Aldrich mengangkat wajah, menatap sang ibu yang sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. "Aku senang mama sudah terlihat sehat," ucapnya, kemudian memandang yang lain, "Apakah kita sudah bisa sarapan sekarang?"
Mengangguk serempak seperti sudah melakukan latihan sebelumnya. "Kak, kamu membuat kami takut, ayolah sekali saja jangan kaku," kata Rea mengambil sendok dan langsung mengaduk sup ayam miliknya.Semua orang menoleh pada Rea, kemudian menoleh lagi pada Aldrich, pria satu ini memang sulit sekali ditaklukkan."Sudah, ayo kita mulai sarapannya," ujar nyonya Vianka akhirnya yang yang langsung disetujui oleh mereka semua.Seperti biasa, tidak ada suara di meja makan, semuanya merasa tegang dan tertekan.Selesai dengan sarapan mereka, semua keluarga yang lain sudah berdiri dan meninggalkan ruang makan, menyisakan ibu dan anak yang masih betah disana."Olivia adalah gadis yang baik, Rich."Menghela napas pelan. Pria dengan wajah gagah itu menatap ibunya lamat, "Aku akan mengatakan pada mama kapan aku siap," senyum bahagia terbit dari nyonya Vianka, namun ucapan selanjutnya membuat ibu dua anak itu kembali murung, Rich berkata, "Aku sendiri yang akan mencari calonku," katanya berdiri dan mencium pipi sang ibu."Rich ....""Ma, aku akan kembali dalam beberapa hari, mama jaga kesehatan." Setelahnya pria bertubuh tinggi gegap itu berlalu meninggalkan sang ibu yang hanya mendesah pelan."Jangan terlalu memaksa, Rich tahu mana yang terbaik untuknya," kata seorang wanita paruh baya--nenek Rich."Mama benar, akan tetapi aku masih ragu, bagaimana kalau anak itu memang memutuskan untuk tidak menikah?______"El, maafkan aku, tapi ... em, mamaku sudah akan kembali dan aku--," seorang wanita seusia Elea menggaruk tengkuknya, merasa tidak enak tetapi dia harus melakukannya."Tenang saja, aku akan mencari kontrakan baru siang nanti." Elea tersenyum kaku, sudah seharusnya memang dia tidak marah, ibu temannya tidak menyukai keberadaannya."Kamu tidak akan marah, 'kan?" katanya meyakinkan lebih jelas."Em, kamu jangan khawatir, aku baik-baik saja."Pagi itu juga, Elea langsung keluar dari rumah temannya, menuju ke tempatnya bekerja, karena siang nanti dia harus sudah mendapatkan kontrakan baru."Kenapa nasibku sangat buruk," keluhnya di dalam bus dengan wajah yang tidak terlihat segar sama sekali.Menghela napas lagi, dia melanjutkan. "Kenapa sampai hari ini ponsel Julian tidak juga bisa di hubungi, ya?"Sepanjang jalan, Elea memikirkan banyak hal di otaknya, ingin kembali ke kota kelahirannya tetapi biaya yang tidak ada. Ingin kabur tetapi juga tidak tahu harus kemana.Sampai di tempat tujuan, di sebuah restoran besar di pinggir pantai. Ia turun dengan membawa koper miliknya."Kau ingin kemana El?" tanya teman lelakinya yang sudah melepas topi melihat kedatangan sang teman."Nyonya yang memiliki kontrakan mengusirku." sedihnya menarik koper dan memasukkannya di dalam resto. Elea masuk ke ruang ganti kemudian keluar setelah sudah siap."Mengusirmu? Kenapa? Kau membawa kekasihmu kedalam?" Goda temannya.Lemparan kain tepat sasaran, Elea mendengus. "Aku bahkan tidak tahu kemana Julian, ponselnya sudah tidak bisa dihubungi setelah kejadian itu.""Kejadian apa?" tanyanya penasaran. Ia mendekat ke adah Elea dan duduk di sebelahnya."Bukan kejadian apapun, sudahlah, kita bekerja saja, nanti bos datang dengan wajah muram, kita juga yang susah."Mengangguk, keduanya berdiri dan mulai membersihkan resto sebelum buka satu jam lagi.Di ujung sana, seorang pria dengan kacamata bening sudah melaporkan semua yang diketahuinya pada sang tuan.Sekarang dia hanya perlu menunggu sampai resto di buka dan dia menjalankan aksinya.Situasi