang sudah dia beli.Sebenarnya Akira begitu malu untuk mengenakan pakaian tipis dan kurang bahan itu. Membayangkannya saja sudah membuat Akira bergidik ngeri. Dia akan tampak seperti perempuan penggoda
Hari demi hari perut Akira semakin membesar seiring bertambah usia kandungannya. Hal itu membuat Akira mulai kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas. Tidur pun tak nyaman. Sesekali ia juga merasa bayinya menendang. Ia begitu antusias menikmati masa-masa itu dengan kehadiran Albert yang masih selalu perhatian.Tanpa terasa kehamilan Akira mulai memasuki usia tujuh bulan. Seisi rumah itu sangat bersemangat merencanakan acara tujuh bulanan. Clarissa, Bibi Lastri dan juga Dewi. Mereka bertiga membujuk Albert dan Akira agar menyetujui rencana itu. Albert hanya menurut saja dan menyerahkan segala perencanaan acara pada mereka para perempuan.Konsep acara mulai disusun walau hanya dilaksakan secara sederhana. Tak banyak berbeda seperti ketika mereka mengadakan perayaan saat pengumuman kehamilan Akira waktu itu. Bibi Lastri dan Dewi sudah menyatakan kesiapannya untuk urusan masak memasak.Clarissa berpikir acara itu tidak akan seru jika hanya melibatkan para pekerja di rumah. Semakin ban
Setelah acara usai dan para tamu sudah pulang, perdebatan itu kembali berlanjut. Akira, Albert dan Clarissa berada dalam satu ruangan. Akira menumpahkan kekecewaan. Albert sibuk membuat pembelaan. Sementara Clarissa hanya tertunduk diam.“Sekarang jelaskan semuanya padaku. Sebenarnya ada hubungan apa antara kalian berdua yang tidak aku ketahui? Sudah sejak kapan kalian berdua berkhianat di belakangku?” tanya Akira pelan namun penuh penekanan. Dia tidak menyangka akan mendapatkan pengkhianatan sebesar itu dari suami dan sahabat yang begitu ia percaya selama ini.“Maafkan aku, Ra. Aku memang salah. Tapi aku juga punya alasan untuk semua ini,” jawab Albert.“Alasan apa, Al? Apa yang membuatmu tega berselingkuh dengan sahabatku sendiri? Apa yang kurang dari cintaku?” teriak Akira seolah tidak terima dengan alasan apa pun yang Albert simpan sebagai pembelaan.“Aku tidak sadar dan mulai terbawa suasana dengan keakrabanku dengan Clarissa. Kau tahu aku ini laki-laki normal. Aku lepas kendali.
Saat hendak keluar dari rumah, Akira tak sengaja bertemu dengan Bibi Lastri. Perempuan paruh baya itu merasa aneh sebab melihat majikannya membawa sebuah koper besar. Bibi Lastri sempat bertanya ke mana Akira hendak pergi. Tapi bukannya menjawab, Akira justru mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal.Bibi Lastri merasa khawatir saat melihat Akira juga sedang menangis. Pembantu itu tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dia juga tidak bisa mencegah Akira untuk pergi.Bibi Lastri yang kebingungan kemudian tergopoh-gopoh mencari Albert. Bermaksud untuk meminta Albert untuk menghentikan tuan putrinya. Bibi Lastri mendapati Albert berada di kamar Clarissa. Tanpa pikir panjang, dia langsung menuturkan apa yang dilakukan Akira.Albert tidak bisa tinggal diam saat mendengar Akira akan pergi dari rumahnya. Dia langsung menyusul sebelum langkah gadis itu semakin jauh. Albert tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Bukan demi Akira melainkan dia tidak ingin kehilangan calon anaknya. Al
Pandangan Akira lansgung menabrak langit-langit bercat putih saat pertama kali membuka mata. Aroma khas rumah sakit sudah menyeruak membuatnya mengerti di mana dirinya kini berada. Jarum infus juga tertancap di tangan kirinya. Silau mentari menerobos masuk lewat celah-celah jendela.Akira teringat kejadian terakhir yang menyebabkan dirinya kini berada di tempat itu. Perselingkuhan Albert dan Clarissa, keinginannya untuk pergi dari rumah, pertengkaran dengan Albert hingga dirinya merasa sakit perut dan Albert membawanya ke rumah sakit. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan tidak menemukan seorang pun di sana. Tidak juga ada Albert.Akira merasa perutnya sudah tidak sakit seperti tadi malam. Meski tak dapat dipungkiri badannya masih sedikit lemah. Setelah memastikan diri bahwa ia memiliki kekuatan yang cukup, Akira tak mengurungkan niatnya lagi untuk pergi. Dia harus memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin selagi Albert tidak ada. Jika tidak, laki-laki itu pasti akan me
