Yang pertama terkejut maksimal adalah Leora.Pagi-pagi sekali sebelum matahari menyinari bumi Jakarta, Langit berdiri dengan cengiran khasnya. Menenteng tas ransel di pundaknya dengan baju santai.“Kok …” Leora masih tercengang. “Masuk.”Lebih tercengang lagi karena vokal Raja yang memberi titah untuk Langit. Kan artinya ada konspirasi di antara kakak beradik ini yang Leora tidak tahu.“Dadakan dia tuh.” Raja memberi tahu. “Nelepon mau ke sini subuh tadi. Kamu masih anteng. Mana berani Mas bangunin.”Hah?Mas?Apalagi ini.Leora ingin nangis kejer saat itu juga. Karena seumur-umur belum pernah memanggil Raja dengan sebutan ‘Mas’. Itu adalah mami Senja untuk papi Radit. Baru nggak mustahil.“Ada apa?”Yang langsung Leora cubit lengan Raja sampai sang empunya meringis kesakitan.“Bisa nggak pakai basa-basi bentar!?” Raja menggeleng.“Ngomong sama kunyuk ini pakai basa-basi yang ada buang-buang waktu.”Wajah Leora memberengut kesal. Berbeda dengan Langit yang melihatnya dengan tatapan
Semakin bertambahnya usia, semakin sadar bahwa berdamai dengan diri sendiri perlu di pelajari benar caranya bagaimana.Raja sedang menyesuaikan diri dengan apa yang baru saja di dengarnya. Langit adalah jiplakannya yang tidak diketahui dari mana asal keras kepalanya. Mengingat mami papinya yang kalem. Tapi … entahlah.Rasanya sulit. Jika harus meredam segala amarah yang ada. Sedangkan meluapkan juga bukan jalan yang aman untuk di ambil.Belajar untuk menghadapi dan menerima, karena semua keinginan tidak harus di miliki dalam waktu yang bersamaan. Setidaknya jangan hubungan darah yang membuat kepala Raja hampir pecah.Belajar untuk lebih lapang dada, karena bumi berputar bukan cuma untuk kita, ada manusia lain yang perlu merasa senang juga.Berbekal pengalaman kecewa yang bukan cuma satu kali, sekarang makin bisa untuk ‘ya sudah, mau gimana lagi’. Berbekal doa yang tidak selalu langsung ada jawabannya, sekarang jadi bisa untuk ‘ya sudah, belum rezekinya’.Semesta bukan jahat, kita yan
Beberapa orang memercayai akan kehidupan lampau. Yang katanya bisa terjadi—kita menyebutnya dejavu—di masa kini.Maka, Raja pun demikian. Meski tidak sepenuhnya percaya pada hal-hal seperti itu, rasanya memang nyata adanya dengan yang saat ini dirinya alami. Raja pusing. Tentu saja. Raja pening. Itu pasti.Alih-alih di sibukkan dengan rengekan sang istri yang mungkin saja dalam masa ngidam, justru harus dirinya yang menangani perkara kegilaan keluarga. Kelakuan Langit dan Ratu tak bisa sepenuhnya di salahkan. Setelah di pikir-pikir lagi, siapa yang bisa menebak ke mana labuhnya hati akan jatuh?Contohnya, mami dan papinya.Raja ingat, umur mami dan papinya terpaut jauh. Namun tidak menjadi halangan untuk mereka bersama. Kebersamaan mereka pun cukup drama. Yang Raja ingat, maminya adalah salah satu murid tutor papinya dulu. Selama berkuliah, papinya memiliki pekerjaan sampingan sebagai guru les. Entah bagaimana ceritanya mereka bisa memutuskan untuk bersama. Yang pasti, tidak mudah
Rea terus mengingat pertemuannya dengan Raja. Yang saat itu dengan sombongnya Rea siniskan kalau Raja masih menyimpan luka dan trauma yang dirinya tinggalkan. Tapi ternyata tidak demikian yang terjadi. Raja hidup dengan sangat normal. Raja hidup dengan sangat tenang bahkan mendekati damai.Bagaimana tidak?Lelaki objek obsesinya itu hidup dengan baik dan memiliki pasangan. Terikat sebuah hubungan suami istri yang mana si perempuan—entah siapa yang tak ingin Rea kenal—sedang mengandung benih Raja. Rea ... sungguh tidak terima. Harga dirinya merasa jatuh dan terinjak-injak oleh Raja.Lebih tidak terima lagi dengan cara pikirnya sendiri. Kenapa Rea sangat tergila-gila dengan Raja? Kenapa Rea begitu puas andai pasangannya itu Raja?Karena cinta itu sederhana. Jawaban paling lugu yang Rea punya.Kenapa Rea harus memiliki obsesi yang sebenarnya tidak bisa dirinya raih?Seperti saat kamu membawakan payung ketika hujan datang. Banyak yang bilang masa muda dan cinta adalah pembodohan paling
