"Apa hanya segini yang bisa kau bawa?! Pantas saja Tuan Duke membuangmu! Tidak ada satu pun yang bisa dibanggakan darimu! Tidak berguna! Anak sial!"
Tatapan tajam serta kata-kata kasar yang ditujukan pada anak berusia delapan tahun itu menggelegar hingga ke seluruh penjuru rumah. Tubuh kurus dan lebih kecil dari anak seusianya jelas menunjukkan anak itu kekurangan gizi.Meski begitu, keindahan paras dengan bibir mungil, hidung mancung dan mata bulat seperti boneka itu tidak bisa disembunyikan. Surai perak panjang dan bola mata sebiru langit melengkapi kecantikan gadis itu.Azalea Baylass De Lionhart, satu-satunya putri Duke di kekaisaran Xavierth sekaligus gadis dengan status tertinggi di seluruh kekaisaran setelah Permaisuri. Sayangnya, itu hanya sekedar status tidak berguna."Maafkan aku, Nyonya. Aku akan bekerja lebih keras.""Memang seharusnya seperti itu! Bersyukurlah karena aku masih memberimu makan dan tempat tinggal, tidak seperti Tuan Duke yang langsung membuangmu setelah kau lahir."Dibuang. Satu kata itu sudah terdengar di telinga Azalea sejak dia membuka mata di dunia ini. Sebuah dunia fantasi di mana sihir, aura, peri, naga dan spirit menjadi hal yang biasa."Lalu, apa lagi yang kau tunggu?! Cepat pergi dan bawakan kayu bakar lebih banyak! Jangan berani kembali sebelum memenuhi gerobak itu!"Menghela napas kecil, Azalea segera mengangguk dan menarik gerobak yang biasa digunakannya untuk mencari kayu bakar.Memasuki hutan lebat di ujung desa, gadis yang sudah berjalan cukup jauh ke pedalaman itu akhirnya berhenti. Netra langitnya menatap hamparan hijau di atasnya. Cabang-cabang pohon menjulang dari satu pohon ke pohon lainnya, menutupi sinar matahari.Hanya sedikit sinar yang menerobos dedaunan. Tempat yang gelap dan sangat berbahaya itu harusnya tidak pernah didatangi anak-anak, tapi di sinilah Azalea berada."Haah ... kupikir bisa hidup lebih baik di kehidupan ini. Nyatanya di mana pun sama saja." Gadis kecil itu bergumam seraya duduk di bawah pohon besar, menyandarkan tubuhnya yang lelah dan meluruskan kaki.Dia bukan dari dunia ini. Satu fakta yang diingat gadis itu sejak membuka mata di bawah salju, ketika seorang wanita menggendongnya sambil menangis membuat kenangan itu tidak menyedihkan. Hidupnya di bumi, pada zaman modern, jauh lebih mengerikan dari sekedar dibuang ke desa terpencil.Wanita bersurai perak dengan netra zamrud itu hanya meninggalkan secarik kertas berisi nama sang bayi sebelum meninggalkannya di depan pintu rumah penduduk.Keluarga yang menyadari bahwa bayi yang ditinggalkan di depan rumahnya memiliki mata berwarna biru, di mana warna itu hanya dimiliki oleh keluarga Duke, memutuskan untuk mengembalikan sang bayi ke keluarganya.Beberapa hari setelah surat yang menerangkan tentang sang putri pada Duke dikirimkan, sekelompok Ksatria yang mengenakan seragam militer Lionhart datang dan membacakan surat balasan bahwa putri Duke tidak diizinkan hidup.Keributan itu menyebabkan istri dari pemilik rumah membawa kabur Azalea dan meninggalkannya di sebuah panti asuhan terpencil. Tidak sampai di sana, beberapa minggu setelah Azalea tinggal di panti asuhan, seorang wanita datang dan mengaku sebagai pelayan pribadi Duchess sebelumnya. Pengakuannya menjadi sah dengan surat bertanda tangan Duchess dan wasiat yang tertulis bahwa pelayan itu diberi hak untuk membesarkan putri Duke dalam diam.Maka sejak itu nama sang bayi hanya tersisa Azalea, seorang gadis yatim piatu yang tinggal sebagai pelayan di kediaman wanita