Dikantor Alexander masih mengingat kejadian pagi tadi bersama dengan Sarah. "Tuan Alex, rapat sudah siap. " ucap Daniel. "Ohiya, aku akan kesana, pergi lah duluan. " perintah Daniel. Alexander beranjak bangun, namun sebelum ia pergi ia memeriksa ponsel melihat mama nya mengirimkan sebuah pesan yang menyatakan bahwa Elizabeth menginginkan es krim. "Dia pengen es krim, terus kemarin bilang ngga mau hemm." oceh Alexander. Alexander menutup layar ponselnya dan segera pergi ke ruang rapat. Disana ia melaksanakan rapat selama satu jam lebih, setelah selesai ia mengingat keinginan istrinya untuk makan es krim. "Daniel, belikan semua rasa es krim. " perintah Alexander. "Hah untuk apa tuan ?." tanya Daniel penasaran. "Emm,, bayi ku menginginkan nya." ucap Alexander malu-malu. "Kalo gitu biarkan aku menghubungi nona Sarah terlebih dahulu tuan, biar nona memilih rasa apa?." Alexander menghentikan Daniel, ia meminta Daniel menghubungi Elizabeth saja, karena ia tahu dari Elizabeth bahwa
Setelah menemukan tempat yang cocok untuk tuannya dan Sarah bertemu ditempat es krim. "Tuan Alex, aku sudah menyiapkan tempat yang cocok untuk anda." ucap Daniel. "Aihh,, emang harus aku nganterin dia makan es krim ?." tanya Alexander. Daniel memberitahu Alexander bahwa itu adalah haknya, dan seharusnya Alexander yang menemani Sarah bukan Daniel. "Tapi aku ngga bisa ?,mana mungkin aku jalan berdua dengan wanita selain Emily." ucap Alexander mengeluh. "Tuan Alex, bagaimanapun nona Sarah adalah istri anda tuan. " "Hemm,, tapi Daniel dia tidak pantas bersanding dengannku,dari derajat saja sudah berbeda. " ucap Alexander menyombongkan dirinya. "Tuan Alex, setidak dia sedang mengandung anak anda, junior Alexander muda tuan." Alexander terdiam, ia berbalik badan memikir apa yang dikatakan oleh Daniel. Ia tidak bisa egois dengan keadaan ini, apa lagi Sarah memang sedang mengandung anaknya tentu saja ia harus memperhatikan nya."Baiklah, ayo kita kesana." ucap Alexander. "Tapi sebaik
Melihat Alexander yang sudah didepan matanya, Sarah hanya terdiam dan mengacuhkan Alexander dan berbicara kembali dengan pemilik kucing tersebut. "Sarah, kenapa kamu hanya diam?." tanya Alexander. "Iya lex, ada apa ?." Alexander menghela nafas, ia meminta pria tersebut untuk segera pergi karena yang berbicara dengan nya adalah istrinya bukan orang lain. "Maaf tuan, aku tidak tahu." ucap pria tersebut. "Ada apa sih?, lagian kan aku mau liat kucing itu." "Sarah, bukan nya kamu disini ingin makan es krim bukan liat kucing itu." ucap Alexander. "Emm,, ngga deh. Ngga jadi kayak nya, pengen liat kucing itu aja." Alexander mengkerut dahi nya, ia melihat Sarah dengan tatapan mata yang menekan. Bisa-bisanya Sarah bilang tidak ingin makan es krim. "Sarah jangan main-main Sarah, aku menghentikan pekerjaan ku demi mengantarkan mu makan es krim. " ucap Alexander. "Aku emang ngga ingin Alex, lagian itu pengennya tadi bukan sekarang. " ucap Sarah melirik kearah lain. "
Setelah beberapa bulan pernikahan mereka, kini kandungan Sarah sudah terlihat besar. Bahkan Alexander sudah menunjukkan kasih sayang, perhayain nya terhadap Sarah walaupun masih terlihat malu-malu. "Hari ini kamu cek kandungan kan, biar aku antarkan. " ucap Alexander. "Hah, tumben. Ngga perlu ada mama kok, lagian kan kamu harus ke kantor. ""Emang kenapa ?, aku ingin melihat perkembangan calon anak ku." ucap Alexander mengusap perut Sarah. Sarah tersenyum, dan mengiyakan ucapan Alexander jika memang tak menganggu pekerjaan Alexander. Sarah merasakan perubahan Alexander, kini ia mulai memperhatikan hal-hal kecil yang berhubungan dengan Sarah. "Emm,, kamu ngga boleh pakai pakaian ketat, karena itu ngga baik buat bayi kita. Jadi aku akan meminta Daniel dan beberapa pelayan untuk belanja baju untuk mu, mengganti pakaian ketat mu dilamari.""Hah,, terus semua baju-baju ku dimana ?." tanya Sarah seraya membuka lemarinya. "Ku buang." ucap santai Alexander. "Lex, baju itu masih bagus se
