Ratu tidak mau memaafkan. Sedangkan kata Leora, kenyataan dari memaafkan tidak serta merta membuat kita melupakan kejadian yang telah menimpa bukan juga untuk membenarkan perilakunya. Apa lagi sampai membebaskan orang tersebut dari konsekuensi dan menerimanya kembali. Faktanya, memaafkan itu soal keputusan. Keputusan untuk menerima realita dan membebaskan beban emosional yang mengikat kita dan keputusan untuk tidak membalas dan menghukum orang tersebut. Siapa bilang memaafkan semudah membalikkan tangan? Memaafkan juga butuh waktu. Karena semakin sering kita tersakiti, semakin dalam emosional kita, semakin dalam luka yang kita rasakan akan semakin sulit untuk kita memaafkan. "Nggak apa-apa. Kamu nggak perlu buru-buru." Itu pesan yang Leora sampaikan untuk Ratu dan masalahnya semalam. Leora memahami karena pernah berada di posisi yang Ratu rasakan meski beda konteks. "Tapi kalau kamu nggak mau memaafkan, itu bakalan lebih sulit buat sembuh. Karena kita bukan memaafkan untuk orang lai
Adakalanya rasa takut itu datang menyelimuti. Seolah-olah terjebak di dalam air dan sulit untuk bernapas. Bingung dan pikiran mulai mensugesti jika akan tercekik. Jika tidak segera bertindak, maka akan hancur. Itu yang ada di dalam pikiran Ratu saat ini. Dia benar-benar tidak tahu harus bertindak apa untuk menghadapi Bala. Bukan karena cinta apa lagi sayang m tapi Ratu serius tidak tahu harus bagaimana. Di temui, ah untuk apa? Wong Ratu sudah malas kok. Tidak di temui, Bala terus merengek meminta bertemu. Alasannya yang rindulah, inilah, itulah padahal sudah jelas-jelas Ratu mengabaikan. Laki-laki memang begitu saat menyukai seorang perempuan. Akan gigih dalam mendapatkan lalu membuangnya usai di rasa puas telah menggunakannya. Jahanam!"Masih belum nemuin jalannya?" tanya Leora yang datang membawa pisang keju.Liburannya di Semarang bersama Raja punya banyak kesan meski secara mendadak Raja harus mengurus pekerjaan juga. Suaminya yang gila kerja, di mana pun tubuhnya berada, bekerja
Setelah Rea pergi, banyak hal yang terjadi dalam hidup Raja. Perubahan-perubahan kecil yang meningkat secara signifikan dari sulung keluarga Anggoro ini terbilang cepat. Banyak orang yang kagum dan memujanya. Para perempuan yang melihatnya ingin setidaknya satu kali dalam seumur hidup mereka bisa bersama dengan Raja. Dan perubahan lain yang tidak pernah orang lain ketahui selain dirinya sendiri adalah kepribadiannya.Karena di beri trauma yang sangat besar dalam hidupnya, Raja menyimpan dendam. Semua perempuan yang menginginkan dirinya, harus berakhir di atas ranjang. Hanya di sanalah Raja melampiaskan emosinya. Rea belum tahu sisi lain Raja namun membuatnya berubah dalam waktu satu malam, menjadi kepuasan tersendiri bagi Rea. Ternyata semudah itu menghancurkan hidup seseorang. Pastinya Raja amatlah di harapkan oleh keluarganya untuk menjadi orang yang sempurna dan Rea menjadikannya cacat secara mental."Mikirin apa?"Rea terseret dari lamunannya untuk kembali ke dunia nyata. Di mana
"Abang maksudnya apa?"Langit langsung melayangkan protes tanpa salam begitu Raja mengangkat teleponnya. "Salam dulu," Balan Raja dengan halus di seberang sana. Terdengar helaan napas dari Raja yang membuat Langit mendengkus. Raja menyebalkan sekali dengan membawa Arra ke Malang bahkan bekerja di satu kantor yang sama dengannya. Langit tentu gerah. "Aku nggak bisa lagi sabar, ya! Tadi aku telepon Abang mau protes tapi sadar harus elegan di hadapan musuh.", Langit tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Raja belum memberinya penjelasan. "Aku nggak bisa, Abang."Biasanya, jika Langit sudah merengek seperti ini, Raja akan merasa terenyuh dan mulai luluh. Tapi entah dengan yang sekarang. Karena itu licik. Langit melihatnya sendiri tadi. "Makanya Abang bilang: tunggu. Kamu nggak bisa asal buat ngambil keputusan balik atau malah kocar-kacir. Nanti kamu makin nangis misalnya Arra ngasih serangan yang tak terduga.""Maksud Abang apa? Dia punya rencana apa, sih sampai harus masuk ke perusahaa