yang membawanya. Meski harus bekerja keras, mendengar cacian dan hinaan serta kata-kata kasar setiap hari, gadis itu harus bersyukur tidak ada yang memukulnya.Azalea hanya perlu bekerja mencari kayu bakar untuk dijual. Seluruh hasil penjualan itu akan diberikan seluruhnya pada Azalea. Wanita bernama Madelyn yang merawatnya terus mengingatkan bahwa lebih baik makan umbi bakar, umbi rebus atau roti keras dari pada tidak punya tabungan dan mati kelaparan besok."Aku jadi tidak tahu harus menilainya sebagai orang jahat atau tidak," gumam gadis bersurai perak sembari menghela napas.Sejak usianya tiga tahun, Azalea sudah diajari untuk mencari kayu bakar di hutan untuk dijual, mempelajari setiap buah-buahan yang bisa dimakan atau tidak, pohon apa saja yang daunnya bisa dimasak serta manfaat getah dari bermacam tanaman.Lima tahun sejak Azalea dipaksa mempelajari banyak hal, mencari sesuatu untuk dijual demi bertahan hidup dan menyisihkan setiap penghasilan untuk ditabung. Azalea tidak tahu tujuan Madelyn membawanya dan memaksanya untuk belajar hidup di alam liar sambil mengatakan hal-hal buruk seperti Duke yang membuang dan tidak peduli padanya."Seolah dia ingin aku membenci Duke dan tidak pernah mempercayainya. Rasanya juga seperti dia akan segera meninggalkanku cepat atau lambat."Madelyn tidak biasanya menyuruh Azalea untuk kembali lagi ke hutan setelah gadis itu kembali. Meski mengeluarkan kata-kata kasar ketika melihat hasil bawaannya, Madelyn biasanya akan menyuruh Azalea untuk segera menjualnya ke pasar sebelum pulang lagi untuk makan malam.Tapi, hari ini Madelyn mengusirnya, seolah menjauhkan Azalea dari desa--!Pikiran tentang dijauhkan dari desa membuat gadis kecil itu langsung terperanjat bangun. Jantungnya berdebar kencang saat berlari menyusuri jalan setapak, meninggalkan gerobaknya di belakang.Tidak memperhatikan jalan selama berlari, kaki yang tidak memakai alas apa pun itu menginjak ranting dan batu, menyebabkan lecet dan darah mulai mengalir. Tapi, Azalea terus berlari dengan napas terengah, keringatnya membanjir deras.Azalea hampir sampai di rumah sederhana yang ditinggalinya sejak bayi, langkahnya terhenti saat sebuah tangan mencengkeram bahunya dan membawa Azalea memasuki sebuah rumah."Nenek--""Hust!"Gadis itu langsung terdiam ketika wanita renta yang baru saja menariknya meletakkan tulunjuk di bibir sebelum memberi isyarat agar Azalea melihat ke luar jendela. Melalui celah di antara jendela, Azalea bisa melihat dengan jelas tempat tinggalnya."Ksatria?" Netra gadis itu menajam melihat belasan orang berseragam Ksatria Lionhart berbaris di depan rumah.Madelyn berdiri di depan pintu dengan tangan bersedekap. Tatapan galak wanita itu masih seperti biasa. Tidak ada rasa takut meski belasan Ksatria terlatih berdiri di hadapannya."Berapa kali aku harus mengatakan bahwa aku tidak ada urusan lagi dengan keluarga Duke?!" Suara Madelyn terdengar, "Tidak peduli sehebat apa kekuasaan keluarga itu, aku tetap tidak berminat kembali!" ujarnya penuh penekanan."Ratu pergaulan kelas atas yang mendapat julukan Mawar Emas Kekaisaran, keluarga Duke memohon kerendahan hati Anda kali ini. Tuan Putri membutuhkan seorang guru dan Anda adalah satu-satunya orang yang tepat."Azalea menahan napas mendengar kalimat salah satu Ksatria yang kata-katanya diikuti dengan sikap penuh hormat pada Madelyn. Gadis itu menelan ludah dengan julukan yang baru saja disebutkan.Mawar Emas Kekaisaran, nama itu jelas tidak asing. Di mana Azalea pernah