Share

Bab 27. Lengah

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 13:00:31

“Uwaaa!”

Pekik Manda ketika tiba-tiba tangan Raffael menyentuh pinggulnya. “Pak! Kenapa nyentuh situ?”

“Salah sendiri buka kartu soal daerah sensitifmu.”

Manda ingin mengelak, tapi ia kembali teringat apa yang dimaksud Raffael. ‘Argh! Nulis bayaran malah ketahuan mana saja daerah sensitifku dari harganya!’

Raffael tersenyum melihat Manda tak membalas ucapannya. ‘Dia pasti sadar sudah nggak sengaja nyebutin daerah sensitifnya tadi.’

Karena Manda terlihat tak nyaman, ia pun menjauhkan tangannya dari pinggul gadis malang itu. 

Ia menurun

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Emi Yulia
pizzanya beranak pihak..........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 28. Bertukar Rahasia

    “Raffa? Ini aku, Reinhart!”Tamu tak diundang itu kembali memekik karena pintu tak kunjung dibuka.‘Sial! Aku harus gimana dengan Manda di sini?!’ batin Raffael, panik.Raffael kembali ke meja makan. Ia memutuskan untuk memberitahu Manda mengenai kakak iparnya itu.“Ada apa?” tanya Manda yang tengah mengunyah pizza.Walau tampang bos-nya tetap kalem, tapi Manda bisa lihat pandangan mata yang tak tetap itu.Akhirnya Raffael meminta saran dari Manda. “Menurutmu, mana yang lebih baik? Iparku tahu kita berpacaran, atau pacaran pura-pura?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 29. Percakapan Sia-Sia

    “Rahasia? Apa maksudmu, Reinhart?”Dahi Raffael berkerut, tak suka dengan usulan kakak iparnya.Namun, di mata Manda pria tampan suami CEO-nya itu terlihat senang. Seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.Sambil memamerkan gigi putih yang tersusun rapi di balik bibir tipisnya, Reinhart berkata, “Panggil aku Kak Reinhart, aku akan kasih tahu rahasia yang kumaksud.”Spontan Raffael mendelik. “Kalau kau nggak berniat serius, lebih baik keluar dari kamarku, Reinhart!”“Hahaha! Iya, iya, iya. Aku menyerah deh.” Reinhart dengan mudahnya mengalah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 30. Siap, Pak!

    ‘Sial! Aku lupa soal dokumen itu,’ batin Raffael.Presdir Djaya Tambang itu sebenarnya panik, tetapi wajahnya terlihat lebih garang dari biasanya ketika menatap Reinhart. Manda pun tak sadar meremas bahan celana panjangnya, panik membayangkan apa yang akan terjadi dengan nasibnya.“Mau mengelak?” tanya Reinhart dengan cengiran jahilnya. Namun kemudian, cengiran itu perlahan menjadi senyum tulus. “Raff, kau lihat sendiri, kan? Amel juga berniat bantuin kamu. Apa nggak bisa kamu percaya sama kami?”Raffael membuang muka. “Ini tidak ada urusannya denganmu, Reinhart Lou! Jangan ikut campur.”Ia meraih tangan Manda kemudian berkata, “Ayo, kuantar pulang.” Manda bergegas mengambil tasnya dan mengekor Raffael. Tak lupa ia membungkuk hormat pada Reinhart sebelum keluar dari ruangan itu. “Pak, apa nggak apa-apa bapak tinggalin begitu aja Pak Reinhart?” tanya Manda setelah mereka berada di dalam lift. Raffael mendengus. “Ha! Kamu nggak usah mikirin dia, Manda. Toh dia bilang aku harus perc

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 31. Mari Mengarang Indah!

    “Mana ada budaya begitu di sini, Pak!” pekik Manda.Raffael mengangguk. “Memang sih. Cuma cara itu memudahkan segala.”“Nggak, nggak! Nanti saya pikirin lagi alasannya, Pak.” Manda berjanji.Bersamaan dengan itu, mereka tiba di depan pagar rumah Manda. Setelah berterima kasih, Manda segera masuk.Dengan tergesa ia berjalan menyeberang ruang keluarga, menuju kamarnya. Ia tidak mau ketahuan sang ibu dengan kondisi bajunya yang berbeda ketika pulang.‘Fyuh! Untung nggak ketahuan. Aku mandi lagi deh, terus ganti baju.’Manda menjalankan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 32. Pecahkan Saja! Pecahkan!

    Prang!“Pak!”Tergesa, Manda menghampiri Raffael yang berjarak 3 langkah besar. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Raffael langsung bertindak. Padahal belum ada kata kesepakatan di antara mereka.“Begini, kan? Bagaimana? Ini yang termahal milik kakek.”Jantung Manda seolah berhenti mendengar penjelasan tersebut. Ia kini berdiri mematung dengan kedua telapak tangan menutupi hampir keseluruhan wajahnya. Frustasi.“Saya 'kan baru cerita!” seru Manda. Nada putus asa terselip di dalamnya. “Saya baru mau bilang kalau ide itu konyol, kenapa bapak langsung pecahin vas-nya?!”Setengah hati Manda menyalahkan Yuike dan diri sendiri. Lebih baik jika tadi ia tidak menceritakan ide itu pada Raffael kalau tahu akhirnya akan seperti ini. “Menurut saya itu ide bagus. Vas ini didapat kakek setelah menang lelang di angka Rp 600 miliar. Apa kurang? Di ruang tamu ada vas kakek—”“Stop, stop, stop. Stop!” pekik Manda dengan kedua tangan terjulur tegang ke depan. ‘Bisa gila aku! Rp 600 miliar itu nol-ny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 33. Tertangkap Basah

