"Athena, kenapa kau lama sekali? Aku menunggumu hampir satu jam!" Suara Julia berseru dengan nada kesal saat melihat Athena melangkah menghampirinya. Bagaimana dia tidak marah. Dia sudah menunggu lama sahabatnya itu."Salahkan dirimu kenapa kau mendatangiku pagi hari seperti ini." Athena duduk di samping Julia. Dia mengambil chocolate cake di atas meja dan memakannya perlahan. "Dari pada kau marah-marah tidak jelas, lebih baik kau makan. Pelayanku sudah banyak menyiapkan makanan untukmu, bukan? Kalau kau kurang bilang saja, nanti aku akan meminta pelayanku menyiapkan makanan yang kau inginkan."Julia menggeleng tak percaya menatap Athena yang tengah melahap chocolate cake. Entah perutnya yang lapar menjadi kenyang melihat Athena yang begitu banyak makan. "Jika aku mengikutimu, aku tidak bisa membayangkan bentuk tubuhku. Lihat saja kau baru satu kali hamil tapi cara makanmu sungguh mengerikan.""Aku memang hamil baru satu kali, tapi bayiku ada tiga. Jadi kau tidak perlu heran jika aku
Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya. Pikirannya kini tengah memikirkan kehamilan Athena yang sudah terlihat membesar. Padahal usia kandungannya masih terbilang muda, tapi perutnya sudah membuncit. Tentu saja Justin selalu merasa khawatir dengan keadaan sang istri. Meski Dokter selalu mengatakannya baik-baik saja, tapi tetap Justin tidak pernah tenang. Bahkan Justin meminta Dokter untuk memeriksa kandungan Athena setiap minggunya.Suara ketukan pintu terdengar. Justin yang tengah melamun langsung menghentikan lamunannya kala mendengar suara ketukan pintu. Dia pun langsung menginterupsi untuk masuk."Tuan Justin, apa anda memanggil saya?" Peter melangkah mendekat ke arah Justin."Ya, aku memanggilmu," jawab Justin dingin. "Aku ingin kau menyiapkan restoran terbaik untukku makan malam berdua dengan istriku. Aku sudah lama tidak makan malam diluar bersama dengannya.""Baik, Tuan," jawab Peter patuh."Peter," panggil Justin dengan raut wajah yang tampak begit
Athena mamatut cermin. Kini tubuhnya terlah terbalut oleh sebuah gaun berwarna hijau emerald. Gaun yang dipilihkan Justin ini sukses membuat Athena tampak begitu mengagumkan. Dengan polosan make up tipis dan rambut coklatnya yang tergerai indah, membuat Athena benar-benar sangat cantik."Aku terlihat lucu dengan perut yang membuncit seperti ini." Athena mengulum senyumannya. Dia mengusap pelan perutnya dengan lembut. Meski memiki kenaikan berat badan. Tapi Athena masih memiliki bentuk tubuh yang bagus. Hanya beberapa bagian dari tubuhnya saja yang membesar akibat kehamilannya.Justin berdiri di ambang pintu. Sudah sejak tadi dia memperhatikan sang istri yang tengah berias. Senyum di bibirnya terukir melihat Athena yang tampak menawan dengan balutan gaun yang dia pilihkan untuk istrinya. Perut Athena yang membuncit itu benar-benar membuatnya sangat seksi. Kini Justin mendekat, dia memeluk Athena seraya memberikan kecupan di bahu polos sang istri.Athena yang melihat Justin dari pantula
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan Athena mulai membuka matanya. Dia mengerjap beberapa kali, menggeliat dan menguap. Saat Athea membuka matanya, dia menatap dirinya tengah berada di kamar hotel. Seketika senyum di bibir Athena terukir kala mengingat percintaan panasnya dengan Justin. Dia mengingat sudah berapa kali Justin menyentuhnya. Bahkan sepanjang malam suaminya itu tidak henti memujannya."Apa yang kau pikirkan, sayang?" Justin melangkah masuk ke dalam kamar seraya membawakan nampan yang berisikan sarapan. Dia mendekat dan duduk di tepi ranjang."Justin? Kau dari mana?" tanya Athena dengan suara pelan. Dia tidak menyadari Justin sudah tidak ada di sampingnya. Raut wajahnya sedikit memerah karena sang suami memergokinya yang tengah melamunkan sesuatu. Jika seperti ini, Athena tentu akan malu pada Justin. Astaga, sejak hamil membuat dirinya selalu membayangkan setiap kali percintaan panasnya dengan suaminya."Aku tadi mengambil sarapan. T