“Kenapa kamu melakukan ini, Akira?” tanya Albert tampak berat hati untuk menuruti. Permintaan Akira membuat Albert tidak percaya. “Kamu sudah menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah? Aku ingin kita menata hidup kita lagi dengan semua hubungan yang lebih baik. Ayo kita benar-benar mulai semuanya dari awal, Al. Lagi pula aku sudah tidak punya ayah. Kalau kamu mau mengakui Pak Adrian sebagai ayahmu, maka aku akan mendapatkan sosok ayah juga walau hanya ayah mertua,” ungkap Akira dengan mata berkaca-kaca dan menatap Adrian pada kalimat terakhirnya. Adrian terharu mendengar ucapan Akira. Dia bahkan langsung merangkul istri putranya itu dengan erat. Tanpa ragu Adrian mengatakan bahwa dia akan menganggap Akira sebagai putrinya sendiri. Perlahan suasana haru semakin meliputi ruang kerja Adrian. Meski sempat ragu-ragu tapi akhirnya Albert pun mengikuti jejak Akira. Dia meminta maaf pada Adrian atas semua sikapnya yang tidak menyen
Pagi-pagi sekali Albert sudah bersiap dengan rapi. Akira bahkan turut membantunya dengan senang hati. Perempuan itu memakaikan dasi di leher sang suami. Kini hubungan keduanya jauh lebih membaik.Mereka sepakat untuk memberikan kesempatan pada hubungan mereka. Bahkan mereka mulai menunjukkan perhatian satu sama lain seperti yang dilakukan Akira pagi itu. Sementara Albert hanya terus tersenyum dan memandang lekat wajah istrinya hingga Akira salah tingkah.“Jangan menatapku seperti itu,” tegur Akira tersipu malu.“Apa tidak boleh menatap istri sendiri?” tanya Albert.“Bukan tidak boleh. Aku khawatir saja kalau kamu terus memandangiku bisa berbahaya.”“Memangnya kenapa?” tanya Albert sembari mengerutkan kening. Dia kebingungan dengan maksud perkataan istrinya.“Kalau kamu terus menatapku, kamu bisa terpesona dan tidak jadi pergi ke kantor nanti,” jawab Akira justru menggoda.Albert memutar bola mata malas sementara Akira hanya tertawa melihat ekspresi suaminya. Sesaat kemudian Albert lan
Kabar kembalinya Akira tidak luput dari pantauan Erna. Seorang ibu yang menyimpan dendam terhadap anak tirinya itu tak mau menunda waktu untuk melakukan pembalasan. Erna sudah bersiap untuk melaporkan Akira ke polisi dan menyerahkan bukti rekaman yang dia miliki.Namun kehendak itu tak sampai terjadi karena rencananya kurang rapi. Albert yang cerdik sudah lebih dulu mengendus niat jahat Erna pada Akira. Selama ini diam-diam Albert memang memata-matai gerak-gerik Erna.Dia sadar ibu itu pasti merasa sakit hati karena Albert menjebloskan putranya ke penjara. Albert selalu waspada untuk mencegah pembalasan dari Erna.“Sialan! Bagaimana bisa Erna mempunyai bukti rekaman tentang perbuatan Akira?” ujar Albert merasa kesal setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.“Saya kurang tahu, Bos. Tapi dia berencana untuk melaporkan Nona Akira dengan bukti yang dia miliki. Dia ingin balas dendam pada bos lewat Nona Akira.”“Kurang ajar!” umpat Albert.“Apa mungkin ini ulah Adrian? Mungkin saja A
“Apa yang kalian lakukan pada istriku hingga dia menjadi seperti ini?” tanya Albert geram. Anak buahnya memang sudah berhasil membawa istri dan anaknya kembali ke rumah. Namun Albert tampak marah karena Akira dibawa dalam keadaan pingsan.“Maaf, Bos. Kami terpaksa membius Nona Akira,” jawab salah seorang anak buahnya.“Dasar bodoh!” umpat Albert. “Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada istriku karena perbuatan kalian?”“Kami tidak punya pilihan lain, Bos. Nona Akira terus memberontak. Apalagi kami harus menempuh perjalanan dari luar negeri. Kalau pun kami memintanya ikut secara baik-baik atas permintaan Tuan Albert, apa nona akan mau ikut bersama kami begitu saja? Jadi kami terpaksa menculiknya,” bela salah seorang lainnya.“Bos juga meminta kami membawanya kembali dengan cara apa pun,” imbuhnya seolah tak mau disalahkan.“Terserah kalian saja. Lebih baik aku segera menghubungi dokter sekarang juga. Silahkan kalian keluar dari sini,” ucap Albert kesal.Dua lelaki berbadan kekar itu pun
Pagi-pagi sekali Albert sudah berpenampilan rapi. Dia sudah siap untuk mengambil alih posisinya kembali. Ia merasa kondisinya sudah cukup membaik dan bisa mulai bekerja.Pikirannya juga sudah lebih tenang karena sudah mendapatkan kepastikan terkait keberadaan Akira. Dia hanya perlu menunggu hasil kerja anak buahnya. Dia terus memantau dari jauh dan meminta laporan dari mereka.“Kamu yakin sudah bisa masuk kantor, Al?” tanya Sofia saat melihat menantunya keluar dengan pakaian rapi.“Iya, Ma. Aku sudah beristirahat cukup lama. Aku tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan sekarang,” jawab Albert. Dia sadar kini dia bahkan tidak punya kaki tangan yang bisa dipercaya dalam urusan pekerjaan seperti Levin dulu. Dia harus mengurus semuanya sendiri.“Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu kelelahan ya. Sekarang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat,” pinta Sofia yang mulai menyiapkan porsi makanan untuk menantunya. Albert benar-benar bahagia dilimpahi kasih sayang seperti itu. Rasanya ta