mendengarnya? Tidak mungkin dari para penduduk desa karena tidak ada penduduk yang mengerti tentang pergaulan kelas atas.Lalu, Tuan Putri? Azalea jelas pernah mendengarnya dari Madelyn bahwa dia adalah satu-satunya putri Duke dan hanya ada Pangeran di kekaisaran."Yang kalian sebut dengan Tuan Putri itu adalah palsu! Jangan lupa dari mana dia berasal. Hanya karena dipakaikan sutra dan emas, maka bisa disebut Putri? Dia dan ibunya tidak lebih dari lalat yang hinggap di tempat busuk seperti kediaman Duke!"Plak!!!Azalea menahan napas saat sebuah tamparan dilayangkan pada Madelyn. Dia tidak tahu sejak kapan salah satu Ksatria maju selangkah dan langsung melayangkan pukulan pada Madelyn.Itu adalah Ksatria wanita! Azalea merasakan gemetar di seluruh tubuhnya saat Ksatria itu langsung menarik rambut Madelyn dan menghempaskannya, memaksa wanita itu mencium tanah."Sesali perkataanmu di neraka," ucap Ksatria itu seraya mengeluarkan pedang dari pinggangnya."Dame Ailyn!" Sratt! Pedang mengkilat itu segera dibasahi oleh darah, menutupi teriakan Ksatria lain yang mencoba menghentikan aksi Ksatria bernama Ailyn. Pemandangan di sekitar Azalea berubah gelap saat sebuah tangan menutupinya. Warna merah yang sebelumnya terlihat membasahi tanah dan sepatu para Ksatria juga ikut tertutupi. Azalea gemetar, tubuh kecilnya mengkerut melihat pembunuhan nyata di hadapannya."Nenek?" Azalea memanggil dalam kebingungan saat wanita renta yang sebelumnya menutupi pandangannya menarik tangan gadis itu menjau
"Bagus, Zhea!" Seorang pria bertubuh besar berteriak sembari bertepuk tangan, suara tawanya menggema ke seluruh ruangan.Azalea yang baru selesai mengayunkan pedang langsung menjatuhkan diri, terbentang dengan napas putus-putus. Pedang besar dan berkilat di tangannya terlepas dan menimbulkan bunyi berdebam yang cukup keras. Tangannya sakit, tulang-tulang di tangannya terasa sedang diremas. Gadis bersurai perak itu memejamkan mata sebelum menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Azalea melakukannya berulang-ulang, sambil merasakan aura yang menyebar dari jantungnya.Titik aura dari jantungnya perlahan menyebar ke seluruh tubuh. Satu demi satu, rasa sakit dari hasil latihan berpedang selama berjam-jam mulai berkurang. Azalea terus mengatur auranya hingga seluruh rasa sakit di tubuhnya hilang.Gadis itu kembali membuka mata, mengangkat tangan dan melihat luka-luka kecil di sana sudah sembuh dengan sempurna."Tidak ada lagi yang bisa kuajarkan."Azalea langsung bangun dan berlutut de
Dari mana Marry mengetahui informasi penting seperti itu?! Azalea juga tahu tentang orakel yang diturunkan Dewa puluhan tahun lalu karena sudah membaca novelnya, tapi bagaimana Marry bisa mendengarnya?Firman Tuhan hanya diketahui oleh pihak kuil keluarga kekaisaran dan bangsawan tingkat atas. Hal penting seperti ini tidak mungkin diceritakan secara sembarangan."Kau pasti bertanya kenapa aku mengetahuinya? Sebenarnya--""Aku tidak mau mendengarnya lagi!" potong Azalea cepat, merengut saat wanita renta di sampingnya malah tertawa."Tapi, kau tetap harus mengetahui isi orakelnya." Azalea terdiam, tahu kalau keputusan Marry untuk memberitahukan hal sepenting ini juga tidak bisa dicegah. Gadis itu juga tidak bisa bilang bahwa dia mengetahui dengan tepat isi orakelnya.Memilih duduk dan mengangguk setuju, Azalea menatap lingkaran sihir di hadapannya, bersiap mendengarkan."Kau pasti tahu ada banyak makhluk yang hidup di dunia ini." Marry memulai ceritanya. "Tidak hanya para peri yang tin
