Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan Athena mulai membuka matanya. Dia mengerjap beberapa kali, menggeliat dan menguap. Saat Athea membuka matanya, dia menatap dirinya tengah berada di kamar hotel. Seketika senyum di bibir Athena terukir kala mengingat percintaan panasnya dengan Justin. Dia mengingat sudah berapa kali Justin menyentuhnya. Bahkan sepanjang malam suaminya itu tidak henti memujannya."Apa yang kau pikirkan, sayang?" Justin melangkah masuk ke dalam kamar seraya membawakan nampan yang berisikan sarapan. Dia mendekat dan duduk di tepi ranjang."Justin? Kau dari mana?" tanya Athena dengan suara pelan. Dia tidak menyadari Justin sudah tidak ada di sampingnya. Raut wajahnya sedikit memerah karena sang suami memergokinya yang tengah melamunkan sesuatu. Jika seperti ini, Athena tentu akan malu pada Justin. Astaga, sejak hamil membuat dirinya selalu membayangkan setiap kali percintaan panasnya dengan suaminya."Aku tadi mengambil sarapan. T
Suara ketukan pintu terdengar membuat Julia yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Julia mengumpat pelan kala ada yang mengganggunya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengalihkan pandangannya pada jam dinding. Kini sudah pukul dua siang. Ya, dia ketiduran saat dirinya tengah menonton drama film kesukaannya. Jika biasanya Julia menonton bersama dengan Athena, sekarang dia harus menonton sendiri. Seperti saat ini, dia menonton hingga membuatnya ketiduran.Saat Julia sudah membuka matanya, dia menginterupsi orang yang mengetuk pintu untuk masuk.“Nona Julia...” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Julia.Julia mendengkus tak suka. “Kenapa kau mengganggu tidurku? Aku masih mengantuk?” ucapnya dingin.“Maaf, Nona. Tapi di depan ada Tuan Peter datang mencari anda,” ujar sang pelayan memberitahu.“Peter?” Kening Julia berkerut, menatap bingung pelayan yang berdiri di hadapannya.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nona. Tuan Peter ada di depan. Beliau mengat
Athena berdecak kesal kala nomor ponsel Julia tapi tidak ada satupun jawaban. Tidak menyerah, Athena kembali berusaha mengubungi nomor Julia tapi hasilnya tetap saja. Hingga kemudian, Athena memilih mencoba menghubungi nomor rumahnya. Julia masih tinggal di penthouse pribadi milik Athena. Athena memang meminta Julia untuk tetap tinggal di penthouse miliknya. Karena dulu sebelum menikah dengan Justin, Athena dan Julia sudah tinggal bersama.“Hallo?” sapa Athena kala panggilan terhubung.“Selamat pagi, ini Nyonya Athena?” seorang pelayan menjawab dengan sopan.“Iya ini aku. Apa Julia ada di rumah?”“Ada, Nyonya. Tapi sejak bertemu dengan Tuan Peter, Nona Julia memilih mengurung dirinya.”Athena mengerutkan keningnya, kala mendengar perkataan sang pelayan.“Apa Peter masih di sana?”“Tuan Peter sudah pulang, Nyonya. Tapi saya tidak sengaja melihat Nyonya Julia menangis.”“Julia menangis?” Wajah Athena berubah saat mendengar Julia menangis. Kilat matanya menjadi begitu cemas dan panik.“I
Dering alarm berbunyi, membuat Athena yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Dia menggeliat, menguap dan mengerjapkan matanya beberapa kali saat pagi menyapa. Ketika Athena sudah membuka matanya, dia mematikan alarm itu—lalu mengalihkan pandangannya ke samping.Athena langsung menghela napas dalam, melihat ranjang Justin sudah kosong. Pasti suaminya itu berangkat lebih awal. Tatapan Athena teralih ke atas nakas. Dan benar saja, dia menemukan sebuah note di sana. Kini Athena mengambil note yang terletak di atas nakas dan membacanya.*Sayang, maaf aku harus berangkat lebih awal. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kau tertidur begitu lelap, aku tidak tega membangunkanmu. Justin. L. A. – Your Husband.*Athena berdecak pelan kala membaca note itu. Ya, Justin memang tidak akan pernah membangunkannya jika dia tengah tertidur lelap. Padahal Athena ingin sekali menyiapkan segala keperluan suaminya itu.“Sudahlah aku mandi saja.” Athena tidak ingin merusak paginya dengan wajah kesal.