saat itu cukup mendukung, cuaca bahkan memihak pada Jack yang berada di dalam mobil satu jam lamanya. Pria yang Aldrich perintahkan menjaga Elea itu turun dengan langkah tegap ke adah resto yang masih terlihat sepi."Tuan, Anda ingin memesan apa?" tanya Elea membuat sebuah buku khusus juga pulpen di tangannya."Berikan saja aku makanan yang paling mahal, juga dengan minuman terbaik kalian," jawab Jack masih dengan kacamata bening yang tidak ingin dilepasnya."Baik. Ada lagi?" Jack menggeleng menandakan bahwa dia memang hanya membutuhkan itu saja untuk sarapannya.Seperginya Elea, Jack langsung menjalankan aksinya setelah meretas cctv resto agar apa yang dilakukannya tidak diketahui."Beres," batinnya lega."Tuan, silahkan, makanan Anda." Elea menyajikan pesanan Jack dengan sangat rapi, untuk mendapatkan pelanggan tetap memang diwajibkan untuk terus menar senyum dan ramah.Jack menikmati makanannya dengan santai karena belum ingin meninggalkan restoran. Hingga suara bentakan terdengar membuatnya harus menghentikan kunyahnya."Kamu harus melunasinya sekarang juga, Nona!" Gertak seorang pria berbadan besar di hadapan Elea dan beberapa pegawai lainnya."Tuan, tapi ini masih tanggal 7, pembayaran dilakukan tanggal 10, masih ada waktu," tolak Elea merasa tidak bersalah sama sekali."Sayang sekali, tetapi bos kami tidak peduli tentang itu, nona bayar pinjaman itu atau restoran ini kami hancurkan!"Mata Elea membola, bagaimana bisa masalahnya menjadi masalah orang lain juga, "Anda bercanda? Jangan libatkan tempat ini, tapi saya memang tidak ada uang saat ini," katanya mencoba bernegosiasi."Elea, bagaimana ini, bos akan marah kalau sampai tahu hal ini," bisik temannya yang lain."Tuan, tolonglah, beri aku waktu seperti perjanjian, tanggal 10 besok saya akan lunaskan semuanya," mohonnya dengan yakin. Dia masih ada sedikit uang persiapan untuk beberapa hari, mungkin dia akan menggunakan itu nanti."Jangan mencoba berbohong atau kabur, karena data keluargamu sudah bersama kami!" Serunya dengan wajah tidak sabar sejak tadi."Saya berjanji, jangan libatkan mereka, aku mohon."Jack yang berada di sana langsung maju, menatap ke tiga pria berbadan besar yang sejak tadi menunjuk sang nona milik tuannya dengan telunjuk, "Berapa hutang nona itu?" kata Jack mengabaikan beberapa wanita yang tidak berkedip saat melihatnya."Siapa kau?""Jawab saja, berapa hutanya sampai kalian membentak wanita seperti itu?"Berdecak, pria berbadan besar dengan rambut ikalnya itu mendekat, "Kau ingin membayarnya? Kau mengenalnya? Atau kau adalah salah satu pelanggannya?" suara tawa menggema mengejek terdengar, Elea mengepalkan tangan karena tidak terima disindir seperti itu.Wanita dengan paras ayu itu, mengepalkan tangan karena mendengar ejekan itu untuknya.Jack menghela napas, "Katakan saja, berapa yang harus ku bayar!""500 dollar, beserta bunganya,"Elea terbelalak saat Jack langsung menuliskan angka di atas kertas untuk ketiga pria itu katakan, ia mendekat dan menatap mereka tidak terima."Jangan berikan, pinjamanku tidak sebanyak itu, mereka penipu!" pungkasnya.Jack mengerutkan kening, "Kalian bisa jelaskan atau aku membawa ini ke ranah hukum," ucapnya."Kalian, kalian ingin menipu? Aku sudah membayar setengahnya," jelas Elea melotot tidak terima."Nona jika ingin protes, maka datanglah pada bos kami. Dia mungkin saja akan mendengarkan ocehanmu itu," kata salah seorang yang sudah tidak bisa menahan diri untuk pergi."Ambil saja ini dan jangan lagi menampakkan diri pada nona ini," kata Jack menyerahkan kertas yang sudah di tulisnya tadi pada kedua orang bertubuh raksasa itu."Tuan tapi hutangku tidak sebanyak itu," protesnya, membayangkan uang 250 