Azalea meraih pisau kecil yang selalu ada di pinggangnya sebelum menggoreskan benda tajam itu ke tangan, menggores pelan hingga darahnya mulai menetes ke atas lingkaran.Gambarnya tidak terlalu bagus tentu saja, Azalea membentuknya dengan asal. Setelah memastikan darahnya membasahi kertas berisi lingkaran sihir, gadis itu memejamkan mata.Rasakan sebuah keberadaan yang ingin dipanggil. Kata-kata Marry merasuk ke dalam pikiran gadis itu.'Sebuah keberadaan, sesuatu yang bisa membantu bertarung ... hmm ... apa, ya?' Azalea mencoba membayangkan sesuatu yang berhubungan dengan pedangnya.'Kurasa angin cocok, dia bisa membantu tebasan pedangku semakin tajam.' Azalea mengangguk dengan pemikirannya sendiri.'Tapi, bukankah api lebih bagus? Api yang bisa membakar segala hal!'Saat sedang memikirkan api, sebuah adegan dari masa depan yang tertulis dalam novel kembali tergambar di kepala gadis itu. Seluruh daratan ditutupi dengan api. Gadis itu menggeleng. Jangan api, tapi sesuatu yang bisa me
"Namaku Vairell," ucap Raja Spirit, menatap datar gadis yang bersimpuh di hadapannya."Senang berkenalan dengan Anda, Raja Spirit Vairell, namaku Zhea--maksudku Azalea Baylass De Lionhart." Azalea menjawab sopan, kepalanya masih menunduk.Yah, tidak buruk juga berkenalan dengan makhluk terkuat di dunia spirit. Siapa tahu Azalea bisa meminta tolong padanya untuk ikut membasmi iblis di masa depan.Ehm ... tapi, kenapa tidak ada suara lagi? Azalea terpaksa mendongak setelah menyadari keheningan sudah berlangsung cukup lama. Netra gadis itu melebar saat melihat Raja Spirit Vairell sedang berjongkok tepat di depannya."Aah, mengagetkan saja!" Azalea yang hampir berteriak langsung menutup mulut ketika Vairell menatapnya dengan tatapan aneh."Sekarang, apa yang bisa kulakukan untukmu?"Azalea yang sedang sibuk menenangkan jantungnya yang hampir jatuh mengernyitkan kening mendengar pertanyaan Raja Spirit di hadapannya."Tidak ada, kok. Tidak ada yang ingin kuminta dari Raja Spirit, jadi Anda
"Senang melihatmu masih bisa mengingatku, Nak." Madelyn tersenyum, kali ini bukan senyuman angkuh seperti dulu. Azalea menatap wajah yang masih sangat cantik meski tidak lagi muda. Kenapa Madelyn bisa tiba-tiba muncul lagi? Dalam novelnya tidak ada cerita tentang Mawar Emas Kekaisaran. Meski tentu saja tidak ada penjelasan tentang keberadaannya, tetap saja Azalea sudah terlanjur menganggapnya pemeran figuran yang mati bahkan sebelum kisahnya dimulai."Pasti banyak pertanyaan di kepalamu itu, Zhea, tapi kedatanganku hari ini bukan untuk menjelaskan sesuatu." Madelyn menghela napas. "Aku datang untuk memperingatkanmu. Mulai sekarang, meski di depan Marry atau Lock, kau harus tetap menggunakan ramuan pengubah warna."Azalea yang terbiasa mengembalikan warna rambut dan matanya ketika sedang bersama dua orang yang Madelyn sebutkan, mengerutkan kening."Aku mengerti kalau warna rambut dan mataku tidak biasa dan mudah dikenali hingga harus ditutupi, tapi Madelyn ... kenapa kau bisa mengenal
"Wah, hebat!" Azalea bertepuk tangan ketika warna rambutnya berubah secara otomatis menjadi coklat.Dua bulan berlalu sejak kedatangan Madelyn. Sejak itu pula Azalea sibuk membantu Marry menciptakan ramuan baru. Setelah mengatur beberapa bahan, mencoba berulang-ulang, akhirnya hasil yang memuaskan tercapai.Ramuan pengubah warna menjadi coklat bisa bertahan selama enam jam sekarang. Marry membuat ramuan kedua yang harus Azalea gunakan dengan mengurangi jumlah pemakaian hingga waktunya juga turut berkurang."Untuk selanjutnya kau bisa membuatnya sendiri, kan? Aku yakin kau bisa menambah intensitas waktunya seiring waktu berjalan. Selama kau tidak berhenti mempelajarinya, kau akan menjadi apoteker hebat yang akan menjual barang-barang bagus." Kata-kata Marry membuat Azalea yang sedang mengagumi perubahan warna pada rambutnya menoleh. "Aku tidak berniat menjual barang untuk menipu seseorang," ucap gadis itu tegas. "Setidaknya di dunia atas," lanjutnya seraya mengendikkan bahu.Marry ter