Mungkin memang sudah begitu caramu menyebut namaku. Kalimat itu terus tengiang di kepala Leora. Mimpi yang dialaminya membekas diingatannya namun Leo tidak tahu tentang apa itu. Saat kedua matanya terbuka, perasaan sedih menyelimuti. Sebelum subuh, Leora sudah tidak bisa memejamkan matanya. Melihat ke sisi kanannya, ada Raja yang masih terlelap dengan dengkuran halus. Senyumnya merekah dan Leora senang sekali menyambut pagi harinya. Raja memberikan semangat lain yang tidak bisa Leora jabarkan secara jelas.Mungkin memang sudah begitu caramu mempermainkanku.Walau awalnya, hubungan yang mereka ciptakan tidak seindah apalagi terkesan layaknya pasangan lainnya. Leora tetap menikmati peran sebagai istri seorang Laraja Putra Anggoro dengan baik. Leora tidak banyak tahu tentang Raja namun mau belajar dan memahami sisi lain suaminya.Leora harus berterima kasih untuk mami dan papinya serta bersyukur kepada Tuhan. Karena setidaknya, sudah mengirimkan seorang suami seperti Raja. Yang meski sa
Langit kembali memulai semua aktivitasnya di Malang dengan penuh semangat. Setelah mengantar kepulangan Ratu ke Sumba, sejumlah berkas mulai menumpuk di meja kantornya.Ada banyak berkas kontrak kerja yang minta segera Langit belai untuk kemudian membubuhkan tanda tangannya.Pagi ini, langit Malang terlibat cerah. Meskipun udara dingin terus melingkupi, hawa sejuk dari angin yang berembus membuat wajah Langit terasa lebih segar dari biasanya.Dan suasana yang sepert ini, membawa kedamaian tersendiri untuk jiwa Langit. Langit terus terbayang akan fantasi yang ada di dalam pikirannya. Tentang; bagaimana kehidupan rumah tangganya bersama Ratu atau kisah cinta keduanya ke depan nanti.Saat membuka kedua matanya, Langit tidak pernah sedetik pun melewatkan tanpa memikirkan Langit. Memang konyol tapi itu faktanya. Langit akan menjadi gila dan sangat gila jika sudah seperti ini.Ada banyak harapan yang Langit harapkan.Ada beribu doa yang Langit panjatkan.Walaupun banyak dosa yang banyak hid
Dalam sebuah coretan pena kecil yang melayangkan ingatan Raja.Dalam guyuran air shower yang dingin, sensasi menyegarkan membuat isi kepalanya terasa lebih ringan. Raja usapi seluruh tubuhnya dengan busa sabun. Wangi maskulin yang menguar—pilihan Leora—memang tiada duanya. Harumnya menenangkan dan serasa ingin berlama-lama di dalam kamar mandi. Tapi tidak bisa karena waktu terus berjalan. Dan Leora dengan bibir manisnya terus menyerocos di luar pintu. “Kamu bakal telat kalau mandinya sekalian bangun tembok kamar mandi!” Ya Tuhan! Dulu, izinkan Raja mengeluh untuk pagi ini, tidak pernah terbayangkan dalam benak Raja akan memiliki Leora sedalam ini. Seorang diri dan untuk dirinya sendiri. Raja adalah orang egois. Yang artinya; tidak bisa intropeksi diri sendiri, tidak nisa mengamati dirinya sendiri, tidak bisa menilai dirinya sendiri. Dan orang yang egois, hanyalah ingin menjadi yang pertama dan yang paling benar. Itulah Raja yang sesungguhnya. Tapi sejak bertemu kembali dengan Le
Teruntuk dirinya sendiri. Dinda selalu memberikan semangat yang tak tanggung-tanggung. Karena meski sendiri, Dinda berusaha untuk tidak merasakan sepi layaknya dalam sebuah petaka. Atau menyalahkan kenapa dirinya harus hadir di dunia yang kejam ini dengan kesendirian.Apa pun itu. Setiap hari selalu Dinda lalui dengan penuh semangat. Dinda yang riang dan ceria walau akan menangis diam-diam di malam hari. Dinda yang pendiam dan nyaman dengan kesendirian tidak mau hidup di bawah naungan rasa kasihan.“Saya nggak pernah tahu kalau kamu suka ke sini.”Vokal yang akrab di rungu Dinda menyapa dengan kalem.Senyum Dinda merekah meski sang empunya hanya datar.“Sendiri?” tanyanya tanpa basa-basi dan membawa serta baki makanannya ke meja Dinda. “Saya gabung nggak masalah, kan? Atau kamu lagi nunggu teman?”Dinda gelagapan dan menggeleng sebagai jawaban. Sudah di bilang Dinda penyuka kesendirian. Jadi pergi sendiri, makan sendiri, belanja sendiri bahkan nonton sendiri adalah tugasnya di kala we