Mungkin memang sudah begitu caramu menyebut namaku. Kalimat itu terus tengiang di kepala Leora. Mimpi yang dialaminya membekas diingatannya namun Leo tidak tahu tentang apa itu. Saat kedua matanya terbuka, perasaan sedih menyelimuti. Sebelum subuh, Leora sudah tidak bisa memejamkan matanya. Melihat ke sisi kanannya, ada Raja yang masih terlelap dengan dengkuran halus. Senyumnya merekah dan Leora senang sekali menyambut pagi harinya. Raja memberikan semangat lain yang tidak bisa Leora jabarkan secara jelas.Mungkin memang sudah begitu caramu mempermainkanku.Walau awalnya, hubungan yang mereka ciptakan tidak seindah apalagi terkesan layaknya pasangan lainnya. Leora tetap menikmati peran sebagai istri seorang Laraja Putra Anggoro dengan baik. Leora tidak banyak tahu tentang Raja namun mau belajar dan memahami sisi lain suaminya.Leora harus berterima kasih untuk mami dan papinya serta bersyukur kepada Tuhan. Karena setidaknya, sudah mengirimkan seorang suami seperti Raja. Yang meski sa
Langit kembali memulai semua aktivitasnya di Malang dengan penuh semangat. Setelah mengantar kepulangan Ratu ke Sumba, sejumlah berkas mulai menumpuk di meja kantornya.Ada banyak berkas kontrak kerja yang minta segera Langit belai untuk kemudian membubuhkan tanda tangannya.Pagi ini, langit Malang terlibat cerah. Meskipun udara dingin terus melingkupi, hawa sejuk dari angin yang berembus membuat wajah Langit terasa lebih segar dari biasanya.Dan suasana yang sepert ini, membawa kedamaian tersendiri untuk jiwa Langit. Langit terus terbayang akan fantasi yang ada di dalam pikirannya. Tentang; bagaimana kehidupan rumah tangganya bersama Ratu atau kisah cinta keduanya ke depan nanti.Saat membuka kedua matanya, Langit tidak pernah sedetik pun melewatkan tanpa memikirkan Langit. Memang konyol tapi itu faktanya. Langit akan menjadi gila dan sangat gila jika sudah seperti ini.Ada banyak harapan yang Langit harapkan.Ada beribu doa yang Langit panjatkan.Walaupun banyak dosa yang banyak hid
Dalam sebuah coretan pena kecil yang melayangkan ingatan Raja.Dalam guyuran air shower yang dingin, sensasi menyegarkan membuat isi kepalanya terasa lebih ringan. Raja usapi seluruh tubuhnya dengan busa sabun. Wangi maskulin yang menguar—pilihan Leora—memang tiada duanya. Harumnya menenangkan dan serasa ingin berlama-lama di dalam kamar mandi. Tapi tidak bisa karena waktu terus berjalan. Dan Leora dengan bibir manisnya terus menyerocos di luar pintu. “Kamu bakal telat kalau mandinya sekalian bangun tembok kamar mandi!” Ya Tuhan! Dulu, izinkan Raja mengeluh untuk pagi ini, tidak pernah terbayangkan dalam benak Raja akan memiliki Leora sedalam ini. Seorang diri dan untuk dirinya sendiri. Raja adalah orang egois. Yang artinya; tidak bisa intropeksi diri sendiri, tidak nisa mengamati dirinya sendiri, tidak bisa menilai dirinya sendiri. Dan orang yang egois, hanyalah ingin menjadi yang pertama dan yang paling benar. Itulah Raja yang sesungguhnya. Tapi sejak bertemu kembali dengan Le
Teruntuk dirinya sendiri. Dinda selalu memberikan semangat yang tak tanggung-tanggung. Karena meski sendiri, Dinda berusaha untuk tidak merasakan sepi layaknya dalam sebuah petaka. Atau menyalahkan kenapa dirinya harus hadir di dunia yang kejam ini dengan kesendirian.Apa pun itu. Setiap hari selalu Dinda lalui dengan penuh semangat. Dinda yang riang dan ceria walau akan menangis diam-diam di malam hari. Dinda yang pendiam dan nyaman dengan kesendirian tidak mau hidup di bawah naungan rasa kasihan.“Saya nggak pernah tahu kalau kamu suka ke sini.”Vokal yang akrab di rungu Dinda menyapa dengan kalem.Senyum Dinda merekah meski sang empunya hanya datar.“Sendiri?” tanyanya tanpa basa-basi dan membawa serta baki makanannya ke meja Dinda. “Saya gabung nggak masalah, kan? Atau kamu lagi nunggu teman?”Dinda gelagapan dan menggeleng sebagai jawaban. Sudah di bilang Dinda penyuka kesendirian. Jadi pergi sendiri, makan sendiri, belanja sendiri bahkan nonton sendiri adalah tugasnya di kala we