Sepulangnya dari RS, Sarah langsung mengunjungi rumah ayah nya. Ia benar-benar merindukan ayahnya, namun merasa takut jika kehadiran nya tak diterima oleh mereka. "Sarah, haii aku benar-benar rinduk kamu. " ucap Tania memeluk erat sahabatnya. "Taniaaa,, aa akhirnya aku bisa melihat mu juga. " Alexander yang melihat Sarah dan Tania hanya bisa diam menyenderkan tubuhnya dimobil. Pandangan mata Alexander terus menerus melihat kearah perut Sarah, ia takut jika Tania akan menyentuh perutnya. "Eii, jangan sentuh. " ucap Alexander menahan tangan Tania. "Kenapa ?, aku cuman mau mengelus saja. " "Jangan,aku ngga mau bayi ku kenapa-kenapa ?." ucap Alexander menarik pelan tangan Sarah. Tania tercengang dengan ucapan Alexander, mana mungkin ia akan menyelakai temannya sendiri. Alexander benar-benar berfikir jauh tentang Tania, padahal Tania hanya ingin mengelus perut Sarah ngga lebih. "Tuan Alexander, aku ngga akan membuat calon bayi mu kenapa-kenapa, aku hanya ingin mengelus calon kepona
Sesampainya dirumah Alexander meminta pelayan untuk membawa Sarah ke kamar dengan berhati-hati. "Sarah kenapa Lex?." tanya Elizabeth kuatir melihat keadaan Sarah. "Aku ngga apa-apa kok mah, cuman kecapean." ucap Sarah. "Kamu habis nangis sayang, lex Sarah nangis kenapa?. " "Sarah benaran deh mama ngga apa-apa, Sarah ke kamar dulu." ucap Sarah. Sarah pergi menuju kamarnya, sedangkan Alexander terdiam membeku melihat keadaan Sarah. Ia benar-benar tak tega. "Lex, ada apa nak?." "Emm,, tadi habis dari rumah nya tapi sepertinya dia tak diterima dengan baik." jelas Alexander. "Keluarga sialan, berani sekali dia melakukan itu kepada menantu ku." "Aku juga ngga habis pikir mah, dia memiliki saudara tiri tapi jahat sekali." ucap Alexander bingung. Elizabeth sudah menduga pasti dia akan melakukan hal itu, karena posisinya memang keluarga sana tidak pernah menyukai Sarah. "Ayahnya Sarah kerja dimana?." "Daniel bilang dia sudah dipecat terjebak hutang, makanya waktu itu meminta uang
Alexander membawa Sarah keluar dengan beralasan ia ingin membuat Sarah lebih tenang. "Kita akan kemana mas ?." tanya Sarah penasaran. "Kesuatu tempat, yang akan membuat mu bahagia.""Ohiya, tempat apa itu?." "Kau juga akan tahu setelah kita sampai disana." ucap Alexander. Alexander tinggal menunggu kabar dari Daniel apakah dia berhasil membuat Ibu dan adik tiri Sarah pergi meninggalkan rumah, sehingga Daniel dan Tania bisa membawa Ayahnya Sarah untuk bertemu dengan Sarah sesuai dengan tempat yang telah di tentukan. "Aku sudah siap, ayo berangkat aku udah ngga sabar ingin tahu apa yang kamu siapkan." ucap Sarah tersenyum. "Umm,, jangan memasang wajah itu aku tidak menyukai nya. ""Hah, kenapa?, apakah kamu takut jatuh cinta dengan ku?." tanya Sarah. "Sarah, ingatlah aku... " Aku bisa membuat mu jatuh cinta dengan ku mas, itu semua butuh waktu, aku yakin suatu saat kamu pasti akan menyukai ku dan menerima aku sebagai istri mu." ucap Sarah memotong ucapan Alexander. Alexander te
Sarah dan Alexander sudah menunggu kehadirannya Irwan selama 30 menit, namun Tania belum juga membawanya datang ke cafe. "Mas kita udah lama loh disini ?, apa kejutannya masih lama?." tanya Sarah. "Kamu udah mulai bosan nya?." "Ngga sih, cuman penasaran kejutan apa yang mau kamu berikan pada ku.""Ini bukan untuk mu, tapi untuk anak ku didalam perut mu." ketus Alexander. "Iuhhh,, dingin banget sih.Tinggal ngaku iya itu untuk mu aja malu-malu." oceh Sarah. Sarah menatap Alexander yang sejak tadi sibuk melihat jam tangannya, seperti nya memang menunggu seseorang untuknya. "Sebenarnya apa yang dilakukan mas Alex, kenapa dia maksa banget aku harus nerima kejutan ini." gumamnya Sarah dalam hati. Tak butuh waktu lama, Tania datang membawa Irwan untuk menemui Sarah. Hal tersebut sudah direncanakan oleh Alexander untuk membuat Sarah tersenyum kembali. "Sarah, putri ku.. " ucap seseorang dibelakang Sarah. Sarah tercengang mendengar suara yang memanggilnya, ia sepertinya mengenal suara