Azalea memang tidak peduli pada awalnya. Entah siapa pun yang ingin dikelabui oleh mereka yang membeli ramuan pengubah warna milik Marry, dia tidak akan peduli.Tapi, setelah mendengar penyihir yang dibawa Madelyn menanyakan takaran untuk setiap jam, mau tidak mau Azalea memikirkan seseorang.Kalau pemakaian ramuannya dibalik, apa yang terjadi? Azalea menelan ludah saat membayangkan seseorang menggunakan ramuan pengubah warna yang baru dibuat terlebih dahulu, membuat warna rambutnya berubah menjadi perak dengan bola mata biru khas keluarga Lionhart.Lalu, ramuan pengubah warna coklat akan digunakan setelahnya. Saat seseorang memberinya sihir seperti apa yang terjadi pada Azalea sebelumnya, maka warna coklatnya akan menghilang dan menunjukkan surai perak serta mata sebiru lautan.Satu-satunya orang yang mungkin akan mengharapkan hal itu adalah Duke Lionhart. Jantung Azalea mencelos saat mengingat karakter fisik putri tiri Duke Lionhart yang membuatnya mengorbankan segalanya.Rambut cok
Sesuai rencana yang sudah dikatakan Azalea kemarin, gadis itu langsung meminta izin pada Madelyn untuk pergi ke pusat kota dan menikmati waktunya sebagai 'Zhea'. Meski mendapat pertentangan karena tidak mau menggunakan kereta milik Duke, pada akhirnya Azalea memenangkan pertarungan.Gadis itu terkekeh pelan ketika mengingat lagi bagaimana ekspresi Madelyn saat Azalea bilang ingin menumpang kereta dagang yang datang untuk mengantar bahan makanan."Kau terlihat senang ya, Bocah!" Azalea menoleh, bibirnya mengatup rapat ketika berusaha menahan tawa. Raja Spirit Vairell ada di sisinya sekarang, menyamar sebagai pelayan yang menemani Azalea jalan-jalan. Gaun coklat tua yang membungkus tubuh Vairell benar-benar tampak pas. Meski makhluk itu sudah mengubah warna rambutnya menjadi hijau, juga membentuknya menjadi kepang dua, belum lagi bintik-bintik di sekitar hidung yang juga ditambahkan bersama dengan kacamata bulat menghias wajah, keberadaan Vairell masih terasa luar biasa."Tidak perlu
Netra biru itu memutar malas, Azalea sudah terlalu hafal dengan kehadiran makhluk yang selalu datang sesuka hati. "Kamar ini lumayan dibanding milikmu sebelumnya, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan kamar pelayanku. Apakah manusia memang semiskin ini? Katanya seorang Putri, tapi kamarnya lebih mirip kandang kuda." Komentar Raja Spirit Vairell membuat Azalea kembali memutar mata jengah. Dia sudah sangat sering mendengar kata-kata pedas itu sejak tiga tahun lalu. Makhluk itu terbiasa mengomentari setiap hal yang menurutnya tidak indah dan membandingkannya dengan dunianya sendiri."Aku tidak bisa mempercayainya karena tidak pernah melihatnya sendiri," balas Azalea acuh, tangannya bersedekap saat menatap makhluk bersurai pirang cerah yang sedang berkeliling dan menilai."Aku tidak bisa membawamu ke sana sesuka hati. Bagaimana pun ada yang namanya para tetua di tempatku juga. Mereka tidak akan setuju kalau ada manusia yang datang."Perkataan Vairell membuat Azalea menaikkan sebelah al
