Share

2. Hanya Avatar

Author: Araya Noona
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy reading....

" ... untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."

Kata-kata Jayden masih teringat dengan jelas dalam benak Hera. Saat itu Hera berpikir jika Jayden sedang memainkan perannya dengan baik, sama seperti dirinya. Karena tak satu pun dari keduanya menginginkan pernikahan itu terjadi. Mungkin Hera dan Jayden mengatakan 'Iya' untuk menikah namun hal itu hanya untuk memenuhi keinginan keluarga besar mereka. Dan mereka hanya menjadi avatar di sana.

Namun selama hampir satu tahun bersama, pikiran itu perlahan menghilang. Kebaikan, kasih sayang serta perhatian Jayden membuat Hera begitu larut dalam kebahagian semu. Dan sialnya lagi, Hera jatuh cinta pada pria itu. 

Lalu sekarang apa?

Pria itu telah menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Sosok yang sangat membenci Hera lebih dari apapun di dunia ini. Padahal Jayden adalah sosok pria pertama yang membuat Hera jatuh cinta. Dalam artian Jayden adalah cinta pertama Hera. Sungguh miris rasa cinta yang mulai tumbuh kini berubah benci. Hera juga sangat membenci Jayden. Mungkin (?)

Hera menoleh saat seseorang membuka pintu kamar inapnya. Namun saat melihat siapa yang datang, Hera membuang muka tak ingin menatap sosok itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Jayden sambil membuka jas dan sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya.

"Apa pedulimu?" Hera ketus. Bahkan dia sama sekali tidak menjatuhkan pandangannya pada sang suami.

Jayden terkekeh pelan lalu mendekat ke arah ranjang yang di tempati Hera selama beberapa hari ini di rumah sakit. Karena setelah kejadian malam itu Hera harus segera melahirkan karena mengalami pendarahan hebat. Beruntung karena dia dan bayinya selamat. Walau bayinya harus dirawat intensif karena lahir prematur.

"Aku tidak mungkin membiarkanmu mati setelah membuatku susah payah menggendongmu kemari," kata Jayden menarik dagu Hera agar menatapnya. Tersenyum miring membuat wanita di depannya mengepalkan tangan seperti ingin menampar lagi pria itu. Tapi yang dia lakukan justru menepis tangan Jayden kemudian membuang muka lagi.

"Seharusnya kau menolak pernikahan kita saat itu, Jayden," kata Hera menumpukan semua kesalahan pada bahu pria itu. Berandai jika saat itu Jayden dengan tegas menolak dia tidak perlu merasakan sakit hati seperti sekarang. Jika bertanya kenapa tidak Hera saja yang menolak, jawabannya karena Hera terlalu takut perbuatannya malam itu diketahui orang tuanya. Dalam artian Hera tidak punya alibi untuk menolak karena sebenarnya dia harus menikah untuk menutupi semua perbuatannya. Lalu kenapa sekarang Hera malah menyalahkan Jayden? Sungguh wanita yang sangat naif.

"Jika aku menolak ... keluargamu akan hancur, Hera," kata Jayden. Dia tak perlu lagi menarik dagu Hera. Wanita itu dengan senang hati menatapnya sekarang.

Jayden tersenyum tipis lalu duduk di kursi yang ada di sana. Melipat tangan di dada dengan angkuh.

"Kita menikah memang hanya untuk saling menguntungkan," kata Jayden lagi.

Hal itu memang tidak bisa dipungkiri. Dan mungkin menjadi alasan terkuat pernikahan itu terjadi. Jika bukan karena keluarga Jayden, mungkin Hera dan keluarganya sudah tinggal di kolong jembatan sekarang. Saat itu keadaan perusahaan ayah Hera memang sangat memprihatinkan, hingga datang keluarga Jayden bagai malaikat yang akhirnya membuat keadaan kembali stabil.

"Lalu kenapa kau memperlakukan aku seakan kau menyukaiku? Seharusnya jika kau memang membenciku, perlakukan aku seperti sampah saja!" kata Hera meluangkan segala kekesalan dan kecewanya. Setidaknya jika Jayden berlaku kasar, Hera tak harus jatuh cinta.

"Seorang penggembala harus memberi makan dombanya dengan baik dan benar agar jika akan disembelih nanti sang penggembala mendapatkan domba yang gemuk," jawab Jayden. Dia memajukan sedikit wajahnya ke arah Hera. "Begitupun dengan dirimu. Aku harus memanfaatkanmu dengan baik," lanjutnya.