dolar bisa menghidupinya beberapa bulan."Tidak masalah, nona jangan khawatirkan itu," kata Jack mengakhiri perbincangan mereka kemudian pamit setelah membayar tagihan."Sepertinya aku pernah melihatnya, dimana ya? Ah, iya aku ingat dia ...." Elea berlari keluar mengejar Jack yang sudah akan masuk mobilnya."Tuan, tolong tuliskan nama dan alamat Anda, setelah mendapatkan bayaran, saya akan melunasi hutang yang tadi," ucap Elea masih dengan otak memikirkan wajah di depannya, dia yakin dengan pikirannya tetapi juga sedikit ragu."Saya ikhlas, Nona." Jack sudah akan masuk namun suara berikutnya membuatnya berbalik dan menghadap Elea lagi."Tuan mengenal tuan Aldrich?"Hanya deheman yang Elea terima, setelahnya Jack benar-benar meninggalkan lokasi tempat Elea berdiri mematung dengan pikirannya.Seseorang menepuk pundak Elea dengan keras, "Dia siapa?" tanyanya dengan memandang arah yang sama dengan Eleanora."Bukan siapa-siapa," cengengesan menggaruk tengkuknya, menghela napas pelan, ia masuk kembali ke dalam resto dan meminta maaf atas ketidaknyaman yang terjadi karena ulahnya."Maafkan aku," ucapnya membungkuk pada seluruh pengunjung resto.Hanya beberapa saja di antara mereka yang merespon selebihnya menganggap itu hal biasa, sehingga tidak perlu dibesarkan."Kamu kenal dengan pria tadi?" Teman wanita Elea menyenggol punggungnya pelan seperti menggoda."Sepertinya aku pernah melihatnya," jawabnya, tidak mengatakan kebenaran yang lebih."Dia tampan, tubuhnya besar dan berotot, oh ... pasti sangat hangat dalam pelukannya," katanya membayangkan tubuh kekar Jack yang di yakininya hangat."Jangan terlalu banyak menghayalkan pria, otakmu bisa bermasalah.
Setelah beberapa menit Elea berpikir akhirnya dia mengangguk. "Baik Tuan," katanya menyendok sedikit demi sedikit makanan yang masih tersisa di mangkoknya."Heum, istirahatlah, kita akan berangkat pagi besok."Menghela napas berat, Elea hanya menatap pasrah pada punggung lebar yang berlalu meninggalkan kamar.Dengan sangat hati-hati ia menyingkirkan mangkuk yang terlihat mahal ke atas nakas, meminum vitamin yang diberikan tadi, kemudian membaringkan tubuhnya dengan hati-hati."Apakah ini memang sudah benar? Aku tidak mengenalnya. Bagaimana kalau dia berniat menjualku di kota?" Mata yang mengantuk kembali terbuka. Elea membangunkan diri dengan paksa dengan kondisi tubuh yang masih lemah.Elea turun dari ranjang, mengenakan sandal bulu yang terasa nyaman di kakinya. Perlahan ia melangkah ke arah pintu, membukanya dan melongokkan kepala keluar."Dia kemana?" batinnya masih menoleh ke kiri dan kekanan. Elea keluar kamar, berjalan keluar dan melihat ke lantai bawah. Sangat sunyi.Menelan l
Mata Elea terbelalak saat sudah berada di halaman super besar, mobil mewah berjejer dengan rapi, bukan hanya itu, beberapa orang berpakaian hitam juga berada di setiap sudut halaman.Ini sudah malam, tetapi halaman rumah. Ah, tidak bisa dikatakan rumah karena ini sangat besar dan megah terlihat terang benderang dengan lampu yang Elea tidak tahu berapa harga listriknya."Jack, minta pengawal membawa barang Elea masuk, aku akan membawa Elea masuk," ucapnya berjalan lebih dulu dan diikuti Elea yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Sesampainya di dalam mansion, Elea semakin takjub dibuatnya. 'Apakah aku bermimpi? Ini seperti di film yang pernah ku lihat,' batinnya masih memperhatikan setiap detail isi di dalam mansion utama keluarga Alvaro.Tidak lama, suara heel terdengar mendekat ke arah mereka, Elea melirik ke arah Aldrich yang tetap saja memasang wajah datar seperti biasanya."Sayang, akhirnya kamu kembali," ucap wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan sehat.