Sebelumnya, jauh sebelum torehan luka meninggalkan bekas mendalam. Di sudut hati yang paling dalam, pernah tercipta sebuah kenangan. Yang terangan indah dalam kepakan sayap mimpi. Terukir merdu dalam syahdunya syair. Dan hancur layaknya kaca berkeping-keping.Ada yang rapuh meski awalnya sekokoh baja.Ada yang retak meski awalnya terlihat begitu rekat.Semuanya berakhir tanpa ada yang bisa mengetahui seperti ini akhirnya.Begitulah garis Tuhan.‘Rasa sayang yang boros dan cepat bosan, itu karena terlalu banyak jalan dan senang-senang terus saat di awal hubungan.’Ya. Laratu Putri Anggoro mengakui akan kebenaran dari kata-kata di atas. Dari awal, menjalin hubungan dengan foya-foya sampai timbul rasa bosan tak berkesudahan. Hanya ingin pergi dan menyenangkan diri sekadar menikmati indah awalnya sebuah hubungan.Lagi pula, mau bagaimana harus Ratu buat?Namun ada satu kebenaran yang tersimpan rapat dalam hatinya. Ketika Ratu memberi hatinya, kepada orang yang dicintainya, Ratu berikan se
Balara tidak tahu harus berbuat apa.Yang sejak lima belas menit lalu dirinya lakukan hanyalah mengamati keadaan sekitar yang kian ramai, riuh dan sesak. Beberapa pasang mata—terutama perempuan—pun mulai melirik nakal dan sesekali ada yang menghampiri.Namun Balara tidak memberikan tanggapan apa pun selain menatapi tubuh perempuan yang terkulai di sisinya.Pingsan.Begitu saja Balara simpulkan. Namanya Ratu—itu Bala dapatkan dari salah satu bartender yang sudah menganal dirinya mau pun Ratu.“Ke hotel saja lah. Gas”Randi namanya. Memang sejujur dan secepals-ceplos itu. Namun ada benarnya juga. Karena Bala mulai tergiur dengan saran yang Randi berikan. “Main aman. Anak orang.” Randi sodorkan dua sekaligus—yang membuat Bala mendengus—karet bundar berbau harum yang khas. Dan lebih sial lagi, Bala menerimanya sehingga membuat wajah Randi kian semringah saja.“Kebanyakan mikir lo mah.” Sekali lagi Randi memerintah. “Cepetan! Noh banyak yang nyuri ke arah ini cewek. Kagak rugi lo?!”Bala
Misal, hari ini Tuhan mengabulkan satu dari banyaknya permohonan yang kamu panjatkan. Apa kira-kira yang ingin dijadikan permintaan?Aku, akan meminta Tuhan untuk tidak pernah melepas kebahagiaan dari hidupnya seseorang yang aku sebut di setiap sujud. Itu mungkin terlihat seperti permintaan sederhana yang klasik. Bagi mereka yang mencintai tanpa ditakdirkan memiliki. Tetapi bagiku, melihat seseorang yang aku cintai hidup dalam kebahagiaan, cukup kujadikan alasan berbahagia di hidupku.Percayakah kamu?Bahwa cinta yang tumbuh dalam ketulusan, seperti sebuah kekuatan.Jika kamu percaya, berarti kamu telah merasakan seberapa besar cinta sanggup menguatkanmu. Meski takdir menuliskan ia tidak bisa dimilikimu.Mata Ratu terbuka perlahan. Mengerjap sampai beberapa kali guna menyesuaikan terik matahari yang memancar langsung ke dalam ruangan. Terdiam sejenak dan Ratu tidak tahu mengapa ada mimpi semacam itu yang menghampiri tidurnya. Gila, ya! Makin ke sini mimpi yang Ratu dapat makin meresa
Katanya, anak pertama atau sulung itu kerasnya minta ampun.Lagi pula, siapa yang tidak mengenal anak pertama?Di samping keras kepala, anak pertama juga mandiri dan merasa nggak butuh bantuan. Entah untuk menutupi kegengsiannya atau memang sudah tercipta sejak lahir bahwa tanggungjawabnya amatlah banyak.Meski begitu, di balik semua sikapnya yang arogan. Anak pertama juga ingin merasakan di manja dan bebas dalam mengekspresikan perasaannya. Jadi wajar, kalau anak pertama memang sedikit berbeda karena ingin di mengerti dan di sayang. Karena sadar mau pun tidak, anak pertama selalu di tuntut untuk mengerti dan mengalah.Banyak yang bilang, anak pertama nggak di manja karena kelihatannya memang nggak butuh. Beda lagi sama anak bungsu yang pembawaannya minta di bantuin terus.Anak pertama, apa-apa bisa sendiri dan harus melakukan sendiri. Memutuskan apa yang menjadi pilihannya sendiri. Walau dalam hati lelah dan butuh di bombing. Tapi orang sekitar tidak ada yang peka. Tahunya, dia si an