Alexander pulang ke Jakarta pada pukul 07:15 wib, kedatangannya membuat seluruh isi rumah dari pelayan, penjaga, Sarah dan kedua orang tua Alexander terkejut. "Alex, kamu bawa apaan ?." tanya Elizabeth kebingungan melihat beberapa makanan. "Ubi." jawab Alexander santai. "Alex, ini Ubi apaan yang kamu beli hah." "Emm, nyonya semua makanan ini berbahan ubi." ucap Daniel menyaut pertanyaan Elizabeth. Elizabeth menghela nafas, ia melihat makanan ini untuk apa sebanyak ini, lagian Sarah sudah memakannya tapi tak habis hanya sebagai formalitas saja. "Itu, silakan makan." ucap Alexander. "Tapi lex, sebanyak ini apa aku yang harus habisin ?." tanya Sarah kebingungan. "Tentu saja, bukan kah kamu menginginkan ubi cilembu jadi apapun makanan yang terbuat dari itu aku berikan." jelas Alexander. Sarah melihat Elizabeth dan Daniel, ia bingung harus bagaimana?.Mana bisa ia makan sebanyak itu, sedangkan nafsu makan nya saja tak ada lagi. "Tapi lex, seperti nya aku ngga bisa deh makan makana
Dirumah Sarah.. Ayahnya duduk melamun, hampir setiap hari ia menunggu kedatangan Sarah, ia berharap jika Sarah pulang kerumah. Dia merasakan kerinduan yang sangat menyiksa nya, setelah Sarah pergi baru ia merasakan bahwa rasa kehilangan itu benar-benar menyakitkan. "Ayah ngapain disini ?." tanya Amelia pulang dari kampus. "Ngga apa-apa nak, ayah hanya menunggu kakak mu pulang. ""Hah,, yah Kak Sarah udah bahagia dengan keluarga baru nya, dia bahkan ngga peduli dengan ayah kan. ""Tapi, Sarah bukan seperti itu Amelia, ayah yakin dia pasti akan pulang kerumah kok. " ucap ayahnya Sarah penuh keyakinan. Amelia menghela nafas panjangnya, ia merasa kesal karena ayahnya sudah mulai peduli dan sayang kembali dengan Sarah, Amelia tidak rela jika harus bagi kasih sayang ayahnya dengan Sarah. "Terserah ayah lah, intinya Amelia ngga suka ayah selalu memikirkan kak Sarah, dia ngga peduli dengan kita yah. " ucap Amelia menyakinkan ayahnya. "Amelia kenapa kamu berbicara seperti itu, dia kakak
Sarah bangun pagi, ia melihat Alexander masih tertidur pulas. Ia beranjak bangun, berjalan ke arah jendela membuka tirai jendela. "Hem,, belum bangun padahal udah siang." ucap Sarah. Sarah menyiapkan pakaian kerja Alexander dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi. Sedangkan Alexander terbangun karena silaunya matahari menebus jendela kamarnya. "Aishh,, siapa yang membuka tirai jendela." ucap Alexander. Alexander melihat jam ternyata sudah pukul 07:00 wib, ia bergegas bangun. Saat ia meraih handuk melihat Sarah keluar dari kamar mandi menggunakan sehelai handuk menutupi tubuh nya. Alexander melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala, paha yang putih bersih tersinar matahari sangat membuat Alexander terpana melihat tubuh Sarah. "Aaahhhh,, tutup mata mu. " teriak Sarah. Dengan panik Alexander berbalik badan menutup mata nya, ia merasa seperti baru ketahuan saja. Namun setelah dipikirin Alexander baru ingat kenapa dia menutupi matanya,padahal dia suaminya sendiri. "Sarahhh.