Elea membola saat Aldrich mengambil ponselnya dan langsung mematikannya di hadapan sang pemilik asli. "Tuan ponselku!" minta Elea karena dia senang akhirnya Julian bisa di hubungi kembali."Ini sudah malam, kamu harus segera istirahat, Nona Eleanora!" seru Aldrich."Tuan keka--," Elea menghembuskan napas pelan kemudian memberanikan diri untuk menatap Aldrich, ia melanjutkan, "Kekasihku, dia sudah bisa di hubungi, tolong beri aku waktu untuk bicara padanya," pintanya masih menatap nanar pada ponselnya yang di genggaman Aldrich.Mereka saat ini sudah berada di kediaman Aldrich, setelah makan malam Aldrich langsung membawa Elea kembali, tidak memedulikan permintaan ibunya."Hanya 10 menit, setelah itu tidurlah!"Mengangguk semangat Elea meraih kembali ponselnya dan menghubungi Julian setelah kepergian Aldrich.Dua menit berlalu dan ponsel Julian tidak bisa lagi dihubungi. "Kemana dia? Apakah dia marah? Ya ampun ini semua karena si tuan datar itu," kesal sekali Elea karena kembali kehilan
Karyawan butik berdecak, ingin mengatakan sesuatu tetapi sebuah mobil mewah telah terparkir di halaman butiknya..Elea menoleh karena melihat wajah terpaku si wanita. Gadis berusia 22 tahu itu menghela napas dan berjalan mendekat. "Tuan Jack, Anda di sini?" tanya Elea masih menampilkan senyumnya. "Tuan meminta saya membawa Anda kembali ke rumah," kata Jack masih memasang wajah ramah, asisten Aldrich itu melirik pada wanita yang masih terpaku dengan wajah terkejutnya."Nona, Sashi Matsuda." Si karyawan wanita menunduk hormat."Maafkan saya Tuan," katanya merasa ada yang salah dengan tatapan Jack padanya."Lain kali perlakukan pelanggan Anda dengan baik. Ingat, Anda bekerja disini karena siapa!" Shasi yang di ingatkan itu jelas saja merasa kesal namun tidak akan bisa melakukan apapun."Maafkan saya Tuan."Eleanora memperhatikan wajah karyawan butik tadi yang ia tahu bernama Sashi itu dari tag name di baju, merasa iba karena Jack ini tidak bisa menjaga ucapannya."Tuan, tidak mengapa, te
Beberapa saat hening, Elea masih menunggu jawaban dari Julian dari balik telepon. Ia hanya ingin tahu kenapa ia di panggil ke klub tetapi Julian tidak kesana malam itu."Julian?""[Heum, El, aku mencarimu, apakah kau ke klub?"Kening Elea mengkerut, jika Julian ke klub mencarinya, artinya ada yang menjebaknya. "Ya, bukankah kau yang memesankan minuman padaku, Julian?"Sekali lagi hening, suara derap langkah di belakang Elea membuat sang gadis berbalik dan sedikit menjauh agar Aldrich tidak mendengarkan percakapan mereka."[Minuman apa? Aku memang memintamu ke klub tapi belum memesankan minuman.]Jantung Elea berdegup kencang, artinya malam itu memang ada yang mengerjainya. Ada yang menyimpan sesuatu ke minumannya. Dan ia berakhir satu rumah dengan pria asing."Julian, kau tidak berbohong kan?" Elea bertanya dengan nada sedikit ragu. Tatapannya masih lurus pada Aldrich yang membelakanginya masih mematut diri di depan cermin."[Tentu saja sayang, ada apa sebenarnya? Minuman apa yang kau
Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Aldrich dan Jack sudah akan berangkat ke kantor saat perancang gaun dan dan pemilik perhiasan datang ke mansionnya."Jack, kau berangkat lebih awal aku akan menyusul," Jack mengangguk. Ia membungkuk sedikit dan melangkah pergi.Sementara itu, Aldrich masuk kembali ke dalam mansion, mendapati Elea yang masih tertegun dengan banyaknya gaun mewah berdiri di hadapannya."Kamu pilih yang menurutmu baik, hari ini kamu harus menyelesaikan semuanya!" Aldrich duduk di sofa, menyimpan ponsel di meja dan bersedekap menatap tajam pada Elea.Elea mengerucutkan bibir. Melihat semua gaun mewah yang sebenarnya tidak bisa dipilih karena semuanya sangat mewah.Elea memperhatikan semuanya dengan perasaan kagum, ia memegang kain yang begitu halus dan lembut."Semuanya sangat cantik dan mewah. Aku tidak bisa memilih," katanya dengan wajah terkagum."Nona Sashi, coba ambilkan yang disebelah Anda, biarkan Elea mencobanya," Elea menoleh pada gaun merah muda pastel, ter
Ke esokan harinya, Elea dan Jack sudah akan bersiap untuk ke kota sebelah-kota dimana Aldrich bertemu dengan Eleanora pertama kali.Aldrich sementara membenarkan dasinya di depan kaca dan lagi-lagi Elea berjalan ke arah depan sang pemuda."Tuan, biar aku membantumu," ucapnya menepis tangan Aldrich dengan sedikit kuat. Aldrich hanya menghela napas pelan saking pelannya bahkan Elea yang di hadapannya tidak merasakannya."Ingat, jangan berpikir kabur, keamanan keluargamu bersamaku.""Jangan terus mengancam Tuan. Aku mengerti, aku kesana hanya untuk menjelaskan pada Julian saja," katanya dengan nada sedikit ragu."Nah, sekarang Tuan sudah terlihat semakin baik," ucapnya yakin.Aldrich menatap hasil dari jemari lentik milik calon istrinya. 'Dia merusak tatanannya," batin Aldrich tetapi ia mengangguk menunjukkan bahwa kerja keras Elea memang memuaskan.Menghela napas pelan. "Jack minta beberapa orang menjaga Elea sesampainya di sana!" Aldrich berjalan ke arah Jack, di ikuti oleh Elea di bel
"Mama, kapan kita berlayar?" tanya Calix mendongak ke arah ramping kanan.Elea berpikir lalu menatap suaminya sekilas dan berkata, "Kita tunggu Papa tidak sibuk, baru berlayar," jawabnya sekenanya.Calix mengerucutkan bibir, ia mendongak ke arah samping di mana sang ayah tengah berdiri menatap ibunya. Anak itu lantas berucap setelah mengatur napas dengan baik, "Papa, kapan Papa tidak sibuk?"Aldrich tersenyum cerah, hubungan ini adalah hubungan yang sangat ia sukai. Beberapa bulan lalu, setelah sang istri menanyakan bagaimana rupa tunangannya, hubungan mereka kembali tenggang tetapi tidak membuat mereka sampai bertengkar hebat. Memang tidak mudah membujuk Eleanora yang masih terluka, tetapi tidak ada yang tidak mungkin selama merayu dan membujuk dengan keras. Dan Aldrich berhasil membuktikan bahwa dia bisa mempertahankan rumah tangganya."Bagaimana kalau Minggu depan?" Calix mengetuk-ngetuk kepala tanda berpikir dan itu sangat menggemaskan bagi Eleanora. Tidak lama, Calix mengangguk
Elea terpaku, ia yang berniat akan mengambil air minum untuknya dan Rich tidak sengaja mendengarkan ucapan Reanita dan ibu mertuanya. Ada rasa yang tidak enak di dalam hati, sesuatu yang membuat hatinya sesak dan itu karena ucapan yang mungkin saja tidak benar.Nyonya Anita melirik anaknya agar Rea tidak melanjutkan kembali ucapannya. Tetapi, Reanita tidak juga menyadari apa yang ibunya maksud."Aku benarkan, Ma. Eleanora terlihat mirip dari bentuk tubuh. Ya, walaupun kita sama-sama tahu keduanya berbeda, hanya tubuhnya saja yang terlihat mirip," ujar Reanita belum juga sadar."Bahkan gaun pernikahan yang Eleanora pakai adalah gaun yang memang kakak siapkan untuk pernikahan kakak dengan--""Reanita diam!" pekik nyonya Anita karena Rea tidak juga menghentikan ucapannya sejak tadi.Rea sampai terkejut karena ibunya yang tiba-tiba berteriak, semakin terkejut saat tahu Eleanora sudah berdiri di dekat pintu mendengarkan ucapannya yang mana.Rea berdiri, begitupun dengan nyonya Anita. Kedua