Athena duduk di sofa kamar seraya menatap keluar jendela. Dia tengah menunggu Justin yang juga belum pulang ke rumah. Harusnya Justin pulang pukul empat sore. Namun, hingga pukul enam, suaminya itu masih tak kunjung pulang.“Justin ke mana? Kenapa dia belum pulang?” Athena mendengkus tak suka. Dia mengambil ponselnya, dan berusaha menghubungi suaminya itu. Tapi, satu, dua sampai tiga kali dia mencoba, tidak ada satu pun jawaban dari Justin.Athena kembali menatap keluar jendela sambil menopang dagunya ke sandaran sofa. Raut wajah kesal benar-benar terlihat jelas di wajah cantik Athena. Tiba-tiba, di saat Athena terus menatap keluar jendela, dia tersenyum melihat mobil sport Justin yang memasuki halaman rumah. Dengan cepat Athena beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan meninggalkan kamar, menyusul Justin yang masih berada di bawah.“Justin,” seru Athena dengan riang. Dia langsung mengamburkan pelukan pada Justin yang baru saja turun dari mobil.Justin tampak terkejut saat Athena me
*Julia, weekend kali ini kau tidak perlu ke J.A Modeling School. Minta staff yang lain untuk menggantikanmu. Aku ingin kau pergi ke Danau George. Ada yang harus kau kerjakan di sana. Bantu aku. Kau tahu aku tengah hamil, tidak mungkin aku pergi ke Danau George.*Julia mengerutkan keningnya kala membaca pesan masuk dari Athena yang mengatakan dirinya harus mengunjungi Danau George. Pasalnya, selama ini Athena tidak pernah memintanya untuk mengunjungi alam terbuka seperti itu. Terlebih dirinya tengah disibukan dengan J.A Modeling School milik Athena yang baru saja dibuka, tapi sudah berkembang begitu pesat. Athena masih belum bisa kembali bekerja, mengingat sahabatnya itu tengah mengandung, itu yang membuat Julia harus menggantikan seluruh pekerjaan Athena.“Kenapa Athena memintaku ke Danau George? Mana mungkin ada pekerjaan di sana? Dia itu memintaku bekerja atau berlibur?” Kening Julia berkerut dalam, dia tampak bingung. Rasanya tidak mungkin Athena kerjaan di Danau George. Jika Athen
Mobil yang membawa Peter dan Julia telah memasuki sebuah hotel yang tidak jauh dari kawasan Danau George. Setelah menempuh perjalanan hampir empat jam dari Manhattan menuju Danau George, kini Peter dan Julia telah tiba. Beruntung musim semi telah berganti dengan musim panas. Cuaca di Danau George begitu menyejukan meski di tengah musim panas.Setelah memarkirkan mobil, Peter mengalihkan pandangannya, menatap Julia yang masih memejamkan matanya. Tentu dia tahu, wanita itu pasti kelelahn di perjalanan yang cukup panjang.“Julia.” Peter menepuk pelan lengan Julia, membangunkannya. Namun, sayangnya, beberapa kali dia memanggil nama Julia, wanita itu tak kunjung bangun. Peter mengembuskan napas panjang, Julia tertidur begitu pulas. Bahkan tidak menyadari kalau sudah tiba di tempat tujuan mereka.“Julia.” Peter kembali berusaha membangunkan Julia. Kali ini, dia membangunkan sedikit lebih keras dari sebelumnya dan menggoyangkan bahu wanita itu.“Hmm..” Julia menggeliat dan mengerjapkan matan
Julia mengerutkan keningnya, menatap Peter yang tengah melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Dia tampak bingung kemana Peter membawanya. Pasalnya ini sudah malam.“Peter,” panggil Julia dengan raut wajah yang serius.“Hm?” Peter mengalihkan pandangannya, melirik Julia sekilas. Lalu kembali menatap ke depan.“Kau ini ingin membawaku ke mana sebenarnya?” tanya Julia yang penasaran.“Sebentar lagi kita sampai,” jawab Peter dengan tatapan yang fokus melajukan mobil. Jalanan yang sepi. Beruntung ada lampu menerang jalan yang membantu Peter melihat jalanan. Danau George memiliki pemandangan yang indah. Siang hari, banyak para turis yang mendaki gunung.Tak berselang lama, mobil Peter mulai memasuki parkiran dekat dengan Lake George Cruises. Raut wajah Julia tampak begitu bingung. Kenapa Peter membawanya ke dekat kapar pesiar seperti ini?”“Peter, kau—”“Turunlah, nanti kau akan tahu.”Belum sempat Julia menyelesaikan ucapannya, Peter sudah lebih dulu memotong ucapan Julia. Julia hanya bi