Plak!

Sudah cukup. Hera benar-benar muak dengan pria itu. Jayden menoleh dengan tatapan tajamnya. Memegang rahang Hera kuat.

"Kau pikir siapa dirimu, huh? Berani sekali menamparku?" kata Jayden dengan kilat kemarahan di matanya.

Air mata Hera lolos di kedua sudut matanya. Dia meringis pelan merasakan sakit pada rahang dan perutnya. Tidak adakah sedikit belas kasihan Jayden padanya? Dia baru saja melahirkan anak pertama mereka. Namun Hera salah mengharapkan belas kasih dari pria seperti Jayden. Dia tidak akan pernah mendapatkannya.

"Dasar wanita tidak tahu diri!" kata Jayden kemudian melepaskan tangannya dari Hera. Dia merasa buang-buang waktu saja menghadapi wanita itu. Jayden beranjak mengambil jas dan kunci mobilnya. 

"Kalau begitu ceraikan aku, Jayden!"

Teriakan Hera membuat langkah Jayden kembali terhenti. Dia berbalik, menaikkan satu alisnya.

"Aku akan melakukannya dengan senang hati," kata Jayden dengan wajah sumbringah seakan kata-kata itulah yang paling dia tunggu dari Hera. Dada wanita itu semakin berdenyut merasakan sakit yang luar biasa.

"Ya. Itu memang lebih baik," kata Hera menunduk.

"Tapi kau juga harus memikirkan keluargamu."

Untuk kedua kalinya Hera mendongak. Menatap bingung Jayden. Apa maksud pria itu?

"Jika kita bercerai sekarang. Mereka akan kehilangan segalanya karena bisnis ayahmu sekarang berada dalam naungan perusahaanku," kata Jayden seketika membuat Hera bergeming.

Jayden memakai jasnya sambil mendekat kembali ke ranjang Hera. Menunduk sedikit agar wajahnya berada tepat di depan wajah Hera.

"Dan satu lagi, bukankah ayahmu memiliki riwayat penyakit hipertensi yang lumayan parah?" tanya Jayden memainkan kartu utamanya. "Apakah dia sanggup mendengar berita jika anak kesayangannya yang baru saja melahirkan akan bercerai dengan suaminya," lanjut Jayden.

Hera menggretakkan giginya. Kenapa Jayden begitu banyak memegang kelemahan Hera? Sementara Hera tidak memiliki apapun. Lalu sekarang apa yang harus dilakukan Hera? 

Hatinya menolak dengan keras jika dia harus bertahan dengan pernikahannya bersama Jayden. Itu terlalu menyakitkan. Tapi Hera juga tidak bisa melihat keluarganya hancur apalagi jika harus kehilangan sang ayah. Bahkan membayangkannya saja dada Hera sudah terasa sangat sesak seakan oksigen di sekitarnya dirampas dengan paksa.

"Bagaimana? Apa kau masih ingin bercerai denganku?" tanya Jayden.

"Dasar pria brengsek!" umpat Hera sebagai jawabannya.

Jayden terkekeh remeh lalu menegakkan tubuhnya setelah mengecup dahi wanita itu sekilas.

"Itu kuanggap sebagai jawaban tidak," katanya kemudian berlalu dari sana.

"Aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah, Hera Altezza. Kau harus membayar semuanya terlebih dahulu," gumam Jayden dengan nada penuh dendam.

To be continue....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Biarin aj sh org tua lu bakalan lbh skt lg liat lu disakiti oon
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   3. Nama Untuk Anakku

    Happy reading.... Hera sebisa mungkin tersenyum tanpa beban saat kedua orang tuanya dan orang tuan Jayden datang berkunjung. Mereka terlihat begitu bahagia walau hanya bisa melihat bayi Hera dan Jayden dari balik kaca transparan. Bayi lucu itu masih dalam inkubator. Bahkan Hera sendiri masih belum diizinkan untuk melihat sang anak dari dekat. "Dia tampan sekali," puji Elvis, ayah Jayden merangkul bangga sang anak yang sedang berdiri di sampingnya. "Tentu saja. Bukankah dia putraku?" kata Jayden juga ikut memuji bayi kecil itu mengundang tawa dari mereka semua. "Jayden, Hera, apakah kalian sudah punya nama untuk bayi tampan kalian itu?" tanya ibunda Hera, Anne. Jayden dan Hera saling menatap. Setelah kepergian Jayden hari itu dia tidak pernah datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hera. Dia terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama Elena