Dikantor Alexander masih mengingat kejadian pagi tadi bersama dengan Sarah. "Tuan Alex, rapat sudah siap. " ucap Daniel. "Ohiya, aku akan kesana, pergi lah duluan. " perintah Daniel. Alexander beranjak bangun, namun sebelum ia pergi ia memeriksa ponsel melihat mama nya mengirimkan sebuah pesan yang menyatakan bahwa Elizabeth menginginkan es krim. "Dia pengen es krim, terus kemarin bilang ngga mau hemm." oceh Alexander. Alexander menutup layar ponselnya dan segera pergi ke ruang rapat. Disana ia melaksanakan rapat selama satu jam lebih, setelah selesai ia mengingat keinginan istrinya untuk makan es krim. "Daniel, belikan semua rasa es krim. " perintah Alexander. "Hah untuk apa tuan ?." tanya Daniel penasaran. "Emm,, bayi ku menginginkan nya." ucap Alexander malu-malu. "Kalo gitu biarkan aku menghubungi nona Sarah terlebih dahulu tuan, biar nona memilih rasa apa?." Alexander menghentikan Daniel, ia meminta Daniel menghubungi Elizabeth saja, karena ia tahu dari Elizabeth bahwa
Setelah menemukan tempat yang cocok untuk tuannya dan Sarah bertemu ditempat es krim. "Tuan Alex, aku sudah menyiapkan tempat yang cocok untuk anda." ucap Daniel. "Aihh,, emang harus aku nganterin dia makan es krim ?." tanya Alexander. Daniel memberitahu Alexander bahwa itu adalah haknya, dan seharusnya Alexander yang menemani Sarah bukan Daniel. "Tapi aku ngga bisa ?,mana mungkin aku jalan berdua dengan wanita selain Emily." ucap Alexander mengeluh. "Tuan Alex, bagaimanapun nona Sarah adalah istri anda tuan. " "Hemm,, tapi Daniel dia tidak pantas bersanding dengannku,dari derajat saja sudah berbeda. " ucap Alexander menyombongkan dirinya. "Tuan Alex, setidak dia sedang mengandung anak anda, junior Alexander muda tuan." Alexander terdiam, ia berbalik badan memikir apa yang dikatakan oleh Daniel. Ia tidak bisa egois dengan keadaan ini, apa lagi Sarah memang sedang mengandung anaknya tentu saja ia harus memperhatikan nya."Baiklah, ayo kita kesana." ucap Alexander. "Tapi sebaik
Melihat Alexander yang sudah didepan matanya, Sarah hanya terdiam dan mengacuhkan Alexander dan berbicara kembali dengan pemilik kucing tersebut. "Sarah, kenapa kamu hanya diam?." tanya Alexander. "Iya lex, ada apa ?." Alexander menghela nafas, ia meminta pria tersebut untuk segera pergi karena yang berbicara dengan nya adalah istrinya bukan orang lain. "Maaf tuan, aku tidak tahu." ucap pria tersebut. "Ada apa sih?, lagian kan aku mau liat kucing itu." "Sarah, bukan nya kamu disini ingin makan es krim bukan liat kucing itu." ucap Alexander. "Emm,, ngga deh. Ngga jadi kayak nya, pengen liat kucing itu aja." Alexander mengkerut dahi nya, ia melihat Sarah dengan tatapan mata yang menekan. Bisa-bisanya Sarah bilang tidak ingin makan es krim. "Sarah jangan main-main Sarah, aku menghentikan pekerjaan ku demi mengantarkan mu makan es krim. " ucap Alexander. "Aku emang ngga ingin Alex, lagian itu pengennya tadi bukan sekarang. " ucap Sarah melirik kearah lain. "
Setelah beberapa bulan pernikahan mereka, kini kandungan Sarah sudah terlihat besar. Bahkan Alexander sudah menunjukkan kasih sayang, perhayain nya terhadap Sarah walaupun masih terlihat malu-malu. "Hari ini kamu cek kandungan kan, biar aku antarkan. " ucap Alexander. "Hah, tumben. Ngga perlu ada mama kok, lagian kan kamu harus ke kantor. ""Emang kenapa ?, aku ingin melihat perkembangan calon anak ku." ucap Alexander mengusap perut Sarah. Sarah tersenyum, dan mengiyakan ucapan Alexander jika memang tak menganggu pekerjaan Alexander. Sarah merasakan perubahan Alexander, kini ia mulai memperhatikan hal-hal kecil yang berhubungan dengan Sarah. "Emm,, kamu ngga boleh pakai pakaian ketat, karena itu ngga baik buat bayi kita. Jadi aku akan meminta Daniel dan beberapa pelayan untuk belanja baju untuk mu, mengganti pakaian ketat mu dilamari.""Hah,, terus semua baju-baju ku dimana ?." tanya Sarah seraya membuka lemarinya. "Ku buang." ucap santai Alexander. "Lex, baju itu masih bagus se
Sepulangnya dari RS, Sarah langsung mengunjungi rumah ayah nya. Ia benar-benar merindukan ayahnya, namun merasa takut jika kehadiran nya tak diterima oleh mereka. "Sarah, haii aku benar-benar rinduk kamu. " ucap Tania memeluk erat sahabatnya. "Taniaaa,, aa akhirnya aku bisa melihat mu juga. " Alexander yang melihat Sarah dan Tania hanya bisa diam menyenderkan tubuhnya dimobil. Pandangan mata Alexander terus menerus melihat kearah perut Sarah, ia takut jika Tania akan menyentuh perutnya. "Eii, jangan sentuh. " ucap Alexander menahan tangan Tania. "Kenapa ?, aku cuman mau mengelus saja. " "Jangan,aku ngga mau bayi ku kenapa-kenapa ?." ucap Alexander menarik pelan tangan Sarah. Tania tercengang dengan ucapan Alexander, mana mungkin ia akan menyelakai temannya sendiri. Alexander benar-benar berfikir jauh tentang Tania, padahal Tania hanya ingin mengelus perut Sarah ngga lebih. "Tuan Alexander, aku ngga akan membuat calon bayi mu kenapa-kenapa, aku hanya ingin mengelus calon kepona