Azalea terdiam saat nama Guild yang dibentuknya tiga tahun lalu atas bantuan Lock disebutkan. Dari luar, Black Dragon terlihat hanya sebagai Merchant Guild biasa yang menjual senjata, tapi dibaliknya adalah pusat informasi serta tentara bayaran yang dikumpulkan dari berbagai kerajaan di seluruh benua. Tidak ada satu pun pelanggan yang tahu jika senjata yang dijual Black Dragon juga terbuat dari Blood Stone.Pesanan selalu datang secara teratur dari para bangsawan mau pun orang biasa. Azalea tidak pernah membatasi pesanan berdasarkan status sosial sesorang sehingga Black Dragon dikenal oleh seluruh kalangan. "Aku baru bertemu pengurusnya kemarin, untuk apa menemuinya lagi," gumam Azalea malas, mengingat kembali jika rasa bahagianya kemarin harus musnah karena kedatangan orang-orang menyebalkan."Marry tidak mengatakan dengan jelas apa yang dijual oleh Black Dragon, tapi dari gosip yang kudengar ... kalian menjual senjata?" Pertanyaan Madelyn membuat Azalea mengendikkan bahu. "Pemilik
Azalea tidak sempat memikirkan rencana apa pun saat sore itu juga ia langsung berangkat bersama Madelyn. Azalea juga harus bersabar dan menekan auranya saat berhadapan dengan ksatria wanita yang dulu menebas Madelyn tanpa berkedip.Perjalanan ke ibu kota membutuhkan waktu selama dua minggu jika menggunakan kereta kuda, tapi bagi mereka yang memiliki banyak uang, teleportasi adalah jalan pintas."Kalau hanya memindahkanmu ke ibu kota negara ini, aku juga bisa!" ujar Raja Spirit Vairell yang sedang menatap gedung tinggi tempat Azalea akan melakukan teleportasi.Setelah melalui kebosanan semalam penuh di kereta, Azalea akhirnya sampai di pinggir kota Amster, tempat di mana stasiun teleportasi terdekat berada. Gadis itu tidak memanggil Raja Spirit seperti biasa, tapi makhluk itu selalu datang dan pergi sesuka hati."Ke mana tempat paling jauh kau bisa membawaku, Vairell?" Azalea bertanya pelan, menutupi wajahnya dengan koran agar tidak ada yang melihat pergerakan bibirnya.Ia sedang menun
Keheningan yang mencekik setelahnya membuat Azalea menyadari jika caranya bicara salah. Melihat bagaimana pemuda bernama Grisha langsung menatapnya tajam, bahkan si putri palsu yang juga terhenyak--mungkin tidak pernah menyangka gadis rendahan di hadapannya berani berkata lancang--pun sempat kehilangan raut polos di wajahnya."Maksud saya adalah untuk apa membohongi kekaisaran dengan melakukan hal seperti itu? Tidak ada jaminan saya akan dinyatakan tidak bersalah kalau masalah ini sampai terungkap." Azalea kembali berpendapat, berharap orang-orang di hadapannya mengerti jika ia adalah gadis yang lumayan cerdas. Jika si putri palsu itu menyadari keberadaan Azalea yang cerdas bisa membahayakannya, harusnya dia mencari orang lain yang cukup bodoh dan bisa dimanfaatkan. Begitulah yang dipikirkan Azalea. Tapi, senyum yang terpatri di wajah cantik di hadapannya membuat leher belakang Azalea meremang."Kau benar-benar cerdas dan penuh pertimbangan seperti yang Marry katakan! Sepertinya tida