Eleanora menggenggam tangan Reanita lembut, ibu Calix itu merasa senang karena merasa bahwa Rea sudah benar-benar berubah."Tidak, aku tidak pernah marah padamu Rea," ucap Eleanora pada saudara iparnya. Elea kembali melanjutkan, "Maafkan aku juga yang pernah melakukan kesalahan, jujur aku tidak ada niat melakukan itu," sambungnya.Rea merasa lega, semua beban dalam hatinya seolah menguar begitu saja setelah mendengar ucapan Eleanora yang tidak mempermasalahkan permasalahan mereka.Keduanya terus bercerita layaknya temannya yang sudah lama bersama. Eleanora menceritakan kisah hidupnya yang malang pada Reanita yang langsung terkejut karena Eleanora benar-benar sangat tangguh.Yang tidak mereka berdua sadari adalah, nyonya Anita sedang berdiri di dekat pintu, mendengarkan semua yang anak dan menantunya ucapkan. Hatinya juga ikut lega karena Eleanora mau memaafkan Reanita yang sudah keterlaluan selama ini.Karena tidak ingin mengganggu ketenangan keduanya, nyonya Reanita memutuskan untuk
Aldrich menyeringai, menatap pada Olivia yang terlihat semakin gugup, "katakan padaku Olivia kenapa kau tega lakukan ini padaku?" tanya Aldrich masih menikmati kegugupan Olivia."Rich, aku bisa jelaskan, tolong lepaskan aku dulu," mohonnya masih dengan wajah pucat."Kamu bahkan tega membuatnya menyerahkan diri pada Julian, di mana perasaanmu Olivia? Kau pendosa," ujar Aldrich dengan gigi gemeretak. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya tunangannya saat itu. Dan wanita di hadapannya adalah dalangnya."Aku mencintaimu Rich, aku tidak ingin ada wanita lain dekat denganmu," aku Olivia dengan tubuh gemetar.Menurutnya hanya dia saja yang pantas bersama Aldrich karena mereka setara, sementara tunangannya dan Eleanora sama-sama dari wanita kelas bawah yang tidak cocok dengan Aldrich sama sekali.Berulang kali Olivia meminta dengan baik agar tunangan Aldrich mundur, tetapi wanita itu terus bersikeras bertahan walau sebenarnya Olivia tahu, dia juga menginginkan Julian.Olivia hanya in
Aldrich mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang. "Calix di bawah bersama Mama dan juga Rea."Mata Elea terbelalak dan langsung melepas diri ingin turun ke bawah tetapi Aldrich mencegahnya. Pria itu menahan tubuh istrinya dan menatapnya dalam."Jangan khawatir, Rea tidak akan membawa Calix pergi jauh lagi. Ada mama yang menjaga. Lagipula kamu harus segera bersiap karena kota akan pergi dua jam lagi."Mengerutkan kening tidak mengerti. "Pergi? Kita akan kemana?" tanya Elea masih memikirkan Calix di bawah sana."Aku ingin menebus kesalahanku. Aku ingin kamu, mama dan jga Rea memiliki waktu bersama," jelas Aldrich.Semakin bingung dan tidak mengerti, apalagi saat Aldrich mengatakan mereka bertiga akan pergi bersama. Eleanora tahu kalau ibu mertuanya sudah menerimanya kembali, tetapi bagaimana jika mereka kembali berubah dan membuatnya tersisih."Apa kamu ikut bersama kamu?" Mengangguk pasti, cukup membuat hati Eleanora lega, setidaknya jika Aldrich ikut, maka semua pasti akan b