"Mau ke Malang nggak?"Raja usai mematikan teleponnya langsung menemui Leora yang sedang memasak di dapur. Ratu sudah pergi menuju kafe yang dulu di kelola oleh Maminya. Bukan hal yang mudah dan Raja tahu itu. Ratu harus merelakan jiwa bisnis yang membara di dalam jiwanya untuk mau berkecimpung dengan bisnis lainnya. "Cuti kamu udah mau habis. Yakin nggak apa-apa ninggalin kantor terlalu lama?"Tidak terasa Leora dan Raja sudah satu minggu menghabiskan waktunya di Semarang. Dan selama itu pula, tidak banyak aktivitas yang keduanya lakukan. Semuanya di luar dugaan dan Leora lebih banyak tidur ketimbang harus pergi berjalan-jalan. Raja menggeleng. "Papi masih bisa handle. Ada Archa juga yang bisa ngasih arahan ke Papi soal rapat. Nanti aku bisa ikutan via zoom. Semuanya udah oke."Leora diam terlalu lama lalu mengedikkan bahunya. "Aku terserah kamu aja. Kalau kamu masih butuh waktu untuk liburan, aku nggak mau nolak."Cengiran Leora di balas kecupan oleh Raja. Semenjak hamil, Leora da
Setiap orang punya perjalanan hidupnya masing-masing. Yang takut akan pernikahan, maka melihat sebuah hubungan serius itu bak sebuah kekangan. Tali jerat yanb mematikan dan menguras air mata. Yang hubungannya hancur karena orang ketiga, maka melihat pelaku perebut suami atau istrinya layaknya orang berpenyakitan. Hidup masing-masing orang unik. Kisahnya pun tak bisa di samakan. Rasa sakitnya tak bisa di pukul rata.Leora Anggoro memandang sebuah pernikahan hal yang lumrah. Di matanya, selain sebuah perintah agama–di kepercayaan yang Leora anut–pun dengan usia yang matang, pernikahan pasti akan terjadi. Banyak di antara mereka pelaku pernikahan dengan usia yang sudah cukup namun belum matang sempurna. Misalnya, muda mudi yang baru selesai mengenyam pendidikan SMA.Mereka memutuskan menikah muda dengan alasan menghindari zina. Kalau di pikir-pikir, benar juga, sih. Ketimbang bikin malu keluarga dengan hamil duluan, lebih baik jujur dan minta di nikahkan segera. "Mikirin apa?" Raja dat
Begitu sampai Malang, Raja ajak Leora ke hotel. Pertanyaan mengherankan yang hanya Leora pendam adalah: kenapa tidak ke apartemen Langit? Tapi hanyalah bersarang di kepalanya. Leora tidak mau merusak kesenangan Raja dan hotel bukan sesuatu yang buruk saat kamar suite menjadi pilihan Raja. Lelaki dingin itu selalu tahu cara menyenangkan istrinya. Leora cekikikan sendiri."Ada yang salah?" Leora gelengkan kepalanya langsung.Ini sudah malam–menjelang pagi–jangan buat Raja dan moodnya berantakan. Bisa jadi reog nanti."Baju tidur kamu tapi jangan mandi." Raja terima baju tidur dari Leora dan bergegas mengenakannya. Usai dengan baju tidurnya, Raja langsung memejamkan matanya dan mendekap Leora."Kamu pasti capek," ujar Raja yang di balas gelengan oleh Leora. "Harusnya naik pesawat aja.""Sesekali doang. Lagian seru juga naik kereta. Sayangnya, karena kita ambil perjalanan yang malam, jadi nggak bisa lihat kondisi sekitar kayak dari Jakarta ke Semarang kemarin.""Jangan bilang pulang ke J
Langit kaget bukan main. Di jam kerja, Raja dan Leora datang tanpa memberi kabar. Maksudnya, ini sejak kapan ada di Malang sedangkan Mami bilang, Raja dan Leora sedang bulan madu di Semarang. Kenapa sekarang sudah di Malang saja?Raja memang menggemaskan. Selalu memberi kejutan kepada Langit yang jantungnya hampir merosot ke lambung. "Abang nggak ngasih kabar!" Dengkus Langit keras-keras dan menyalami tangan Raja dan Leora secara bergantian. "Kan aku bisa jemput, bisa siapin kamar dan yang Abang butuhin. Mbak apa kabar?" tanya Langit kepada Leora yang tersenyum kecil."Baik. Ponakan kamu juga semuanya baik." Leora lungsurkan oleh-oleh yang di bawanya dari Semarang. "Lumpia Mbak Lim, kesukaan kamu. Abang yang beliin.""Wah …" Awalnya semringah dan kembali mode biasa saja setelah tahu siapa yang membelikan itu. "Makasih, Abang." Tetap wajib dilakukan. Mengucapkan terima kasih adalah ajaran dari Maminya yang paling lumrah. Jadi tidak boleh di lupakan begitu saja. "Terus nginap di mana?"