Setelah beberapa jam kemudian, Tiana semakin kalang kabut saat mendengar suara mobil polisi berhenti di depan rumahnya. Dia mengintip dari jendela kamar dan melihat beberapa petugas berseragam mulai turun dan berjalan mendekati pintu depan. Tiana melihat Sofia juga ikut bersama para polisi.“Kurang ajar si Sofia itu. Perempuan terkutuk. Dia benar-benar melaporkanku pada polisi,” umpat Tiana. Dia semakin gelisah memikirkan bagaimana caranya dia bisa menghindar. Dia jelas tidak ingin diringkus oleh polisi.“Ada apa, Ma?” tanya Albert yang tak mengerti apa-apa. Dia hanya kebingungan melihat sikap ibunya yang gelisah.“Di bawah ada polisi. Mereka ingin menangkap mama. Mama akan dipenjara,” ujar Tiana.“Tapi apa yang sudah mama lakukan sehingga mereka ingin menangkap mama?” tanya Albert.“Diam saja kau, Albert. Kamu tidak akan mengerti apa-apa. Sekarang pikirkan saja bagaimana caranya menyelamatkan ibumu ini. Jangan hanya diam dan bertanya hal-hal yang tidak penting. Bahkan keberadaanmu ti
Bibi Lastri dan para pekerja lainnya mulai merasa cemas karena Akira dan Elza tak kunjung pulang. Padahal istri tuannya itu hanya berpamitan untuk mengajak bayinya jalan-jalan pagi. Mereka mulai panik karena takut terjadi sesuatu pada Akira.Jika sampai hal itu terjadi, mereka pasti akan disalahkan oleh Albert. Albert pasti akan menganggap mereka lalai menjaga istri dan putrinya.“Tuan Albert juga sedang tidak ada di rumah. Entah apa yang harus kita lakukan sekarang,” kata Dewi panik.“Bagaimana jika Nona Akira mengalami kecelakaan atau kejadian buruk lainnya di luar sana? Tuan Albert pasti akan marah besar. Bahkan bisa jadi kita akan dipecat,” ujar satpam merasa pesimis.“Bicara apa kamu ini. Kenapa malah memikirkan nasib pekerjaan. Hal yang terpenting sekarang adalah keselamatan Nona Akira dan bayinya,” sergah sang tukang kebun.“Sudah tidak perlu terus berdebat. Lebih baik kita berpencar untuk mencari Nona Akira dan bayi Elza,” saran Bibi Lastri.“Tapi ke mana kita harus mencarinya
Akira sangat tidak menyangka atas semua cerita yang ia dengar dari ibunya. Kebenaran tentang masa lalu keluarganya dan keluarga Albert. Tidak mudah menerima kenyataan itu dengan lapang dada.Sekarang Akira sudah tahu alasan di balik balas dendam Albert padanya. Tapi semua itu tak lain disebabkan oleh kesalah pahaman semata. Albert sangat membenci Sofia dan ingin membalas melalui Akira. Tapi laki-laki itu tidak pernah tahu kebenarannya.Albert menganggap Sofia sebagai penjahat. Padahal Sofia dan Akira adalah korban yang sesungguhnya. Penjahat yang seharusnya mendapat balasan ternyata adalah ibu Albert sendiri. Tiana yang menjadi pengganggu. Bahkan dia juga mencurangi Albert dengan mewariskan kebencian berdasarkan fakta yang diputar balikkan.Setelah mengetahui itu semua, Akira jelas merasa tidak terima. Dia merasa penderitaan yang dia alami selama ini adalah bentuk ketidak adilan yang harus ia balas. Albert berpikir Sofia dan Akira adalah penyebab kehancuran keluarganya. Padahal yang s
Pada hari yang sudah disepakati, Akira memenuhi janjinya untuk bertemu dengan Dannish. Dia pergi ke rumah laki-laki itu. Sementara Elza dia titipkan bersama Sofia di rumahnya.Kedatangan Akira disambut gembira oleh Maria. Dia langsung melayangkan sebuah pelukan sebagai ungkapan rasa rindunya. Wanita paruh baya itu sempat kecewa karena Akira tidak membawa Elza ikut serta.Tidak hanya Maria yang begitu antusias dengan kedatangan Akira, Dannish bahkan mengosongkan jadwal mengajarnya di kampus demi perempuan itu. Kedatangan Akira adalah untuk membicarakan tentang kebenaran alasan balas dendam Albert. Dannish tak sabar ingin tahu apa yang sebenarnya. Entah mengapa dia menjadi begitu tertarik dengan kehidupan Akira.Maria sempat menghidangkan minuman untuk Akira. Setelah sempat berbincang-bincang sebentar mengenai kabar keluarga, Maria pun berlalu untuk memberikan kesempatan berbicara berdua untuk Dannish dan Akira. Dia cukup tahu diri bahwa kedatangan Akira ke rumahnya adalah untuk bertemu
