Share

Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood
Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood
Penulis: Dama Mei

Bab 1 First Night

"Saya bersedia memberikan suntikan dana yang cukup besar untuk menyelamatkan Latham Holdings dari kebangkrutan. Saya bisa melunasi semua hutang-hutang perusahaan Anda dan menyediakan modal tambahan untuk memulai bisnis kembali."

Di lantai paling atas kantor Latham Holdings, Lina Morgan terkesiap.

Sejak kematian suaminya, Lina merasa dunia ini semakin berat untuk ditanggung.

Dia tidak tahu berapa lama lagi dia bisa bertahan dan tiba-tiba Alexander Blackwood, putra tertua Nathaniel Blackwood, yang kabarnya kini mengambil alih sepenuhnya perusahaan Blackwood Industries, menawarkan bantuan?

"Dan apa yang Anda inginkan sebagai imbalan, Tuan Blackwood?" tanya wanita itu mawas.

Matanya sedikit menyipit, mencoba membaca maksud di balik wajah dingin Alex.

Alexander tersenyum tipis, seolah-olah dia sudah memperkirakan pertanyaan itu. "Saya ingin menikahi putri Anda, Elena Morgan," jawabnya langsung, tanpa sedikitpun keraguan dalam suaranya. "Itu satu-satunya syarat,"

Ruangan itu seketika menjadi sunyi. Lina memandang Alex dengan tatapan tidak percaya, matanya melebar karena terkejut. "Menikahi Elena?" ulangnya, dengan suara bergetar. "Mengapa? Mengapa Anda ingin menikahi Elena?"

Alex masih tersenyum, tapi matanya tetap dingin dan penuh maksud. Siapapun yang berhadapan langsung dengannya tahu jika Alex sedang mengintimidasi. "Saya mengagumi kecerdasan dan kepribadian putri Anda, Nyonya Morgan," katanya dengan tenang. "Dan saya percaya, dengan pernikahan ini, kita bisa menyatukan dua keluarga dan dua perusahaan besar ini menjadi satu kekuatan yang lebih besar,"

Setelah beberapa saat terdiam, Lina akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, Tuan Blackwood," katanya dengan suara lirih, nyaris seperti berbisik. "Saya akan berbicara dengan Elena tentang ini. Tetapi saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Keputusan akhir tetap ada di tangan putri saya,"

“Nyonya Morgan, saya mengerti ini keputusan yang berat,” sahut Alex dengan nada suara dingin dan tegas. Dia bergerak makin maju berhadapan dengan Lina. “Namun, saya tidak punya banyak waktu untuk menunggu. Anda memiliki waktu lima menit untuk memutuskan. Saya butuh jawaban sekarang,”

“A-apa?” Tanpa sadar respon ini keluar dari mulut Lina. 

Lina merasa dadanya sangat sesak, seperti ada beban berat yang menghimpitnya. Lima menit. Alexander memberinya waktu hanya lima menit untuk memutuskan nasib perusahaan yang dibangun suaminya, nasib keluarganya, dan nasib putri satu-satunya, Elena. Mata Lina melirik ke arah dokumen yang disodorkan Alex, kontrak perjanjian dengan huruf-huruf tebal dan formal yang menyatakan kesepakatan untuk suntikan dana sebagai imbalan pernikahan antara Elena dan Alexander.

“Tapi … “ Nada Lina tercekat. Dia mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Ini adalah hidup Elena. Saya tidak bisa membuat keputusan ini tanpa berbicara dengannya terlebih dahulu,”

Alex tidak mengubah posisinya. Dia hanya mengangguk sedikit, ekspresinya tetap dingin dan tanpa emosi. “Saya mengerti kekhawatiran Anda, Nyonya Morgan,” katanya dengan suara yang sedikit melunak, tetapi tetap dingin. “Namun, waktu terus berjalan. Jika Anda tidak menandatangani kontrak ini sekarang, tawaran saya akan ditarik dan Latham Holdings akan bangkrut. Saya yakin Anda tidak ingin melihat perusahaan yang suami Anda bangun dengan kerja keras selama bertahun-tahun hancur begitu saja,”

Kata-kata Alex seperti tamparan di wajah Lina. Dia tahu pria ini tidak main-main. Keputusan harus dibuat sekarang atau konsekuensinya akan sangat besar. Lina menggigit bibir bawahnya, merasa bimbang bukan main.

“Baiklah,” kata Lina dengan suara bergetar. “Saya akan menandatangani perjanjian,”

Alex mengangguk puas, lalu mengambil pena dari saku dan menyerahkannya kepada Lina. “Terima kasih atas keputusan bijaksana Anda, Nyonya Morgan,” katanya dengan nada yang lebih lembut, tetapi masih penuh dengan intimidasi. “Anda telah membuat keputusan yang tepat untuk masa depan Latham Holdings.” 

Dan di sinilah, Elena Morgan....

Tepat lima hari setelah pertemuan itu, ia benar-benar menikahi Alexander Blackwood.

Pernikahannya bahkan digelar dengan kemewahan yang tidak pernah dilihat oleh Elena--seumur hidup!

Elena menelan ludah kasar, tetapi ia justru tak sengaja bersitatap dengan suami sahnya yang tingginya 190 cm itu.

Begitu berkilau, mewah, dan dingin.

Buru-buru, Elena memalingkan muka.

Untungnya, pria itu sama sekali tidak melirik Elena, sampai diminti mencium dirinya.

Jantung Elena rasanya berdebar begitu cepat dan punggungnya panas.

Pria dingin itu tersenyum tipis lantas mendorong pinggang kecil Elena untuk mendekat, sedikit naik, dan mereka pun berciuman. 