Sebuah pelukan menandai perpisahan. Hari itu Akira mengantar Dannish ke bandara. Dannish akan pulang ke Indonesia.Sesungguhnya laki-laki itu tidak tega meninggalkan Akira hanya berdua dengan Elza di sana. Tapi Akira tetap memaksanya agar pulang demi Maria. Apalagi setelah kejadian pernyataan perasaan yang dilakukan Dannish.Akira merasa sungkan untuk terus melibatkan laki-laki itu lebih jauh dalam masalah kehidupannya. Apalagi Akira juga tidak bisa membalas perasaan yang sama pada Dannish. Akira menolak cinta Dannish.Meski sedikit kecewa, Dannish tetap bersikap bijaksana. Dia mengatakan bahwa pertemanan mereka tidak akan berubah hanya karena hal itu. Dia masih selalu siap menjadi orang terdepan untuk membantu Akira.“Aku ucapkan terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku tidak bisa membalasnya. Kamu bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluargamu demi mengikuti aku ke sini. Tapi aku dan Elza bisa menjaga diri sendiri. Lebih baik kamu pulang agar Tante Maria tidak sendirian,” kata Akira.“
“Mama habis berbicara dengan siapa?” tegur Albert sempat mengejutkan Sofia yang baru saja berbicara dengan Akira di telefon. Hari itu Sofia memang sedang berada di rumah menantunya. Bahkan sejak Albert pulang dari rumah sakit, Sofia memutuskan untuk tinggal di sana dan merawatnya karena Albert masih dalam proses pemulihan dan tidak memiliki keluarga lain.Mendapat pertanyaan dari Albert membuat Sofia gugup. Sofia bingung harus memberitahu Albert tentang Akira yang menghubunginya atau tidak. Dia hanya diam. Tapi tak lama Albert sudah bisa menebak keanehan dari raut wajahnya yang tak biasa.“Kenapa tidak menjawab, Ma? Mama menelepon siapa?” tanya Albert mengulangi.“Sebenarnya tadi Akira menelepon mama,” jawab Sofia akhirnya mengakui.“Apa? Akira?” ujar Albert sedikit terkejut saat nama istrinya disebut.Pasalnya, sudah beberapa hari lamanya Albert mencoba menghubungi nomor Akira tapi tidak tersambung. Bahkan anak buah yang dia sebarkan juga belum mendapatkan banyak informasi mengenai k
Akira sedang termenung di balkon kamar lantai tiga pada sebuah apartemen. Dia memandangi jalanan yang ramai dipadati kendaraan lalu lalang. Tapi sebenarnya pikiran perempuan itu fokus tertuju pada keluarga dan segala permasalahan yang sudah ia tinggalkan.Akira sudah berada jauh di luar negeri. Dia bahkan sudah mendapatkan apartemen sebagai tempat tinggal. Dannish juga ikut andil dalam memudahkan urusan kepindahannya ke sana.Bahkan Dannish menyertai Akira dan putrinya ke sana. Walau dia mengatakan tidak bisa terus membersamai mereka terlalu lama. Dia harus kembali ke Indonesia karena Maria juga dia tinggalkan seorang diri.Meski sudah jauh meninggalkan kehidupan sebelumnya, nyatanya secara batin Akira tidak bisa benar-benar melepaskan diri dengan mudah dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kini ia merasa hanya menjadi seorang pengecut yang bersembunyi. Niatnya untuk memulai lembaran hidup baru ternyata tak semudah yang diucapkan.Setiap hari ingatan tentang Albert masih selalu mem
Kabar penembakan Albert sangat mengejutkan banyak pihak. Para pekerja di rumah Albert langsung datang ke rumah sakit tempat majikannya dilarikan. Mereka sudah mendengar bahwa Akira lah yang sudah mencelakakan Albert. Sebelum mereka pergi ke rumah sakit, mereka juga sudah tidak menemukan Akira dan Elza di rumah.Kabar itu juga sampai ke telinga Sofia. Dia juga pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru. Sofia sangat kecewa saat mendengar kejahatan yang sudah dilakukan oleh putrinya.Sofia merasa bertanggung jawab atas kondisi Albert. Apalagi dia tahu bahwa Albert tidak memiliki anggota keluarga lainnya. Sofia tak menyangka Akira bisa berbuat jahat pada orang lain.Sofia menunjukkan sikap tidak mendukung tindakan Akira dengan tetap menemani di sisi Albert. Dia mengabaikan kepeduliannya pada sang putri yang keberadaannya tidak diketahui. Sofia juga sudah mendengar bahwa Akira melarikan diri setelah peristiwa penembakan terjadi. Meski jujur dia mencemaskan cucunya yang juga dibawa kabur.Lu