Tiga tahun berlalu begitu saja. Azalea melewati hari-harinya dalam kedamaian. Terkadang Raja Spirit datang dan melatih gadis itu menggunakan bermacam atribut sihir. Madelyn juga tidak lagi terlihat sejak membeli obat pengubah warna dari Marry.Azalea pikir akhirnya dia bisa bebas menikmati kehidupannya tanpa harus melakukan hal merepotkan. Gadis itu hanya akan tampil saat bangsa iblis mulai menginvasi, itu pun hanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan jalan cerita.Dia mungkin akan ikut bertarung sedikit. Azalea juga berencana bergabung dengan pasukan tentara bayaran agar bisa turun ke medan perang karena pada saat itu, dunia membutuhkan sebanyak mungkin kekuatan. "Sepertinya aku hanya diberi waktu tiga tahun untuk menikmati hidup, ya?" Azalea berdecih jengkel saat melihat kereta kuda dengan lambang keluarga Lionhart terparkir di jalan masuk desa.Azalea yang baru pulang dari memeriksa hasil penjualan Blood Stone mengerang pelan sebelum bergegas menuju r
"Apa benar seberguna itu untuk manusia?" Vairell mengangkat alis, menatap heran pada gadis yang sedang berbinar menatap benda berkilau di tangannya. "Satu-satunya yang menganggap rumput itu bagus adalah spirit api, itu pun karena warnanya yang merah."Penjelasan Raja Spirit di hadapannya membuat Azalea mendongak. "Bagaimana cara kalian membuang benda ini ke dunia manusia?" tanyanya antusias."Ehem! Kami tidak membuangnya sembarangan, kok. Biasanya kami memilih tempat yang jauh dari jangkauan manusia dan membuat lubang. Kami menimbunnya dengan baik. Aku bersumpah!" Menimbunnya dengan baik di tempat yang jauh dari jangkauan manusia?! Itukah sebabnya pertambangan Blood Stone hanya ditemukan di pedalaman hutan atau gunung? Azalea mengernyitkan dahi. "Pantas saja sulit ditemukan! Bukan hanya dibuang ke tempat terpencil, kalian bahkan menimbunnya ke dalam tanah." Gadis itu menghela napas dengan informasi yang baru diketahuinya. Jadi, itu bukanlah tambang, melainkan timbunan yang dibuat o
Azalea memang tidak peduli pada awalnya. Entah siapa pun yang ingin dikelabui oleh mereka yang membeli ramuan pengubah warna milik Marry, dia tidak akan peduli.Tapi, setelah mendengar penyihir yang dibawa Madelyn menanyakan takaran untuk setiap jam, mau tidak mau Azalea memikirkan seseorang.Kalau pemakaian ramuannya dibalik, apa yang terjadi? Azalea menelan ludah saat membayangkan seseorang menggunakan ramuan pengubah warna yang baru dibuat terlebih dahulu, membuat warna rambutnya berubah menjadi perak dengan bola mata biru khas keluarga Lionhart.Lalu, ramuan pengubah warna coklat akan digunakan setelahnya. Saat seseorang memberinya sihir seperti apa yang terjadi pada Azalea sebelumnya, maka warna coklatnya akan menghilang dan menunjukkan surai perak serta mata sebiru lautan.Satu-satunya orang yang mungkin akan mengharapkan hal itu adalah Duke Lionhart. Jantung Azalea mencelos saat mengingat karakter fisik putri tiri Duke Lionhart yang membuatnya mengorbankan segalanya.Rambut cok
"Wah, hebat!" Azalea bertepuk tangan ketika warna rambutnya berubah secara otomatis menjadi coklat.Dua bulan berlalu sejak kedatangan Madelyn. Sejak itu pula Azalea sibuk membantu Marry menciptakan ramuan baru. Setelah mengatur beberapa bahan, mencoba berulang-ulang, akhirnya hasil yang memuaskan tercapai.Ramuan pengubah warna menjadi coklat bisa bertahan selama enam jam sekarang. Marry membuat ramuan kedua yang harus Azalea gunakan dengan mengurangi jumlah pemakaian hingga waktunya juga turut berkurang."Untuk selanjutnya kau bisa membuatnya sendiri, kan? Aku yakin kau bisa menambah intensitas waktunya seiring waktu berjalan. Selama kau tidak berhenti mempelajarinya, kau akan menjadi apoteker hebat yang akan menjual barang-barang bagus." Kata-kata Marry membuat Azalea yang sedang mengagumi perubahan warna pada rambutnya menoleh. "Aku tidak berniat menjual barang untuk menipu seseorang," ucap gadis itu tegas. "Setidaknya di dunia atas," lanjutnya seraya mengendikkan bahu.Marry ter