Suara ketukan pintu terdengar membuat Julia yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Julia mengumpat pelan kala ada yang mengganggunya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengalihkan pandangannya pada jam dinding. Kini sudah pukul dua siang. Ya, dia ketiduran saat dirinya tengah menonton drama film kesukaannya. Jika biasanya Julia menonton bersama dengan Athena, sekarang dia harus menonton sendiri. Seperti saat ini, dia menonton hingga membuatnya ketiduran.Saat Julia sudah membuka matanya, dia menginterupsi orang yang mengetuk pintu untuk masuk.“Nona Julia...” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Julia.Julia mendengkus tak suka. “Kenapa kau mengganggu tidurku? Aku masih mengantuk?” ucapnya dingin.“Maaf, Nona. Tapi di depan ada Tuan Peter datang mencari anda,” ujar sang pelayan memberitahu.“Peter?” Kening Julia berkerut, menatap bingung pelayan yang berdiri di hadapannya.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nona. Tuan Peter ada di depan. Beliau mengat
Athena berdecak kesal kala nomor ponsel Julia tapi tidak ada satupun jawaban. Tidak menyerah, Athena kembali berusaha mengubungi nomor Julia tapi hasilnya tetap saja. Hingga kemudian, Athena memilih mencoba menghubungi nomor rumahnya. Julia masih tinggal di penthouse pribadi milik Athena. Athena memang meminta Julia untuk tetap tinggal di penthouse miliknya. Karena dulu sebelum menikah dengan Justin, Athena dan Julia sudah tinggal bersama.“Hallo?” sapa Athena kala panggilan terhubung.“Selamat pagi, ini Nyonya Athena?” seorang pelayan menjawab dengan sopan.“Iya ini aku. Apa Julia ada di rumah?”“Ada, Nyonya. Tapi sejak bertemu dengan Tuan Peter, Nona Julia memilih mengurung dirinya.”Athena mengerutkan keningnya, kala mendengar perkataan sang pelayan.“Apa Peter masih di sana?”“Tuan Peter sudah pulang, Nyonya. Tapi saya tidak sengaja melihat Nyonya Julia menangis.”“Julia menangis?” Wajah Athena berubah saat mendengar Julia menangis. Kilat matanya menjadi begitu cemas dan panik.“I
Dering alarm berbunyi, membuat Athena yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Dia menggeliat, menguap dan mengerjapkan matanya beberapa kali saat pagi menyapa. Ketika Athena sudah membuka matanya, dia mematikan alarm itu—lalu mengalihkan pandangannya ke samping.Athena langsung menghela napas dalam, melihat ranjang Justin sudah kosong. Pasti suaminya itu berangkat lebih awal. Tatapan Athena teralih ke atas nakas. Dan benar saja, dia menemukan sebuah note di sana. Kini Athena mengambil note yang terletak di atas nakas dan membacanya.*Sayang, maaf aku harus berangkat lebih awal. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kau tertidur begitu lelap, aku tidak tega membangunkanmu. Justin. L. A. – Your Husband.*Athena berdecak pelan kala membaca note itu. Ya, Justin memang tidak akan pernah membangunkannya jika dia tengah tertidur lelap. Padahal Athena ingin sekali menyiapkan segala keperluan suaminya itu.“Sudahlah aku mandi saja.” Athena tidak ingin merusak paginya dengan wajah kesal.
Athena duduk di sofa kamar seraya menatap keluar jendela. Dia tengah menunggu Justin yang juga belum pulang ke rumah. Harusnya Justin pulang pukul empat sore. Namun, hingga pukul enam, suaminya itu masih tak kunjung pulang.“Justin ke mana? Kenapa dia belum pulang?” Athena mendengkus tak suka. Dia mengambil ponselnya, dan berusaha menghubungi suaminya itu. Tapi, satu, dua sampai tiga kali dia mencoba, tidak ada satu pun jawaban dari Justin.Athena kembali menatap keluar jendela sambil menopang dagunya ke sandaran sofa. Raut wajah kesal benar-benar terlihat jelas di wajah cantik Athena. Tiba-tiba, di saat Athena terus menatap keluar jendela, dia tersenyum melihat mobil sport Justin yang memasuki halaman rumah. Dengan cepat Athena beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan meninggalkan kamar, menyusul Justin yang masih berada di bawah.“Justin,” seru Athena dengan riang. Dia langsung mengamburkan pelukan pada Justin yang baru saja turun dari mobil.Justin tampak terkejut saat Athena me