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   4. Membawa Pulang Hera

    Happy reading.... Selama hampir satu minggu berada di rumah orang tuanya, tak sekalipun Anne mendengar keluhan dari Hera tentang rumah tangganya dan Jayden. Apakah hanya aku saja yang terlalu paraniod? Batin Anne. Melihat bagaimana Hera sangat bahagia saat mengurus Juan dia jadi ragu jika sang anak memiliki masalah. "Apakah aku sudah pantas menyandang gelar ibu sekarang?" tanya Hera tersenyum bangga saat dia selesai memakaikan baju pada Baby Juan. Dia begitu puas karena akhirnya bisa mengurus Juan dengan baik. Mulai dari memandikan hingga memakaikan Baby Juan popok dan baju, Hera melakukannya sendiri tanpa bantuan dari sang ibu lagi. "Juan sangat beruntung punya ibu seperti dirimu, Nak," kata Anne membuat senyum Hera semakin merekah. "Benarkah?" "Iya, putriku sayang." Hera langsung memeluk sang ibu denga

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   5. Rencana Balas Dendam

    Happy reading.... "Kau menyuruhku untuk tinggal bersamamu dan Hera? Apa kau gila, Jayden!" pekik Elena lalu mendengus kesal. Elena sudah benci pada Hera setengah mati lalu hari ini tiba-tiba saja Jayden datang dan mengatakan dia harus tinggal bersama Hera. Yang benar saja. "Gila? Justru ini adalah yang terbaik untuk kita, Sayang. Bukankah kau ingin selalu bersamaku?" ujar Jayden meyakinkan Elena jika keputusannya itu benar. "Ya, itu benar tapi aku tidak bisa tinggal bersama Hera," kata Elena membuang muka tidak ingin menatap Jayden lagi. Dia malah beranjak menuju jendela menatap keluar seakan pemandangan malam yang gelap lebih indah dari kekasihnya yang sekarang duduk di sofa sambil memandangnya. Balutan dress piyama berbahan sutra itu terlihat sangat cocok di tubuh Elena membuat Jayden tak bisa mengalihkan pandangan. Elena terlihat sangat cantik. Dia lalu mendeka

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah    6. Sebuah Keputusan

    Happy reading... Hera memejamkan matanya sesaat setelah dia menutup pintu kamar. "Aku tidak salah 'kan?" tanya Hera entah pada siapa. Hera berkata seperti itu pada Elena bukan karena dia tidak ingin berpisah dari Jayden. Sungguh wanita itu ingin lepas dari Jayden namun sekarang bukan hanya ayah dan ibunya yang dia pikirkan namun juga bayi yang sedang tertidur pulas di atas tempat tidur. "Aku tidak bisa membiarkan Juan tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh," lirih Hera mendekati Juan lalu mengelus lembut pipinya. Bayi itu sedikit menggeliat membuat Hera tersenyum tipis. "Aku ingin dia tumbuh bersama ayah dan ibunya. Aku tidak mau dia kekurangan kasih sayang. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi," gumam Hera lagi. Hera sudah tidak peduli lagi. Dia sudah berkorban sejauh ini maka tidak ada lagi kata mundur. Hera akan mempertahankan rumah tangg

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   7. Sang Investor

    Happy reading.... Wajah bahagia terpancar jelas pada Elena. Apalagi saat dia melihat Hera tengah berjalan menghampirinya seraya menggendong Baby Juan. Wanita itu seakan sengaja bermesraan dengan Jayden. "Selamat pagi putra ayah," kata Jayden mengambil alih Juan dari gendongan Hera. Wanita itu tersenyum tipis hampir tak terlihat. Tak bisa dipungkiri Hera bahagia melihat Jayden bersama Juan. Kebersamaan mereka sejenak membuat Hera lupa akan konflik yang sedang dia hadapi. Hera mengambil tempat duduk untuk memulai sarapan. Tidak ada yang membuka suara. Yang terdengar hanya canda dari Jayden yang sedang bermain dengan Juan. Baik Elena atau Hera, mereka hanya larut dalam pikiran masing-masing. Menyibukkan diri menyantap sarapan mereka. "Aku akan pergi sekarang," ujar Jayden menyerahkan Juan pada Hera kembali. Dia mencium pipi sang anak gemas sambi

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   8. Aku Yang Paling Membutuhkanmu