    “Ha?!” Manda terkesiap. Spontan ia langsung menutup laptopnya dan berbalik. Netranya membulat, tak percaya mendapati pria itu di hadapannya.“Pak—”“Maaf, saya ngagetin, Manda,” potongnya. “Kamu serius banget sih kerjanya.”“Pak Damian kok ada di sini?! Gimana bisa masuk?!” CEO D&D Jewelry itu tertawa kecil. “Kebetulan Elena lewat, dia bukain saya pintu. Kamu nggak dengar?”Manda menggeleng. Ia ingin bertanya apa saja yang berhasil dibaca Damian, tetapi Raffael sudah keburu keluar dari ruangannya.“Manda, kenapa kamu teria—Mau apa kau di sini, Damian?!” tegur Raffael. Ia mengamati gerak-gerik Manda yang terlihat gugup, lalu beralih pandang ke Damian. Melihat dari laptop yang tertutup dan suara kaget Manda tadi, ia bisa menebak apa yang sudah terjadi. “Aku ada janji dekat sini, jadi kupikir aku mampir mengenai bahasan kita kemarin. Sepertinya berjalan lancar, hm?”Raffael menghela napas panjang. Ia tak menyangka secepat ini ia ketahuan memilih cara yang diusulkan Damian kemarin. “

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 34. Kunjungan Camelia

    Ha! Ha! Ha!Begitu Manda membuka pintu ruangan Raffael, terdengar suara tawa membahana. Sementara itu, Bebby yang mengantarkan teh untuk tamu terlihat terkejut mendengar tawa Damian. ‘Kenapa lagi orang itu? Dia dan Pak Raffael nggak ada bedanya kalau sudah ketemu,’ batin Manda. Ia jadi teringat ucapan Vivian yang mengatakan kalau CEO-nya masih seperti anak-anak muda kebanyakan.“Jangan dekat-dekat Damian, Manda. Dia sedang tidak waras.” Raffael menepuk sisi sofa di sebelahnya, menyuruh Manda untuk duduk di sana.Karena akan membahas terkait rencana mereka menciptakan alibi untuk ke depannya, Manda tak punya pilihan selain menurut.Segera ia membuka laptopnya setelah duduk dan membiarkan Raffael membaca draft yang sudah setengah jalan ia kerjakan. “Jadi, vas mana yang dipecahkan Raffa?” tanya Damian yang masih saja tertawa, walau sudah lebih kecil nada suaranya. Raffael mengedikkan kepalanya ke arah pecahan vas yang masih tersebar di pojok ruangan. “Milik kakek yang dia menang lela

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 35. Raffael dan Camelia

    “Cerita apa? Kau ke sini cuma mau curhat?” Raffael terlihat tak terpengaruh dengan pertanyaan yang seharusnya mengejutkan itu. Ia berhasil seratus persen mengelabui sang kakak. Kedatangan Camelia sedikit banyak sudah ia prediksi.Camelia merengut, tak berhasil melihat wajah panik adiknya. “Cih! Nggak seru!”“Berhenti mengganggu pekerjaanku hanya karena kau bosan, Camelia.” Raffael berkata seolah hidupnya tidak punya masalah.Namun, Camelia tidak berniat berpura-pura tidak tahu. “Reinhart bilang kau punya kekasih. Tapi dia nggak yakin apa hubungan itu sungguhan atau pura-pura.”Raffael mendengus sambil tersenyum tipis. “Aku bukan tipe penggosip, Camelia. Berhenti bergosip.”“Apa maksudmu bergosip?!”“Kau bilang suamimu tidak yakin. Jelas kau sedang menggosipkan sesuatu yang tanpa bukti—”“Ini.” Camelia memotong ucapan sang adik sambil membanting beberapa lembar kertas ke atas meja. “Aku punya dokumen perjanjian hubungan kontrakmu dengan perempuan bernama Manda Adinata.”Mendengar itu,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 242. Perseteruan

    “Aku cukup tua untuk atur hidupku, Pa,” keluh Bintang. “Apa kalian semacam detektif? Datang mau interogasi?”Raffael mendengus. “Kalau kau nggak buat masalah, Mama Papa juga nggak akan sibuk urusin hidup kamu, Bintang.”Bintang memutar manik matanya. Ia memang sengaja membuat banyak skandal untuk meminimalisir perempuan mendekatinya. “Fine. Kalian sudah makan pagi? Karena aku lapar.”“Aku sudah makan roti dari kulkasmu, Nak. Kau bisa buat makan pagi sendiri.” Manda menyesap teh yang sudah hampir habis. Bintang membawa dirinya ke dapur, membiarkan kedua orang tuanya tetap mengajukan pertanyaan, sementara ia memasak sarapan pagi. “So, kamu akhirnya pacaran dengan Adelia?” tanya Raffael dengan nada penuh curiga. “Papa baru dengar beberapa menit lalu kalau kamu baru saja meresmikan hubungan pura-pura kalian.”Bintang terkekeh. Ia cukup lega karena sang ayah tidak mulai pembicaraan dengan memarahinya karena sudah membuat rencana gila seperti menjadikan Adelia sebagai pacar pura-puranya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status