Sapaan bernada sindiran itu sontak mengejutkan Akira dan Dannish. Secara serempak mereka menoleh ke arah asal suara. Mereka semakin terkejut saat melihat Albert tiba-tiba sudah berdiri di sana dan memperhatikan mereka berdua dengan pandangan tak bersahabat.“Albert, kamu ada di sini?” ujar Akira tak menyangka.“Iya, Akira. Ini aku suamimu. Sudah berhari-hari aku mencarimu dan ternyata kamu sedang bersama dengan laki-laki lain. Ternyata dugaanku benar. Selama ini ada hubungan tak biasa yang terjadi di antara kalian berdua,” ucap Albert langsung melemparkan sebuah tuduhan. Dia salah paham tentang hubungan Dannish dan Akira.Sementara itu Akira justru merasa tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan Albert kepadanya. Emosinya semakin memanas. Bukannya ingin menjelaskan, Akira justru terpancing untuk mengutarakan kemarahan.“Apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, dan apa yang kamu pikirkan belum tentu semuanya benar. Jangan coba merendahkan aku dengan tuduhan tak berdasar. Aku buka
Akira masih menikmati kebersamaannya dengan Elza dan Sofia. Dia tidak pernah bertemu dengan Albert lagi setelah pertengkaran mereka di rumah Dannish. Sebenarnya bukan Albert menyerah untuk membujuk dan menghubungi Akira. Namun Akira yang sengaja terus mendiamkan dan tidak memberikan respon apa-apa.Untuk sementara waktu Akira sengaja ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Semua masalah yang dia hadapi terlalu pelik. Dia ingin membuat jeda untuk dirinya sendiri sebelum memutuskan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.Lebih tepatnya, Akira menuruti saran Dannish untuk mengistirahatkan pikiran dan hati. Akira sengaja menjauh dari Albert. Dia berusaha untuk tidak memikirkan laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Akira sadar bukan sikap yang baik jika seorang istri meninggalkan rumah suaminya selama berhari-hari. Tapi bagaimana pun juga Akira butuh waktu untuk sendiri. Dia berada di puncak lelah setelah dihantam badai masalah berkali-kali.Pada suatu hari, Akira mendapat
Akira turut berbahagia atas kabar pernikahan Levin dengan Clarissa. Pada hari bahagia itu, Akira datang ke sana untuk memenuhi janjinya. Dia ingin mendampingi Clarissa di hari bahagianya. Sama seperti ketika dulu Clarissa mendampingi Akira saat menikah dengan Albert. Akira tidak membawa Elza ikut serta. Dia menitipkan bayinya pada Sofia di rumah. Sofia juga tak keberatan dan membiarkan Akira menikmati acara pernikahan sahabatnya tanpa harus kerepotan dengan sang bayi. Hari itu Akira datang lebih awal. Dia tahu Clarissa tidak memiliki keluarga. Kedatangan Akira tentu sangat diharapkan oleh Clarissa sebagai salah satu orang terdekatnya. Acara pernikahan diselenggarakan di sebuah hotel. Levin dan Clarissa sudah menyewa salah satu ballroom di sana sebagai tempat meresmikan ikatan cinta mereka. Akira yang baru tiba di sana langsung menuju kamar tempat Clarissa dirias. "Cantiknya sahabatku ini," puji Akira saat melihat pantulan wajah Clarissa di cermin. "Eh, Akira. Akhirnya kamu datang
"Kenapa, Al? Kamu marah dan ingin memukulku? Silahkan saja pukul aku. Aku tidak takut. Bahkan sebelum ini kamu memang sudah lebih dulu menghancurkan aku," tantang Akira saat melihat Albert mengepalkan tangan menahan emosinya."Jangan melampaui batas, Akira. Jangan buat aku tidak bisa menahan diri lagi," kata Albert seolah mengisyaratkan agar Akira tidak semakin meremehkannya. Tapi saat itu Akira juga sedang terbakar dalam api kebencian. Sekali dia memutuskan untuk mengungkapkan, maka dia tidak akan berhenti kecuali sudah tuntas apa yang ingin dia sampaikan. Akira sama sekali tidak gentar dengan peringatan dari Albert. "Selama ini mamamu sudah membohongimu, Albert. Adi Hutama itu bukanlah ayah kandungmu. Dia adalah ayahku, suami sah dari Mama Sofia. Tapi ibumu justru memutar balikkan fakta. Dia yang menjadi orang ketiga dalam hubungan Papa Adi dan Mama Sofia. Ibumu yang sudah berusaha merebut suami orang lain. Dia berusaha memberimu kasih sayang seorang ayah tapi dengan cara merenggu