    Happy reading.... "Halo!" ujar Elena menempelkan ponselnya di telinga. "Kau sedang apa?" tanya sang penelpon. Siapa lagi jika bukan Jayden. "Aku baru saja selesai mandi. Kenapa? Tumben kau menelpon." "Aku hanya merindukanmu." Wanita itu terkekeh kecil. Walau sudah bersama Jayden cukup lama, Elena selalu tersipu setiap kali mendengar ucapan manis dari pria itu. "Lalu kau ingin aku melakukan apa?" tanya Elena seakan menantang pria itu. "Datanglah ke hotel malam ini. Aku akan mengirim alamatnya," kata Jayden. "Baiklah." Setelah mendapatkan kesepakatan, sambungan telpon itu pun terputus. Elena begitu berharap jika pertemuannya dengan Jayden malam ini untuk membahas tentang perceraiannya dengan Hera. Lalu membahas pernikahannya. &nb

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   9. Terasa Tidak Asing

    Happy reading.... Suasana pagi itu begitu indah. Ditemani secangkir teh hangat serta angin yang tertiup sedang menghantarkan rasa sejuk. Elena tersenyum tipis seraya memejamkan matanya. "Kau tidak ingin pulang?" tanya sosok itu setelah sepasang tangannya sudah melingkar dengan sempurna di pinggang Elena. "Nanti saja. Aku ingin berada di sini dulu," ujar Elena menikmati betapa hangat tubuh kekasihnya itu dengan menempelkan tubuhnya lebih erat. Jayden bak dinding yang sangat kokoh tempat Elena bersandar. "Baiklah," kata Jayden mengambil teh dalam tangan Elena lalu menaruhnya di atas meja. Memutar tubuh ramping wanita itu agar mata mereka bertemu. "Aku sudah menyiapkan gaun untuk kau kenakan malam ini di pesta," ujarnya lagi. "Apakah aku harus datang?" tanya Elena ragu. "Tentu saja. Kau akan menjadi tamu paling spesial," kata Jayden me

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   10. Istri Yang Sempurna

    Happy reading.... Pandangan Haidar tak pernah lepas dari sosok yang baru saja memasuki aula hotel. Senyum itu tak pernah berubah sejak terakhir kali mereka bertemu. Tidak ada lagi bau alkohol dan racau tak jelas keluar dari mulutnya. Yang Haidar lihat saat ini adalah sosok wanita yang sangat cantik dan anggun. Bahkan sampai wanita itu kini telah berdiri di hadapannya, Haidar masih setia menatapnya dalam diam. Terpesona. "Oh, iya, Hera ... perkenalkan ini Pak Haidar Pratama." Akhirnya Haidar sadar dari lamunan panjangnya saat pria paruh baya itu menepuk pundaknya. "Hera Altezza, istri Jayden Xavier," ujar wanita itu mengulurkan tangannya. Haidar sedikit mendengus. Kenapa Hera harus menyebut nama Jayden saat perkenalan mereka? Membuatnya kesal saja. Namun hal itu tak membuat Haidar mengurungkan niat untuk me

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   125. Pernikahan Hera Dan Haidar

    Happy reading....Hari yang tunggu akhirnya tiba. Pernikahan Haidar dan Hera. Para tamu sudah mulai memenuhi tempat duduk yang disediakan. Pernikahan yang di gelar di luar ruangan itu terlihat begitu mewah nan elegan. Warna putih mendominasi tempat itu. Di ujung altar Haidar sudah terlihat sangat gagah dengan balutan toxedo warna hitamnya. Senyum tak pernah luntur dari wajahnya namun perasaan gugup juga tak bisa dihindari. Haidar sampai harus menarik napas lalu menghelanya beberapa kali untuk menetralkan degub jantung yang berpacu. Mengobrol dengan beberapa teman juga bisa mengalihkan sedikit rasa gugupnya.Tak jauh beda dengan Haidar, Hera yang terlihat sangat cantik dengan gaun mewah namun tetap terlihat elegan itu pun merasa sangat gugup. Mungkin ini adalah pernikahan kedua untuk Hera, tapi hal itu tak sedikit pun bisa menyingkirkan rasa gelisahnya. Mungkin karena dulu dia menikah karena perjodohan membuat Hera tak terlalu memikirkan pernikahan tersebut namun kali ini dia akan men