Keduanya saling menumpahkan rasa rindu. Elea menumpahkan semua kekesalannya, mengatakan semua yang terjadi hingga terus merasa curiga dan sakit hati.Aldrich terdiam, dia mencerna juga mencoba mencari tahu siapa yang sebenarnya mengirim foto-foto pada sang istri."Aku sangat takut kalau kamu meninggalkan aku, sayang," kata Aldrich memeluk istrinya erat.Saat ini keduanya sedang duduk di sofa, dengan Eleanora yang berada di atas pangkuan sang suami. Bahkan jubah mandi Elea sudah terlihat berantakan walaupun keduanya tidak melakukan apa pun."Aku belum menemukan tempat bersembunyi yang tidak kamu ketahui. Bukankah selama ini kamu selalu menemukanku?" canda Eleanora membuat Aldrich terkekeh kecil.Mengangguk bangga, Aldrich melerai pelukan mereka, menatap wajah istrinya yang kemarin sempat dia lukai. "Apa rasanya sakit?" tanya nya mengusap wajah sang istri. Ia tahu itu pasti sangat sakit tapi dia ingin mendengar jawaban sang istri.Eleanora menggeleng pelan. "Tidak, melihatmu mengkhawati
Aldrich dan Olivia terkejut saat mendengar suara benda jatuh dari arah belakang. Dan semakin terkejut saat melihat siapa yang berada di depan pintu dengan makanan yang bercecer karena terjatuh. Olivia menjauh, sedang Aldrich mendekat ke arah seseorang yang saat ini berdiri mematung tanpa ekspresi apa pun. "Eleanora, kamu di sini? Ayo masuklah!" Aldrich begitu gugup walaupun dia tidak melakukan kesalahan tetapi wajah Elea cukup menggambarkan hal buruk akan terjadi. Elea menepis tangan suaminya keras. "Jangan sentuh kan tanganmu!" "Sudah jangan lagi kamu jelaskan apa pun. Aku sudah mendengar dan melihat semuanya, lagi," katanya menatap Olivia yang terlihat biasa saja. Eleanora menatap ke arah suaminya, rasa sesak yang semakin menambah kesaktiannya selama ini membuatnya mual dan kecewa. Aldrich baru saja menuduhnya melakukan hal buruk pada Olivia dan sekarang dia melihat suaminya di sentuh oleh wanita itu, ini sangat menyedihkan. "Elea, ini tidak seperti yang kamu kira," Ol
Reanita menggeleng, ia menangis dengan lutut sudah bertumpu di atas lantai. "Kakak maafkan aku. Aku bersalah karena sudah banyak bersalah padamu selama ini," Isak Rea menunduk."Berdiri Rea!"Menggeleng dengan lemah, Rea tidak berani mengangkat wajah, ia malu tetapi dia tidak akan menambah kerusakan lagi. Ini sudah cukup. Ia sudah mendapatkan kemarahan kakaknya. Jika dia kembali melakukan kesalahan bisa saja Aldrich tidak akan mengakuinya adik selamanya."Maafkan Rea, Kak" "Selama ini Kakak membenciku hanya karena ayah kita berbeda. Di sekolah aku selalu menjadi ejekan karena Kakak tidak pernah peduli padaku," ucap Rea dalam tangisnya, terdengar pilu dan menyayat hati."Aku semakin cemburu ketika kakak bertunangan, apa lagi, ruangan kakak tidak menyukaiku dan mengatakan aku anak haram."Hancur hati Anita, ia tidak tahu jika anak gadisnya sudah menderita sejak lama. Ia mengira Rea tidak memendam apa pun karena begitu ceria dan terbuka.Rea melanjutkan. "Hanya Olivia yang menerimaku, d
Elea berdehem dan melanjutkan pekerjaannya. Saat ini, dia hanya ingin Calix dan ayahnya saling dekat. Mungkin dengan dia kembali ke rumah, Aldrich bisa meluangkan waktu lebih banyak pada sang putra."Sore nanti, kita ke rumah Mama, aku ingin kita menginap beberapa hari karena Mama kurang sehat."Lagi-lagi Eleanora berdehem. Ia memang berniat membawakan kue untuk ibu mertuanya, setidaknya jika bersama Aldrich dia tidak akan mendapatkan hinaan seperti sebelumnya.••••••Sementara itu, di tempat berbeda, Nyonya Anita terus mengetuk pintu Rea, anak gadisnya sudah beberapa hari tidak keluar kamar dengan alasan lelah."Rea! Kamu ada masalah apa sayang?" tanya nyonya Anita lebih keras. Tidak biasanya Rea mengurung diri selama ini."Ada yang membuatmu tersinggung?" Kembali nyonya Anita melanjutkan. "Eleanora membuatmu sakit hati lagi?"Rea membuka pintu karena ibunya sekali lagi menyalahkan Eleanora. Gadis itu terlihat sangat kacau dengan wajah dan mata yang bengkak.Sudah berapa lama Rea men