“Nyonya … Perkenalkan saya David. Saya adalah asisten Tuan Alexander Blackwood.”

Suara pria muda menyadarkan Elena dari lamunannya akan resepsi barusan.

Lelah membuatnya terduduk diam di depan kursi rias kala 2 orang penata rias membantunya melepas gaun pengantin yang berat, sekaligus menata ulang rambutnya. 

"Ada apa?" tanya Elena sopan meski tak bertenaga.

“Tuan Alex sudah menunggu Anda di depan,” tukas David.

“Hah? Memang Kita mau ke mana?” tanya Elena cepat. 

David menatap Elena sekilas, sedikit mengerutkan kening. “Tentu saja kembali ke kediaman Tuan Alex, Nyonya,”

Elena melebarkan pandangan. Setelah melalui proses menikah yang begitu cepat, berdiri berdampingan tanpa saling tatap, kini dia harus ikut pria itu pergi ke rumahnya. Terlalu aneh bagi Elena, meski dia sadar pria itu kini sudah menjadi suaminya.

Namun Elena memang tidak punya pilihan. Setelah secara gamblang dijual oleh sang ibu, jiwa dan raga Elena sepenuhnya kini menjadi milik si pria dingin itu. Dia mengikuti langkah cepat David yang tergesa-gesa menuju sebuah mobil hitam Rolls-Royce Phantom yang berdiri di depan gedung.

David membuka pintu untuk Elena, mempersilahkan wanita itu untuk masuk dan duduk di samping Alexander. Elena masuk dengan hati berdebar. Meski dia sudah menyerahkan ciuman pertamanya untuk pria dingin ini, namun Elena tidak pernah mengenalnya secara dalam.

Saat Elena masuk, Alex meliriknya dengan tatapan dingin yang bisa menembus jantung Elena. Benar-benar tatapan yang mengintimidasi. Namun di saat itulah, Elena menyadari betapa tampannya seorang Alexander Blackwood. Pria berusia 32 tahun, seorang pebisnis muda nomor satu di Riverton yang kini menjadi suaminya.

“Semuanya sudah siap, David?” Alex membuka suara. Bahkan suaranya yang berat membuat hati Elena berdesir.

“Saya sudah memerintahkan Vero untuk menyiapkan semuanya,” jelas David.

“Kerja bagus,” timpal Alex.

Elena menelan ludah. Kehadirannya ternyata tidak dianggap oleh Alex.

Sekedar disapa saja tidak.

Dan sepanjang perjalanan, keduanya memutuskan untuk diam.

Elena yang tidak mau ambil pusing, memilih untuk tidur karena badannya benar-benar terasa amat lelah hari ini.

Hanya saja, ia terbangun ketika David memanggil namanya!

“Tuan Alex akan segera menyusul, Nyonya. Sebaiknya Anda masuk lebih dulu dan bersiap,” ucap David, mempersilahkan Elena untuk masuk.

Elena mengangguk ragu, namun dia melangkah. Setelah badan Elena sepenuhnya ada di dalam kamar besar itu, David menutup pintu di belakang punggung Elena. Meninggalkan Elena seorang diri di dalam kamar super besar, dengan ranjang berukuran king di ujung depan. Ranjang itu berlapiskan kain sutra warna merah marun. Kepala ranjangnya tinggi dan megah, dilapisi dengan kain beludru yang disulam dengan pola bunga rumit berwarna emas. Di atasnya, tirai transparan berwarna merah lembut tergantung, memberikan suasana yang romantis dan intim.

Di sudut ruangan, terdapat sebuah perapian besar dengan bingkai marmer yang diukir indah, saat ini menyala dengan api yang lembut. Di atas perapian, sebuah cermin besar berbingkai emas menggantung, memantulkan pendar cahaya lilin yang tersebar di beberapa meja kecil di sekitar ruangan. Lilin-lilin itu ditempatkan dalam tempat lilin kristal yang berkilauan, menambah kesan mewah dan romantis.

Siapapun yang merancangnya, pasti sengaja melakukan ini semua karena tahu Alexander akan tidur di sini bersama pasangannya. Dan pasangan itu adalah Elena. Perut Elena tergelitik dengan perasaan aneh saat dia teringat akan wajah Alex dari samping yang berahang tegas.

Tiba-tiba jendela besar yang mengarah ke balkon diketuk. Elena sempat kaget bukan main, namun dia cukup penasaran. Langkahnya justru maju mendekati jendela itu, untuk melihat apa yang ada di baliknya.

Selangkah, dua langkah. Elena maju dengan mengendap-endap. Dia membuka kunci jendela dan seorang wanita dengan pakaian lusuh, rambut panjang terurai tiba-tiba menerjangnya. Matanya menatap liar, marah dan takut jadi satu ketika berhadapan dengan Elena.

“S-siapa kau?!” jerit Elena, sangat kaget. Dia mencoba melepaskan diri namun tak bisa.

Wanita itu tidak menjawab. Sebaliknya, dia mencengkeram bahu Elena dengan kuat. "Kabur dari sini! Kabur dari Alex kalau kau tidak mau bernasib sama sepertiku!" teriaknya dengan suara serak yang penuh putus asa.

Elena berusaha melepaskan diri. Tapi wanita itu mencengkeram bahunya terlalu kuat. "Apa maksudmu? Siapa kau?" tanyanya dengan suara gemetar.

Wanita itu menatapnya dengan mata merah, penuh depresi. "Aku ... aku adalah korban dari perbuatan Alex. Dia tidak seperti yang kau pikirkan. Dia monster yang akan menghancurkan hidupmu! Kabur darinya sebelum terlambat!" teriak wanita itu ketakutan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status