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   124. Semuanya Berubah

    Happy reading.....Semuanya beransur membaik setelah kejadian mengerikan malam itu. Viona terpaksa ditembak mati oleh polisi karena dianggap mengancam keselamatan Hera. Kejadian malam itu juga termasuk rencana para polisi. Mereka tahu jika Viona pasti kembali. Namun soal penembakan sama sekali di luar rencana. Mereka tidak menyangka jika Viona memiliki senjata. Dan satu-satunya jalan agar Hera tak lagi terluka, mereka harus membekuk Viona. Dengan menembak mati wanita itu.Sampai saat ini Haidar masih belum menyangka jika Viona kini telah tiada. Belum lagi dia harus meninggal dengan cara yang begitu tragis. Masih teringat dengan jelas dalam benak Haidar bagaimana Viona menyatakan cintanya di saat terakhir. Selama ini Haidar pikir Viona hanya bercanda soal perasaannya. Betapa wanita itu sangat mencintai Haidar. Namun apa yang bisa Haidar lakukan? Haidar hanya mencintai Hera dan tidak akan pernah mencintai wanita lain lagi. Walau itu berarti Haidar harus menyakiti wanita yang juga sanga

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   123. Viona Kembali

    Happy reading...."Selamat malam, Hera. Apakah kau merindukanku?" tanya Viona mengulas senyum miring. Terlihat begitu mengejek Hera yang hanya bisa berbaring lemah. Wanita itu merapikan helai rambutnya yang jatuh di pipi kemudian berjalan ke arah Hera."Aku kecewa karena kau masih saja selamat," kata Viona. "Apakah kau memiliki sembilan nyawa hingga bisa bertahan sampai sekarang?" lanjutnya bertanya.Namun siapa yang bisa menjawab. Bahkan Hera masih harus dibantu banyak alat medis yang hampir menutupi sebagian tubuhnya.Viona menghela napas panjang. Duduk di samping Hera seraya menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan."Kau begitu beruntung. Dicintai banyak orang," kata Viona dengan raut wajah sendu. "Terutama Haidar." Pancaran mata Viona tidak bisa berbohong. Dia begitu iri pada Hera. Wanita itu kemudian bangkit. Mengambil sesuatu dari dalam saku jaket yang ia kenakan.Sebuah pistol yang didapatkannya dari orang asing beberapa hari yang lalu. Barang ilegal yang sebenarn

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   122. Malam Yang Dingin

    Happy reading....Polisi terus melacak keberadaan Viona namun hingga tiga hari berlalu setelah kejadian naas itu, mereka tak kunjung menemukan wanita yang menjadi pelaku penculikan Hera dan Elena. Entah ke mana wanita itu kabur. Keluarga Hera dan Haidar juga sudah mengetahui semuanya. Shila dan Thomas adalah orang yang paling kecewa pasalnya mereka sudah menganggap Viona seperti anak sendiri. Awalnya mereka tidak percaya Viona akan berbuat hal sejahat itu namun setelah pihak kepolisian memperlihatkan video yang diberikan Elena, barulah mereka percaya.Shila sampai pingsan tak kuasa menerima kenyataan sosok yang dianggap seperti putrinya sendiri kini menjadi seorang kriminal."Hiks ... ini semua salahku. Aku yang telah gagal mendidik Viona," kata Shila terisak pilu. Thomas membawa tubuh Shila yang bergetar ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan istrinya itu."Ini bukan salahmu," katanya menepuk pelan punggung Shila.Sementara kedua orangtua Haidar larut dalam kekecewaannya, Haidar m

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   121. Tidak Akan Puas

    Happy reading....Tubuh Haidar gemetar hebat. Tangannya yang berlumur darah Hera masih belum ia bersihkan. Beberapa juga mengenai baju yang ia kenakan. Keadaan yang tak jauh beda dengan pria yang duduk di sampingnya, Jayden.Kini mereka sudah berada di rumah sakit. Tepatnya di depan UGD. Hera dan Elena yang terluka parah kini sudah ditangani oleh dokter. Keluarga Hera, Haidar dan Elena juga sudah berada di sana. Menunggu kabar putri dan calon menantu mereka.Tak lama kemudian, tiga orang pria menghampiri mereka."Selamat malam. Maaf mengganggu ... tapi kami harus membawa Pak Jayden ke kantor polisi," kata salah satu dari mereka.Mungkin karena sudah terlalu panik mereka jadi lupa jika Jayden masih berstatus buronan polisi. Pria yang sejak tadi menunduk itu kini mendongak. Jayden baru akan bangkit namun Haidar mendahuluinya."Tidak bisakah kalian menunggu sebentar? Istri Jayden sedang berada di dalam sana. Sedang sekarat!" kata Haidar emosi. Menurutnya para polisi itu tidak punya hati

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   Terimakasih!!

    Halo semuanya! Araya di sini. Terima kasih banyak yah udah mampir di ceritaku. Walaupun mungkin cerita ini masih jauh dari kata sempurna namun aku seneng banget jika cerita ini bisa menghibur kalian di sela-sela aktifitas sehari-hari. Aku juga gak nyangka jika cerita ini bisa dibaca sebanyak itu. Jujur aku gak pernah punya ekspetasi yang tinggi karena sadar akan kemampuanku yang belum seberapa. Namun melihat orang-orang menyukai karyaku itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku semangat membuat karya yang lebih baik lagi kedepannya Nantikan cerita-cerita lain yang aku publish di sini. Jadi tetap stay yah. Oke deh sampai jumpa dicerita lainnya

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   120. Pertarungan Sengit

    Happy reading....Hera masih belum percaya jika wanita yang sedang menatapnya penuh kebencian itu adalah Viona."Sialan! Apa kau sudah gila?!" pekik Elena emosi."Ya. Aku memang sudah gila karena ingin membalas dendam pada Hera. Tapi, kau malah ikut campur," ujar Viona berseringai. Dia melirik ke arah Hera yang tengah menatapnya. "Hai, Hera. Apakah kau merindukanku?" tanyanya dengan nada mengejek."Membalas dendam? Memangnya apa salah Hera padamu?" tanya Elena.Viona mendengus pelan. Pertanyaan Elena terdengar begitu lucu di rungunya. "Kau masih bertanya? Itu karena wanita tidak tahu diri ini sudah merebut Haidar dariku!" ujarnya memekik sambil menunjuk Hera.Elena dan Hera sampai kehabisan kata-kata mendengar pernyataan Viona. Elena berdiri dari sana lalu menghampiri Hera. Membantu wanita itu untuk bangkit namun karena sudah terlalu lemah Hera memilih untuk tetap duduk saja. Sementara Elena menghampiri Viona."Kau benar-benar sudah gila, Viona! Bagaimana mungkin kau memaksakan perasa

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   119. Yang Menculik Hera

    Happy reading..."Baiklah. Ayo kita periksa."Walau sudah berkata seperti itu tak membuat kedua pria itu langsung membuka pintu."Apakah sungguh dia dalam keadaan sekarat?" tanya salah satu dari mereka memastikan."Menurutmu? Dia seorang pasien rumah sakit yang kalian culik. Bahkan keadaannya belum membaik sama sekali!" jawab Elena dari dalam. "Tolong beri obat atau apapun itu yang penting bisa menolongnya untuk saat ini!" katanya lagi.Kedua pria itu saling menatap beberapa saat sebelum akhirnya membuka pintu dengan perlahan. Keadaan yang cukup gelap membuat dua orang pria itu kesulitan melihat Elena dan Hera. Hingga ....Bugh!!!Satu pukulan keras Elena layangkan pada pria pertama. Yang kedua baru akan menoleh namun dengan cepat Elena juga memukul pria itu. Keduanya tumbang di atas lantai yang kotor. Tangan Elena yang gemetar menjatuhkan balok kayu yang menjadi senjatanya di samping pria-pria tadi."Ya Tuhan! Mereka tidak mati 'kan?" gumam Elena masih saja memperdulikan kedua pria i

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   118. Diculik

    Happy reading....Elena mengira dia tidak akan datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hera dalam waktu dekat. Namun kenyataannya tidak, Tuhan lebih baik dari itu karena akhirnya Elena menemukan bukti jika dirinya tidak bersalah. Dia akan memberitahu Haidar semuanya.Mobil Elena---hadiah dari ayah tirinya---sudah terparkir dengan rapih di basement rumah sakit. Elena baru saja akan keluar namun pemandangan di hadapan menyita perhatian wanita pemilik mata hazel itu.Dua orang pria berpakaian dokter dan perawat tengah memindahkan seseorang yang duduk di kursi roda ke dalam mobil. Sosok itu ditutupi kain putih. Entah karena kecerobohan atau apa, tiba-tiba kain yang menutupi sosok di kursi roda tersingkap membuat Elena yang sejak tadi memperhatikan melihat sosok itu. Mata Elena seketika membulat."Ya Tuhan! Hera!" gumam Elena panik saat melihat jika sosok yang sedang dimasukkan ke dalam mobil ternyata Hera. Belum lagi Elena sama sekali tidak tahu siapa dua orang pria itu.Elena keluar dari m

DMCA.com Protection Status